Liputan6.com, Jakarta Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengajak seluruh elemen bangsa melakukan ikhtiar lahir dan batin menghadapi ujian berat yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Ujian berat tersebut, kata dia, berupa ancaman krisis pangan, energi, dan ketidakpastian global yang bisa memicu terjadinya krisis ekonomi.
Moeldoko menyampaikan ini pada acara Dzikir Manaqib Akbar dan Haul Syekh Abdul Qodir Al Jailani RA di Pondok Pesantren Al Baghdadi, Karawang, Jawa Barat, Sabtu Malam, 6 Agustus kemarin.Â
Advertisement
Baca Juga
"Saya mengajak seluruh elemen bangsa khususnya puluhan ribu jamaah yang hadir untuk bersama berikhtiar baik lahir maupun batin dalam menghadapi ujian berat ini. Saya yakin, doa memiliki kekuatan yang dahsyat untuk membangkitkan harapan dan optimisme," tegas Moeldoko.
Moeldoko mengatakan, Indonesia yang menjadi bagian global sedang dihadapkan pada kondisi yang tidak normal. Terlebih, saat ini banyak negara menghadapi krisis ekonomi yang bisa memberikan dampak terhadap krisis lainnya.
Mengutip data IMF, Moeldoko mengungkapkan, paling tidak sebanyak 60 negara yang perekonomiannya diperkirakan akan ambruk. Dari 60 tersebut, 42 di antaranya dipastikan sudah menuju ambruk.
"Kita harus bersyukur, Indonesia masih dalam keadaan baik. Ketahanan pangan dan energi masih terjaga. Ekonomi terus tumbuh meski inflasi naik di angka 4 persen lebih. Tapi kita juga harus waspada," ujarnya.
Moeldoko menambahkan, selama ini pemerintah telah bekerja keras agar masyarakat tidak terbebani dengan kenaikan harga-harga komoditas imbas dari ketidakpastian global. Ia mencontohkan pemberian subsidi untuk BBM dan gas, yang nilainya mencapai Rp 502 triliun.
"Jadi, bapak ibu yang naik sepeda motor, itu negara mensubsidi Rp 3,7 juta dalam satu tahun. Bagi yang naik mobil, negara mensubsidi Rp 19,2 juta setahun. Untuk itu, saya mohon kita berhemat dalam menggunakan BBM," pesannya.
Â
Moeldoko: Tidak Boleh Jadi Bangsa yang Lemah
Sebelum mengakhiri sambutannya, Moeldoko meminta para jamaah untuk tetap memupuk rasa cinta kepada bangsa, dan selalu optimis menatap Indonesia ke depan, yakni menuju Indonesia Maju pada 2045.
"Saya ingin menanamkan semangat yang kuat. Kita tidak boleh menjadi bangsa yang lemah dan pesimis. Dan saya tegaskan, persoalan bela negara tidak hanya angkat senjata. Tapi juga menjaga hati dan pikiran demi kelangsungan negeri ini," pungkasnya.
Usai menyampaikan sambutan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bersama puluhan ribu jamaah terlihat larut dalam doa dan zikir yang dipimpin pengasuh Pondok Pesantren Al Baghdadi KH Junaedi Al Baghdadi.
Di sisi lain, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga menegaskan aksi terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan. Dia menekankan bahwa terorisme sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran agama apapun.
"Apapun alasannya, semua ajaran agama menolak aksi teror. Jadi aksi terorisme tidak bisa berlindung di balik agama," tegas Moeldoko dikutip dari siaran persnya, Sabtu, 6 Agustus 2022.
Dia mengajak semua pihak untuk tetap mengingat aksi-aksi terorisme yang terjadi di Indonesia. Hal itu, kata Moeldoko, penting dilakukan agar terus terbangun kewaspadaan terhadap segala bentuk ancaman gangguan keamanan.
"Saya sepakat kita harus memaafkan aksi-aksi terorisme. Tapi jangan pernah melupakan peristiwa tersebut. Agar kita selalu waspada," katanya.
Moeldoko menyampaikan, sejak peristiwa teror bom JW Marriot 2003, pemerintah telah mengadopsi pendekatan Whole of Government untuk melawan terorisme. Mulai dari hulu dengan pendidikan hingga hilir melalui penindakan.
Advertisement
Tren Teror Menurun
Secara regulasi, Moeldoko menyebut pendekatan tersebut juga diperkuat dengan penerbitan UU Nomor 5 tahun 2018 dan Perpres Nomor 7 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstemisme Berbasis Kekerasan.
Merujuk kajian LAB45 pada 2021, Moeldoko menuturkan tren serangan teror secara konsisten menurun sejak 2000. Nilai agregat pada Global Terrorism Index juga turun, dari angka 6,55 pada 2022 menjadi 5,5 pada 2021.
"Nilai lebih rendah, berarti lebih baik. Ini hasil kerja keras pemerintah dan semua pihak dalam melawan terorisme. Pemerintah tidak bekerja sendiri," ujar Moeldoko.
Ia juga memastikan bahwa negara hadir untuk para korban aksi terorisme. Salah satunya, pembayaran kompensasi kepada 215 korban terorisme dan ahli waris, dari 40 peristiwa terorisme masa lalu. Nilainya, sebesar Rp 39 miliar.
"Kehadiran negara diharapkan dapat membawa semangat baru serta optimisme baru bagi korban dan keluarganya," tutur Moeldoko.