Liputan6.com, Kupang Kurangnya asupan gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau sejak terbentuknya janin, masa kehamilan, hingga anak berusia 2 tahun, menjadi salah satu penyebab angka prevalensi stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih tinggi. Untuk menekan angka tersebut, pemerintah kembali mengingatkan masyarakat pentingnya asupan gizi di 1000 HPK.
“Kita harus bergotong royong untuk menurunkan angka prevalensi stunting. Terutama saya garis bawahi untuk diperhatikan 1000 Hari Pertama Kehidupan hingga usia Baduta atau bawah dua tahun,” kata Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting bertajuk Kepoin GenBest: Stunting Akibat Kurang Gizi? Yuk, Bongkar Rahasianya di Sini, yang diselenggarakan di Kupang, Jumat (19/8).
Baca Juga
Menurutnya, stunting di Provinsi NTT adalah salah satu yang harus menjadi perhatian seluruh masyarakat. Dalam hal ini, perlu kerja keras untuk mencapai apa yang ditargetkan oleh pemerintah pusat yaitu angka prevalensi stunting 14 persen pada tahun 2024.
Advertisement
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukan angka prevalensi stunting di NTT berada pada posisi 37,8 persen atau yang tertinggi dari seluruh provinsi. Angka ini juga masih di bawah angka stunting nasional yaitu 24,4 persen. Setidaknya masih ada 15 kabupaten di NTT yang berkategori merah dalam kasus stunting. Penyematan status merah tersebut yakni wilayah yang prevalensi stuntingnya masih di atas 30 persen.
Usia Perkembangan Manusia Paling Penting
Dokter Spesialis Anak Andreas, yang menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan bahwa perkembangan manusia yang paling pesat terletak pada 1000 HPK dan pada usia remaja.
“Jadi ada dua pertumbuhan yang paling besar. Pertama dari usia kehamilan, sampai usia dua tahun. Kedua, di usia remaja saat terjadi pertumbuhan yang amat sangat cepat. Makanya perlunya pemenuhan nutrisi seimbang,” ungkap Andreas.
Pemenuhan nutrisi seimbang kaya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral sangat penting diperhatikan. Semuanya wajib terpenuhi dengan baik di masa remaja.
“Kenapa masa remaja adalah masa pertumbuhan terbesar kedua setelah 1000 HPK, karena remaja nantinya akan mempersiapkan generasi berikutnya,” kata Andreas.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT Emma M. F. Simatupang mengatakan selain gizi, masalah stunting juga disebabkan oleh berbagai sektor. Oleh karenanya perlu perhatian semua pihak.
“Kalau kita cek kembali, tarik ke belakang dan kita analisa penyebabnya berkaitan dengan ekonomi atau pendapatan rumah tangga. Artinya masalah stunting yang kita bicarakan hari ini berurusan dengan semua sektor. Tidak hanya kesehatan saja, tetapi ada pertanian, pemberdayaan ekonomi masyarakat, ada pembangunan masyarakat desa, dan lainnya,” ujar Emma.
Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.
(*)
Advertisement