Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid mengatakan, digitalisasi memberikan peluang bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk berkembang.
Sebab menurut Meutya Hafid, ruang digital merupakan wadah terjadinya interaksi dan pertukaran informasi antarpengguna di dunia digital.
Baca Juga
"Ruang digital merupakan peluang bagi pelaku-pelaku UMKM dalam menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya domestik tetapi juga Internasional," kata Meutya dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator yang bertajuk “Pemanfaatan Ruang Digital untuk Pemasaran UMKM”, Sabtu (27/8/2022).
Advertisement
Meutya menyebut ke depan, semua jenis bisnis tanpa terkecuali harus berbasis digital untuk bertahan.
"Ketika semua manusia mendapatkan informasi dari digital, maka sulit untuk bisnis bertahan ketika dia tidak memasuki ranah digital” ujar Meutya.
Hal itu juga berlaku bagi promosi produk.
Meutya mengatakan promosi atau pemasaran digital bisa dilakukan melalui media sosial, lalu jualan di marketplace, pakai jasa endorsment melalu relasi, kenalan, keluarga, ataupun influencer lokal.
"Tinggal bagaimana kita selaku pelaku UMKM menyesuaikan dengan target pasar yang kita tuju," ucapnya.Dia berharap anak muda bisa menjadi pelopor wirausaha yang dapat menumpahkan ide kreatifnya dengan memanfaatkan ruang digital.
“Oleh karena itu, semua anak muda harus berpikir kreatif dan menumpahkan ide kreatif kita dalam bentuk usaha diruang digital," ungkap Meutya.
Salah Entrepreneur dan Influencer Annisa Daulay menjelaskan pelaku UMKM perlu memanfaatkan ruang digital untuk memudahkan mempromosikan usahanya.“Lalu interaksi dengan pelanggan lebih mudah, produk yang kita jual dapat menjangkau konsumen lebih luas, dan dapat mendukung branding dan promosi penjualan," ungkap Annisa.
Internet Dukung Perempuan Pelaku UMKM Berdaya Pascapandemi
Selain membantu karyawan bekerja jarak jauh dan belajar dari rumah saat pandemi, internet juga mendukung perempuan pelaku UMKM untuk terus berdaya pascapandemi.
Diungkapkan Co-chair W20 Indonesia sekaligus Presdir & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, teknologi digital dan internet membantu perempuan pemilik bisnis UMKM untuk meningkatkan bisnisnya dan pada gilirannya bisa berdaya secara finansial.
Menurut Dian, perempuan yang memulai bisnis itu banyak mendapatkan tantangan. Mulai dari adanya bias yang menyebut perempuan kurang cocok untuk membuka usaha, perlunya mendapatkan izin dari suami, sulitnya akses terhadap kredit dan informasi, hingga adanya kewajiban di rumah tangga atau domestik.
Dian mengatakan, rata-rata perempuan berpikir bahwa mereka bisa menjalankan bisnisnya jika dilakukan di rumah, dengan begitu pekerjaan rumah tangga bisa ditangani sembari juga mengasuh usahanya.
"Dengan kondisi seperti itu, teknologi digital bisa membantu perempuan menjalankan bisnisnya sembari merawat keluarga dan urusan domestik," kata Dian, ditemui usai pembukaan W20 Indonesia Summit di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Selasa 19 Juli 2022.
Dian mengatakan, teknologi digital dan internet membuat para perempuan pelaku UMKM bisa melakukan marketing dari rumah, distribusi produknya melalui internet, hingga berjejaring dengan pihak lain untuk terhubung dengan jaringan rantai pasokan.
"Jadi digital ini mengurangi tantangan-tantangan bisnis bagi perempuan pemilik UMKM," tutur dia.
Bicara mengenai diskriminasi yang dirasakan oleh pelaku UMKM perempuan, Dian menyebut, ada banyak pelaku UMKM yang bisnisnya terdampak pandemi. Hal ini bukan karena kemampuan bisnisnya yang lebih lemah dibanding kaum pria, tetapi karena saat pandemi tanggung jawab yang harus dipikul lebih banyak.
"Jadi kalau misalnya saat pandemi orang tua sakit, yang berkorban ibunya (perempuan). Saat anaknya sakit, yang jadi care giver adalah ibunya. Menjadi care giver bagi keluarga adalah tantangan bisnis bagi perempua, karena perempuan harus mengesampingkan usaha dan mendahulukan urusan domestik atau rumah tangga," katanya.
Advertisement
Cerita Pelaku UMKM Banyuwangi Raih Omset Jutaan Setelah Dihantam Pandemi Covid-19
Tumijan salah satu pelaku UMKM di Banyuwangi perlahan mulai kebanjiran pesanan setelah sebelumnya lesu akibat dihantam Covid-19.
Warga Desa Bunder Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur ini menjual kerupuk ikan. Tumijan mengaku bisnisnya kini secara perlahan berangsur pulih, meskipun belum pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi.
"Alhamdulillah, produksi kami mulai normal lagi. Keuntungan juga mulai naik. Tapi masih belum seperti dulu sebelum pandemi," tutur Tumijan pemilik UD Surya Jaya di Banyuwangi, Jumat 29 Juli 2022.
Setiap hari, Tumijan bisa menghabiskan 5-6 kuintal tepung terigu dan puluhan kilogram ikan tengiri. Bahan tersebut untuk memproduksi berbagai bentuk kerupuk ikan, seperti precet, cincin, ulir, dan masih banyak lainnya.
Tekstur yang renyah dipadu rasa ikan yang gurih, membuat kerupuk ikan produksi Tumijan banyak diminati masyarakat. Selain wilayah Banyuwangi, krupuk ikan produksinya juga merambah ke sejumlah daerah, seperti Malang, Jember, dan Situbondo.
"Keuntungan kami rata-rata Rp 400 ribu per hari, atau sekitar Rp. 12 juta per bulan," ujar Tumijan.
Sebelum pandemi, Tumijan mengaku bisa meraih keuntungan hingga dua kali lipatnya, yakni Rp. 800 ribu per hari. Meski belum sepenuhnya pulih, Tumijan bersyukur usahanya sudah kembali bergeliat.