Liputan6.com, Jakarta - Gempa hari ini, Minggu (21/8/2022) kembali menggetarkan Indonesia. Hingga pukul 18.30 WIB, ada dua kali lindu terjadi di Tanah Air.
Menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lindu pertama terjadi pagi tadi pukul 10:18:27 WIB di Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Episenter gempa berada pada koordinat 9.35 Lintang Selatan (LS)-118.76 Bujur Timur (BT)," terang BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id.
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan BMKG, pusat gempa berada di laut 36 kilometer barat laut Sumba Barat Daya. Lindu itu memiliki kekuatan magnitudo 4,3 dengan kedalaman 11 kilometer.
BMKG menyatakan, lindu dirasakan MMI (Modified Mercalli Intensity) II di Bima dan Dompu.
Kemudian pada siang hari pukul 12:08:33 WIB, gempa bumi menggetarkan wilayah Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Gempa berkekuatan magnitudo 5,1 dengan kedalaman 10 kilometer," papar BMKG.
Episenter gempa berada pada garis Lintang -0.24 dan garis Bujur 125.21. Pusat gempa berada 129 km tenggara Tutuyan, Boltim, Sulut.
Sebelumnya pada Jumat 19 Agustus 2022, lindu terjadi pukul 14:55:22 WIB di wilayah Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
"Pusat gempa berada di laut 35 kilometer barat laut Majene," papar BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id, Jumat 19 Agustus 2022.
Gempa tersebut memiliki kekuatan magnitudo 3,7 dengan kedalaman 9 kilometer. Episenter lindu berada pada koordinat 2.83 Lintang Selatan (LS)-118.66 Bujur Timur (BT).
BMKG menyatakan, gempa dirasakan MMI (Modified Mercalli Intensity) III di Mamuju.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kisah Pilu Ribuan Penyintas Gempa Sulteng Bertahan Tinggal di Bilik Huntara
Sebelumnya, hampir empat tahun lamanya ribuan kepala keluarga penyintas bencana gempa di Sulawesi Tengah belum mendapat hak hunian yang layak. Pembebasan lahan disebut menjadi kendala utamanya.
Ini tahun ke-4 Nurhasan menempati Hunian Sementara (huntara) di Kelurahan Petobo, Kota Palu. Bersama dia terdapat 700 kepala keluarga yang senasib dengannya juga berjejer bermukim di kompleks huntara situ. Mereka adalah penyintas Gempa Palu tahun 2018 yang kehilangan rumah akibat likuefaksi.
Di Huntara semipermanen berukuran 3X4 itu, Nurhasan harus berbagi ruang dengan istri serta 3 anaknya sejak tahun 2019, pascabencana tahun 2018. Janji segera dibangunkan Hunian Tetap (huntap) oleh pemerintah membuatnya rela tetap berada di bilik huntara yang sempit itu.
Selain kondisi yang tidak layak, status lahan huntara yang masih sewa turut mengkhawatirkan para penyintas karena bisa saja sang pemilik mengambilnya kembali.
“Huntara ini sudah makin tidak layak. Banyak yang bocor. Air dari pembuangan kotoran juga bocor dan luber ke mana-mana,” keluh Nurhasan, Kamis 18 Agustus 2022.
Nasib penyintas di huntara Petobo itu hanya sebagian dari jumlah tak kurang dari 4.000 kepala keluarga penyintas bencana gempa yang juga masih menanti janji hunian tetap dari pemerintah.
Huntap untuk penyintas hingga tengah tahun 2022 berdasarkan data PUPR baru terbangun 3.463 unit atau 45 persen dari total kebutuhan hunian penyintas di Kota Palu, Sigi, dan Donggala sebanyak 7.682 unit.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Apa Masalahnya?
Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah menyebut penyediaan hingga pembebasan lahan dari pemerintah daerah untuk lokasi pembangunan menjadi kendala utama yang membuat pengerjaan molor.
Dari 3 lokasi pembangunan kawasan huntap yang direncanakan yakni Tondo II, Talise, dan Petobo hingga pertengahan Agustus , 2022 pengerjaan belum dilakukan lantaran proses pengajuan dan lelang.
“Di Tondo II masih menunggu catatan World Bank tentang skenario penanganan lahan. Di Talise sudah lelang dan masuk masa sanggah 2 minggu sebelum kontrak. Sedangkan di Petobo dengan skema konsolidasi lahan warga,” Kapala BPPW Sulteng, Sahabudin mengungkapkan, Sabtu (13/8/2022).
Jika proses awal itu berjalan lancar, pengerjaan huntap tahap II tersebut akan dimulai awal September dan ditarget selesai Desember, 2022.
Sahabudin merinci dari 3 kawasan huntap itu total hunian yang akan dibangun sebanyak 2.351 unit. Jumlah itu di luar hunian penyintas yang juga akan dibangun oleh Dinas Perumahan melalui skema huntap satelit di beberapa titik.
“Kami bertanggung jawab untuk huntap kawasan, sedangkan huntap satelit khusus permukiman dengan jumlah di bawah 200 KK, itu jadi tanggung jawab Dinas Perumahan,” kata Sahabudin.
Nurhasan dan penyintas bencana lainnya di Sulteng berharap pemerintah segera menepati janjinya untuk memberikan mereka hak hunian tetap yang layak di tahun 2022 ini juga. Sebab bangunan yang hanya terbuat dari kalsibod itu akan makin rusak karena usia.
“Sudah 4 tahun. Selama ini kami sudah mengadu kemana-mana tapi belum juga dapat hunian tetap. Tempat ini sudah 90 persen tidak layak huni,” Nurhasan mengeluh.
Antisipasi Gempa Bumi
Ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.
Sebelum Terjadi Gempa:
- Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempa bumi.
- Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.
- Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.
- Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.
- Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.
- Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi
- Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.
- Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.
- Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.
Advertisement
Selanjutnya
Saat Terjadi Gempa:
- Jika Anda berada dalam bangunan: lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan, lari ke luar apabila masih dapat dilakukan.
- Jika berada di luar bangunan atau area terbuka: Menghindar dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.
- Jika Anda sedang mengendarai mobil: keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.
- Jika Anda tinggal atau berada di pantai: jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
- Jika Anda tinggal di daerah pegunungan: apabila terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.
Setelah Terjadi Gempa:
- Jika Anda berada di dalam bangunan, keluar dari bangunan tersebut dengan tertib. Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K, telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.
- Periksa lingkungan sekitar Anda. Apabila terjadi kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi hubungan arus pendek listrik. Periksa aliran dan pipa air, periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan.
- Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
- Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.
- Dengarkan informasi mengenai gempa bumi dari radio (apabila terjadi gempa susulan). Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
- Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi.
- Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.