Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahunnya pada 29 Juli diperingati sebagai Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day. Maka dengan begitu, setiap 29 Juli merupakan perayaan tahunan untuk meningkatkan kepedulian terhadap konservasi harimau.
Sejarah dicetuskannya tanggal tersebut diputuskan dalam International Tiger Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Harimau Internasional pertama pada 2010 di St. Petersburg, Rusia, melansir Antara, Selasa (2/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
KTT Harimau Internasional tersebut melibatkan para pemimpin dunia dari 13 negara yang memiliki habitat harimau terbanyak yakni Rusia, India, Nepal, Bhutan, Cina, Bangladesh, Vietnam, Myanmar, Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Laos.
Tujuan untuk mempromosikan sistem global dalam melindungi habitat alami harimau dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu konservasi satwa, dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Populasi harimau yang kian menurun menyebabkan tercetusnya gerakan ini. Selain karena seleksi alam, tergerusnya kehidupan kucing besar juga disebabkan maraknya perburuan liar oleh manusia. Kemudian semakin sedikitnya habitat harimau lantaran ulah manusia yang membuat raja hutan kelaparan.
Untuk meningkatkan kepedulian terhadap usaha konservasi harimau, berbagai upaya yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat melalui Resor Maninjau.
Pada Global Tiger Day 2022, Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau melakukan pengecatan ulang tiga patung atau tugu harimau di Simpang Tiga, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam.
Kepala Resor KSDA Maninjau Ade Putra mengatakan, pengecatan tugu harimau itu bekerja sama dengan Polres Agam, masyarakat, dan lainnya.
"Pengecatan ulang ketiga patuh harimau itu juga melibatkan mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) yang sedang magang di kantor kitaa, dan masyarakat sekitar," ujar Ade Putra.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pesan Moral Kegiatan
Pemilihan lokasi kegiatan memiliki tema atau pesan moral, yaitu 'Jangan sampai harimau sumatera, subspesies harimau terakhir di Indonesia, hanya akan tersisa jadi monumen'.
Sekaligus, hal itu untuk mengingatkan kembali keberadaan patung sesuai dengan ciri khas dan corak aslinya.
"Diharapkan makna yang terkandung agar harimau ini tetap khas, keunikannya dan kelangkaannya tetap terjaga di alam, tentunya populasi tetap meningkat," ucap Ade Putra.
Selain pengecatan ulang tiga patung harimau, Global Tiger Day juga membagikan selebaran yang berisikan tentang konservasi harimau Sumatera kepada pengendara dan warga.
Juga membagikan selebaran satwa yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Selebaran itu dibagikan mahasiswi dengan hiasan kepala harimau pada wajah mereka.
Salah seorang mahasiswa UNP Fauzan menambahkan kegiatan ini untuk mengingatkan kembali masyarakat tentang harimau. Ini mengingat keberadaan harimau sumatera terancam kepunahan dan masyarakat ikut serta dalam pelestarian.
Pelestarian itu bisa berupa menjaga habitat dan tidak melakukan pemburuan harimau.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pembuat Patung dan ​Konflik Harimau
Pembuat Patung Harimau Simpang Tiga Lubukbasung, Faisal menambahkan, ketiga patung harimau itu dibuat pada 2007 dengan waktu pembuatan selama dua bulan.
Patung itu berada di perempatan jalan provinsi yang menghubungkan Lubukbasung Kabupaten Agam menuju Kota Bukittinggi. Keberadaan patung itu menjadi ikon dari pusat ibu kota Agam, sehingga lokasi kunjungan bagi masyarakat setempat.
Namun lima tahun terakhir, kunjungan ke lokasi itu sudah mulai berkurang akibat berbagai faktor dan tidak dirawat.
Ia mengatakan tugu harimau butuh pembenahan mulai dari penerangan, kolam ikan dan lainnya, agar pengunjung berdatangan kembali.
Sementara itu, selama lima tahun terakhir, setidaknya ada 25 kejadian konflik manusia dengan harimau Sumatera di wilayah kerja Resor KSDA Maninjau. Satwa itu memangsa ternak milik warga berupa kerbau, sapi, kambing dan lainnya.
Dari 25 kejadian itu, dua ekor harimau berhasil dievakuasi di Koto Rantang Kecamatan Palupuh pada 2019 dan di Maua Hilia, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan pada 2022.
Kedua harimau itu masuk ke dalam kandang jebak milik BKSDA Sumbar, setelah dilakukan penanganan konflik beberapa hari di daerah itu.
Resor KSDA Maninjau Ade Putra mengatakan harimau berhasil masuk kandang jebak dan langsung dievakuasi untuk rehabilitasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD).
Konflik itu terjadi akibat habitat dari satwa tersebut mulai menyempit, pasokan pakan berkurang di hutan dan lainnya.
Untuk itu, Ade mengimbau warga tidak merusak habitat, berburu, mengandangkan ternak, tidak melakukan aktivitas di kebun dan lainnya.
Â
Nagari Ramah Harimau
Sumatera Barat kini memiliki tiga nagari atau desa adat ramah harimau sebagai upaya memelihara kelestarian satwa langka tersebut yang digagas oleh BKSDA Sumbar bersama pemerintah daerah.
Tiga nagari yang berstatus ramah harimau tersebut yaitu Sontang Cubadak di Pasaman, Nagari Baringin di Kabupaten Agam, dan Nagari Ujung Gading di Pasaman Barat.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar Ardi Andono mengatakan, nagari ramah harimau diluncurkan pada Februari 2022 bertujuan agar masyarakat setempat bisa beradaptasi dan turut melestarikan satwa yang telah mulai punah tersebut.
"Di nagari ramah harimau, masyarakat setempat diberikan pengetahuan bagaimana berinteraksi dengan harimau termasuk bagaimana melakukan patroli, memasang kamera jebak hingga cara menangkap harimau," kata Ardi.
Nagari ramah harimau tersebut dikeluarkan Surat Keputusan (SK) oleh provinsi dan sebenarnya seluruh kepala daerah berkewajiban untuk bersama-sama mewujudkannya.
Pada nagari tersebut juga dibentuk patroli anak nagari (pagari) yang merupakan perangkat nagari secara rutin berkeliling melakukan patroli.
Â
Advertisement
Harimau Jaga Kampung
Ardi melihat salah satu kelebihan orang Minang adalah memandang harimau sebagai hewan dilindungi yang diberi julukan inyiak.
Masyarakat adat di Sumbar punya prinsip harimau tidak boleh diganggu karena keberadaannya diyakini sebagai penjaga kampung.
Ardi menceritakan pengalaman saat mengevakuasi harimau yang ditemukan di salah satu nagari bukannya warga setempat senang malah tim dihadang oleh masyarakat yang meminta harimau dilepasliarkan kembali di daerah itu.
"Ketika itu para pemuka adat tidak berkenan harimau tersebut dievakuasi ini suatu yang menakjubkan. Sumbar memiliki dua lanskap besar berupa Bukit Barisan dan Cagar Alam Maninjau sampai Batang Gadis yang merupakan lokasi habitat harimau," papar Ardi.
Masyarakat yang berada di kawasan dua lanskap harus berhati-hati dari harimau dan tidak melakukan aktivitas sendirian.
Saat ini, Gubernur Sumbar sudah memberikan surat edaran ke bupati dan wali kota bahwa harimau harus dijaga bersama-sama.
Peringatan hari harimau sedunia agaknya menjadi momentum untuk lebih peduli dengan habitat harimau yang berada di ambang kepunahan serta sinergi semua pihak sehingga hewan dilindungi itu tetap terjaga populasinya.