Sukses

Letusan Gunung Anak Krakatau Meningkat hingga 7 Kali

Dalam beberapa hari terakhir, aktifitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) meningkat, ketinggian abu vulkaniknya mulai dari 1.000 meter hingga 2.500 meter dari puncak.

Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa hari terakhir, aktifitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) meningkat, ketinggian abu vulkaniknya mulai dari 1.000 meter hingga 2.500 meter dari puncak. Setidaknya, sudah ada 7 kali letusan gunung yang berada di perairan Selat Sunda itu sejak 16-17 Juli 2022. Statusnya kini berada di Lebak III atau Siaga dengan rekomendasi larangan mendekat dalam radius 5 kilometer.

Erupsi terbaru pada Senin, 18 Juli 2022, pukul 17.30 wib dengan ketinggian letusan 2.500 meter dari atas puncak. Laporan yang disusun oleh Jumono, petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, itu kemudian diunggah ke Magma Indonesia, aplikasi remis milik PVMBG. Dalam laporannya tertulis kolom abu berwarna kelabu tebal mengarah ke barat daya. Dalam seismogram terekam amplitudo maksimumnya 55mm berdurasi 1 menit 13 detik dan tidak terdengar suara dentuman.

Erupsi selanjutnya terjadi di hari yang sama dengan ketinggian 2.500 meter, abu vulkanik berwarna kelabu dan mengarah ke barat daya pukul 15.49 wib. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 55 mm, berdurasi 1 menit 37 detik, dan tidak terdengar suara dentuman.

Masih di hari yang sama, Gunung Anak Krakatau juga erupsi dengan ketinggian 2.000 meter dari atas puncak, kolom abu vulkanik berwana kelabu kehitam-hitaman, mengarah ke barat daya. Dalam rekaman seismogram, amplitudo maksimumnya 53 mm, berdurasi 2 menit 7 detik. Letusan yang terjadi pukul 08.26 wib itu tidak terdengar suara dentuman.

Selanjutnya pada Minggu, 17 Juli 2022, sekitar pukul 08.47 wib, letusan terjadi dengan ketinggian semburan mencapai 2.000 meter dari atas puncak. Abu vulkanik yang keluar dari perut Gunung Anak Krakatau berwana abu-abu hingga hitam dan mengarah ke Selatan. Amplitudo maksimum yang terekam di seismogram 56 mm, berdurasi 1 menit 19 detik dan tidak terdengar suara dentuman.

Letusan Gunung Anak Krakatau juga terjadi pada Sabtu, 16 Juli 2022 sekitar pukul 23.39 wib dengan ketinggian abu 1.500 meter dari atas puncak. Kolom abu berwarna hitam itu mengarah ke Timur Laut. Kekuatan erupsi dengan amplitudo maksimum 50 mm, berdurasi 35 detik, tidak terdengar suara dentuman. Begitu isi laporan yang ditulis oleh Deny Mardiono, petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK).

Selanjutnya di pukul 22.55 wib, masih di hari yang sama, letusan setinggi 1.500 meter terjadi dengan abu berwarna hitam mengarah ke Timur Laut. Amplitudo maksimumnya 50 mm, berdurasi 29 detik dan tidak terdengar suara dentuman.

Erupsi selanjutnya pukul 22.53 wib dengan ketinggian 1.000 meter dari puncak. Abu vulkanik tebal berwarna hitam mengarah ke timur laut. Amplitudo maksimumnya 42mm, berdurasi 27 detik dan tidak terdengar suara dentuman.

2 dari 3 halaman

Gunung Anak Krakatau Bergejolak, Warga Diimbau Menjauh Radius 5 Km dari Kawah

Tinggi kolom erupsi Gunung Anak Krakatau sudah mencapai 2.000 meter di atas puncak. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM meminta, masyarakat menghindari radius 5 kilometer dari kawah gunung tersebut.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi meminta masyarakat tetap waspada, tidak beraktivitas di daerah potensi bahaya, dan mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar Gunung Anak Krakatau.

"Sesuai laporan PVMBG, sehubungan dengan tingginya pergerakan aktivitas Gunung Anak Krakatau, kami merekomendasikan agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius lima km dari kawah aktif," kata Agung, Selasa (19/7/2022).

Aktivitas vulkanik disertai erupsi Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan peningkatan sejak empat hari terakhir.

Pengamatan tersebut terekam dalam seismograf milik PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM. Pada Senin (18/7/2022) pukul 08.26 WIB, tinggi kolom erupsi mencapai 2.000 m di atas puncak dengan amplitudo maksimum 53 mm dan durasi 127 detik.

Dalam pengamatan kegempaan, sambung Agung, Gunung Anak Krakatau mengalami enam kali tremor harmonik dengan amplitudo 12-17 mm, lima kali gempa low frequency, dua kali gempa vulkanik dangkal berdurasi 10-12 detik, satu kali gempa vulkanik dengan durasi 25 detik, serta satu kali gempa tremor menerus beramplitudo 0,5-25 mm (dominan dua mm).

Agung juga menyampaikan erupsi Gunung Anak Krakatau pertama terjadi pada Sabtu (16/7/2022) pukul 22.55 WIB disertai tinggi kolom letusan teramati 1.500 m di atas puncak dengan amplitudo maksimum 50 mm selama 29 detik.

Dilanjutkan, pada pukul 23.39 WIB dengan tinggi erupsi 1.500 meter di atas puncak. Selang sehari, Anak Krakatau kembali mengeluarkan erupsi dengan tinggi 2.000 meter di atas puncak selama 79 detik.

3 dari 3 halaman

Bahaya Longsoran Gunung

Secara historis, menurut Agung, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai, dan diantisipasi utamanya oleh instansi berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunung api seperti tsunami.

"Longsoran tubuh gunung api tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunung api dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunung api," ungkapnya.

Oleh karena itu, ia pun meminta masyarakat mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi Kementerian ESDM melalui PVMBG, serta tidak terpancing berita tidak benar dan tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Serta, selalu mengikuti arahan instansi berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan kementerian/lembaga, pemda, dan instansi terkait lainnya.