Liputan6.com, Jakarta Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI)Â soal ekonomi nasional yang dinilai memburuk oleh responden. Moeldoko mengatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia justru lebih baik dibandingkan negara-negaea lain.
Dia menyampaikan bahwa kondisi perekonomian global saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, ada 15 negara yang diprediksi akan mengalami risiko resesi ekonomi, termasuk Indonesia.
Baca Juga
"Kondisi perekonomian global saat ini tidak baik-baik saja, bukan hanya Indonesia yang menghadapi situasi ini. Bahkan, Bloomberg sudah memperkirakan, me-rangking beberapa negara sampai dengan 15 negara yang memiliki risiko ekonomi yang menuju worst," jelas Moeldoko kepada wartawan, Senin (25/7/2022).
Advertisement
Menurut dia, Indonesia berada di peringkat 14 dari 15 negara tersebut dengan risiko di angka 3 persen. Sehingga, kata dia, ekonomi Indonesia cenderung lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya.
"Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa kondisi lingkungan global memang tidak sedang baik kondisinya dan kondisi ekonomi nasional kita relatif cukup baik, karena pertumbuhan kita masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara (lain)," katanya.
Selain itu, Moeldoko menuturkan tingkat Inflasi Indonesia masih relatif sangat baik dibandingkan negara lain. Dia mengakui saat ini memang ada beberapa komoditas yang sedang naik, sebagaimana hasil survei LSI.
Hanya saja, Moeldoko menyebut pemerintah sudah berupaya menurunkan harga bahan pokok. Salah satunya, menstabilkan harga minya goreng yang sempat melonjak naik.
"Kalau sekarang ada penilaian seperti itu, memang masyarakat melihat bahwa ada beberapa komoditas yang sedang naik. Tetapi pemerintah sudah bekerja untuk menurunkan itu semuanya diantaranya harga minyak kemarin yang masih tidak stabil," tutur dia.
"Dan Alhamdulillah sekarang (harga minyak goreng) sudah menuju stabil," sambung Moeldoko.
Â
Belum Banyak Berubah
Sebelumnya, Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan kembali merilis survei terbarunya yang berfokus pada ekonomi Indonesia dan kepuasan akan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hasilnya, mayoritas responden survei masih menilai buruk pada ekonomi Indonesia saat ini.
"Persepsi publik terhadap ekonomi masih negatif, pembagian persentasenya yang menilai sangat baik dan baik totalnya 25,4 persen , menilai sedang 35,1 persen dan yang menilai buruk dan sangat buruk 35,1 persen dan yang menilai tidak tahu 4,4 persen," kata Djayadi saat jumpa pers daring, Minggu (24/7/2022).
Menurut Djayadi, tren persepsi publik terhadap ekonomi Indonesia belum banyak berubah. Hal itu diketahui dari perbandingan dengan hasil survei LSI serupa pada Mei 2022.
"Tidak banyak berubah, masih stagnan. Lebih banyak yang menilai negatif daripada positif," jelas Djayadi.
Meski persepsi publik terhadap ekonomi Indonesia belum positif, hasil survei terhadap kinerja presiden menurut masih menunjukkan angka kepuasan. Hal itu terbukti dari hasil survei yang mengatakan 13,5 persen responden memilih sangat puas 13,5 persen dan 50,5 persen memilih cukup puas dengan kinerja presiden.
"Total 6 persen responden mengaku puas. Sedangkan yang kurang puas 27,2 persen dan tidak puas sama sekali 5,9 persen, memilih tidak tahu 2,9 persen," rinci Djayadi.
Advertisement