Sukses

Pemkab Tangerang Sediakan Ruang Isolasi Jika Ada Pasien Cacar Monyet

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang menyiapkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai tempat karantina untuk menangani kasus cacar monyet atau monkey pox.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang menyiapkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai tempat karantina untuk menangani kasus cacar monyet atau monkey pox, bila ditemukan pasien di wilayah tersebut.

"Pemkab sudah persiapkan RSUD Tangerang untuk tempat karantina pasien monkey pox, apabila nanti di temukan," kata Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar kepada awak media.

Dia mengatakan, penyiapan satu tempat karantina tersebut merupakan sebagai langkah dalam mengantisipasi kemunculan wabah cacar monyet di wilayah Kabupaten Tangerang.

"Untuk sementara baru RSUD Tangerang dulu yang disiapkan," kata da.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kabupaten Tangerang dr Sumihar Sihaloho menambahkan, penemuan kasus pertama cacar monyet di DKI Jakarta, menjadi perhatian khusus pihaknya melakukan pencegahan kemunculan penyakit menular tersebut.

Salah satunya, yaitu dengan menginstruksikan sejumlah fasilitas rumah sakit dan puskesmas di wilayahnya itu untuk meningkatkan kewaspadaan serta aktif mendeteksi secara dini dari ciri-ciri adanya wabah tersebut.

Selain itu, Pemkab Tangerang juga telah menyebarluaskan informasi tentang bahaya penyakit monkey pox dengan membuat konten edukasi melalui media sosial seperti Instagram, website dan spanduk untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat.

"Kita selalu memantau dan melaporkan laporan jika ada kasus yang ditemukan sesuai dengan definisi operasional, kemudian meningkatkan kewaspadaan dengan upaya Early Surveilans," ujarnya.

Ia mengungkapkan, sejauh ini wilayah Kabupaten Tangerang sendiri masih masuk dalam kategori zona hijau penyebaran penyakit menular, lantaran kasus penularan cara monyet tersebut belum ditemukan. 

2 dari 4 halaman

Menkes Sebut Vaksin Cacar Monyet Mulai Didistribusikan Akhir Tahun

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah sudah mulai memproses pengadaan vaksin cacar monyet atau monkeypox. Dia menargetkan vaksin cacar monyet mulai didistribusikan pada akhir 2022.

"Udah diadain (vaksin), kita tinggal nunggu. Akhir-akhir tahun ini (didistribusikan)," kata Budi Gunadi kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Kendati begitu, dia mengatakan vaksin cacar monyet sangat terbatas. Untuk itu, vaksin akan diberikan kepada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi terinfeksi.

"Itu sangat terbatas, karena itu akan diberikan secara terbatas kepada masyarakat yang immunocompromised. Jadi tidak semuanya dan sebagian besar masyarakat di tahun 1980 kan sebenarnya sudah ada (mendapat vaksin cacar)," jelas Budi.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia sedang melakukan pengadaan 10.000 vaksin cacar monyet. Meski begitu, vaksin tersebut harus mendapatkan izin darurat penggunaan (Emergency Use Authorization/EUA) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Kepala BPOM RI Penny K Lukito menyampaikan skema proses percepatan izin darurat vaksin cacar monyet. Salah satunya, industri farmasi yang akan memasok vaksin tersebut harus didaftarkan terlebih dahulu ke BPOM.

"Kemenkes perlu menunjukkan industri farmasi yang akan mendaftarkan dan menyerahkan dokumen-dokumen untuk proses mendapatkan EUA," ujar Penny saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Senin, 22 Agustus 2022.

 

3 dari 4 halaman

Dinkes Pastikan 2 Warga Depok Tidak Terjangkit Cacar Monyet

Dinas Kesehatan atau Dinkes Depok telah menerima konfirmasi dua warga Kota Depok yang sebelumnya berstatus kontak erat dengan pasien monkeypox atau cacar monyet. Hasilnya dua warga Kota Depok dinyatakan negatif monkeypox.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati mengatakan, Dinas Kesehatan Kota Depok hingga kini belum mengetahui identitas dua warga Kota Depok kontak erat monkeypox. Namun berdasarkan informasi yang didapat, dua warga tersebut telah dinyatakan negatif.

“Iya dua warga sudah negatif yang sebelumnya kontak erat dengan pasien monkeypox,” ujar Mary, Kamis (25/8/2022).

Kedua warga Depok yang kontak erat mendapatkan pemantauan dan pemeriksaan Dinkes DKI Jakarta dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hal itu membuat Dinas Kesehatan Kota Depok tidak dapat melakukan pemeriksaan terhadap kedua pasien tersebut.

“Namun kami sudah berupaya untuk mencari tahu identitas baik nama maupun domisili,” ucap Mary.

Mary mengungkapkan, Dinas Kesehatan Kota Depok telah melakukan berbagai upaya dalam pencegahan monkeypox di Kota Depok. Upaya tersebut dilakukan guna mencegah warga Kota Depok tertular monkeypox yang penularannya dari manusia ke manusia.

“Kami melakukan sosialisasi melalui media sosial milik Dinkes Kota Depok,” ungkap Mary.

Mary menjelaskan, masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam beraktivitas. Tidak hanya itu, penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat membantu pencegahan penularan Monkeypox.

“Tetap mendisiplinkan PHBS dan penerapan protokol kesehatan,” jelas Mary.

4 dari 4 halaman

Menkes: Cacar Monyet yang Beredar Varian Afrika Barat, Punya Fatality Rate Rendah

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa penyakit cacar monyet atau monkeypox memiliki dua varian yakni, Afrika Tengah dan Afrika Barat. Namun, kata dia, varian yang paling banyak beredar adalah Afrika Barat dan memiliki tingkat fatality rate rendah.

"Varian cacar monyet itu ada dua, versi Afrika Barat sama Afrika Tengah. Yang Afrika Barat itu lebih rendah fatality rate-nya dari yang Afrika Tengah. Nah, Alhamdulillah yang beredar sekarang itu banyak yang Afrika Barat," kata Budi Gunadi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa 23 Agustus 2022.

Dia menyampaikan, bahwa saat ini kasus cacar monyet di dunia mencapai 39.000. Dari jumlah itu, Budi menyebut sebanyak 12 kasus cacar monyet dinyatakan meninggal dunia.

"Jadi sekitar 0,03 persen relatif masih sangat rendah," ucapnya.

Budi menjelaskan bahwa penularan cacar monyet berbeda dengan Covid-19 yang melalui droplet. Adapun cacar monyet menular apabila masyarakat berkontak fisik langsung dengan penderita.

"Ini (cacar monyet) harus benar-benar nempel kontak fisik. Dia hanya bisa menular secara fisik sudah kelihatan bintik-bintik cacarnya dan cairannya," ujarnya.

"Kalau Covid-19 kan masih sehat pun bisa menular jadi lebih berbahaya, kalau cacar monyet, kita lihat nih kalau temen kita udah cacar monyet baru dia bisa menular," sambung Menkes Budi.

Menurut dia, masyarakat bisa lebih mudah menghindari penularan cacar monyet dibanding Covid-19. Pasalnya, masyarakat hanya tinggal menghindari orang yang memiliki gejala cacar monyet.

"Jadi kalau udah masih cacar kita masih deket-deketan, salam-salaman, tempel-tempelan, ya salah sendiri. Harusnya kita bisa menghindari itu dengan lebih mudah. Dari sisi protokol kesehatannya, identifikasinya lebih mudah, cara menghindarinya juga jauh lebih mudah," pungkas Budi.