Liputan6.com, Bogor: Banjir yang mengambrukkan jembatan di Kali Cileungsi, Jawa Barat, beberapa waktu silam, membawa berkah tersendiri bagi Anen. Kondisi tersebut membuatnya berpikir kreatif mengojekkan perahu sederhana yang dibuatnya sendiri sebagai sarana angkut penduduk yang hendak menyeberang dari Bogor ke wilayah Bekasi maupun sebaliknya.
Setiap harinya, sekitar 100 penumpang yang sebagian besar buruh memanfaatkan jasa perahu milik Anen. Maklum, bayarannya tergolong murah dibanding alat transportasi umum lain yakni cuma 500 perak. Itu pun bisa membayar per bulan atau per minggu.
Tak heranlah banyak yang memilih perahu Anen ketimbang harus memutar jauh dengan kendaraan umum lain yang lebih menguras kantong. Anen pun senang, kini, dompetnya lebih gemuk dibanding ketika menjadi tukang ojek sepeda motor.
Anen mulai beroperasi sekitar pukul 06.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 00.00 WIB. Tapi tak selama itu pria bertubuh kurus ini bekerja. Jika malam tiba, Anen digantikan rekannya Jais yang dengan setia menunggui penumpangnya yang kebanyakan para buruh yang kena giliran kerja malam. Keduanya kerap menunggu ditemani sebuah lampu petromaks sembari merajut harapan agar banyak enumpang. Dengan begitu, kebutuhan harian kelurga bisa dipenuhi.MTA/Rieke Amru dan Bambang Triyono)
Setiap harinya, sekitar 100 penumpang yang sebagian besar buruh memanfaatkan jasa perahu milik Anen. Maklum, bayarannya tergolong murah dibanding alat transportasi umum lain yakni cuma 500 perak. Itu pun bisa membayar per bulan atau per minggu.
Tak heranlah banyak yang memilih perahu Anen ketimbang harus memutar jauh dengan kendaraan umum lain yang lebih menguras kantong. Anen pun senang, kini, dompetnya lebih gemuk dibanding ketika menjadi tukang ojek sepeda motor.
Anen mulai beroperasi sekitar pukul 06.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 00.00 WIB. Tapi tak selama itu pria bertubuh kurus ini bekerja. Jika malam tiba, Anen digantikan rekannya Jais yang dengan setia menunggui penumpangnya yang kebanyakan para buruh yang kena giliran kerja malam. Keduanya kerap menunggu ditemani sebuah lampu petromaks sembari merajut harapan agar banyak enumpang. Dengan begitu, kebutuhan harian kelurga bisa dipenuhi.MTA/Rieke Amru dan Bambang Triyono)