Sukses

Mendikbudristek Nadiem Makarim Terpapar Covid-19

Saat rapat kerja di Komisi X DPR RI, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengaku terpapar Covid-19

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengakuterpapar Covid-19. Hal itu disampaikan saat rapat kerja dengan Komisi X DPR RI. Nadiem hadir rapat secara virtual.

Nadiem mengaku pertama kali positif Covid-19 setelah sekian lama berupaya menghindari. 

"Walaupun sudah bertahun-tahun menghindari terpapar oleh Covid-19, akhirnya saya terkejar juga dan akhirnya saya positif Covid-19 hari ini," ujar Nadiem saat rapat dengan Komisi X secara virtual, Selasa (30/8/2022).

Nadiem mengaku bersama dengan keluarganya saat ini menjalani isolasi mandiri, hal ini guna menghentikan penularan virus corona tersebut.

"Saya positif Covid-19 hari ini beserta keluarga saya," katanya

Komisi X menggelar rapat kerja dengan Mendikbudristek membahas anggaran dan program kerja tahun 2023. Terlihat hadir secara fisik menggantikan Nadiem adalah Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti.

Sementara Nadiem mengikuti rapat dan melanjutkan paparannya secara virtual dengfan Komisi X DPR RI

"Jadi saya mohon maaf sebesar-besarnya tidak bisa hadir secara fisik," kata mantan bos Gojek ini.

Komisi X tetap melanjutkan rapat membahas anggaran dan program kerja. Rapat dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian.

Sementara sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengaku positif tertular Covid-19. Hasil positif Covid-19 ditunjukkan dari tes PCR yang dijalaninya hari ini, Senin 29 Agustus 2022.

Banyak mobilitas disinyalir menjadi penyebab Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin positif terinfeksi virus Corona.

2 dari 3 halaman

Antisipasi Varian Baru Covid-19, Pemerintah Siapkan Vaksin Anak di Bawah 6 Tahun

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut pemerintah tengah menyiapkan vaksin Covid-19 untuk anak usia di bawah 6 tahun. Budi mengaku pemerintah sudah mulai menjajaki untuk mendapatkan vaksin tersebut.

"Salah satu inisiatifnya, vaksinasi untuk anak di bawah 6 tahun sudah mulai dijajaki. Sudah ada vaksinnya, di dunia namanya vaksinasi pediatric. Sudah kita jajaki," ujar Budi dalam jumpa pers virtual, Selasa 23 Agustus 2022.

Selain vaksin anak di bawah 6 tahun, Budi menyebut pemerintah juga menyiapkan vaksin untuk kelompok lansia yang memiliki komorbid, atau penyakit penyerta. Menurut Budi, vaksin akan digeber untuk menghadapi adanya varian baru Covid-19 di tahun 2023 mendatang.

"Kedua vaksinasi untuk kelompok lansia yang komorbid yang kadar imunitasnya turun, karena lebih dari 6 bulan. Itu kita berikan altenatif vaksinnya untuk menjaga kadar imunitas populasi Indonesia untuk menghadapi tahun depan jika ada varian baru," kata dia.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memerintahkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin untuk kembali melakukan vaksinasi Covid-19 di akhir tahun. Vaksinasi ini nantinya akan difokuskan untuk masyarakat yang memiliki imunitas rendah.

"Arahan Bapak Presiden nanti rencananya di akhir tahun kita akan melakukan vaksinasi, terutama diarahkan bagi golongan yg memang imunitasnya rendah," kata Budi Gunadi dalam konferensi pers usai rapat bersama Presiden Jokowi di Kantor Presiden Jakarta, Selasa 23 Agustus 2022.

Dia menyampaikan bahwa kasus konfirmasi Covid-19 di beberapa negara seperti Jepang, Eropa, dan Amerika mencapai 100.000 per hari. Budi menyebut tingginya kasus konfirmasi ini berpotensi memunculkan varian baru Covid-19.

Untuk itu, kata dia, Indonesia harus bersiap melakukan antisipasi agar masyarakat memiliki imunitas tinggi apabila varian baru Covid-19 muncul. Salah satunya, dengan kembali melakukan vaksinasi.

"Pasti akan timbul varian baru karena ada kasus konfirmasi segitu. Itu membuat Indonesia harus siap-siap dengan adanya sub varian baru di Eropa, sub varian baru di Amerika karena kasus konfirmasi yang tinggi," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Vaksin Menyiapkan Sistem Imun Tubuh yang Meringankan Gejala saat Terpapar Covid-19

Vaksinasi masih jadi salah satu senjata melawan virus COVID-19. Setelah beberapa rangkaian vaksinasi yang sudah berjalan dari setahun lalu, saat ini pemerintah sedang gencar mengimbau masyarakat untuk vaksin booster.

Pemerintah tengah memfokuskan untuk memberikan vaksinasi booster kedua atau rangkaian vaksinasi keempat untuk tenaga kesehatan dan menyusul untuk masyarakat yang diutamakan bagi lansia dan masyarakat dengan komobid.

Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralumni), Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI, menyebut, alasan booster diberikan karena antibodi yang dihasilkan oleh vaksin itu sendiri akan menurun dalam jangka waktu tiga sampai enam bulan.

"Kita masih dalam tahap pengembangan vaksin, mungkin nanti akan menjadi seperti vaksin influenza kalau sudah endemik, jadi artinya nanti disesuaikan kembali mutasinya," ujar Prof. Iris, saat menjadi pembicara di Virtual Class Liputan6.com dengan tema “Berkali-kali Vaksin, Masih Kena Covid-19, Kenapa?”, Senin (29/8), yang juga dihadiri Vaksinolog, dr. Dirga Sakti Rambe. Perbesar Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI (kanan bawah), dan dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD (kanan atas) dalam Virtual Class Liputan6.com, Senin (29/8).

Ia menegaskan, vaksinasi bukan alat untuk pencegahan. Tujuan utama vaksinasi adalah menyiapkan sitem imun tubuh yang membantu meringankan gejala ketika terpapar virus COVID-19.

Senjata utama untuk pencegahannya adalah masker dan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, juga kita harus mengkonsumsi makanan sehat, istirahat dan olahraga dengan cukup.

"Ini adalah satu kesatuan, kurang satu aja, bisa menimbulkan celah untuk virus masuk ke dalam tubuh kita,” dia menambahkan.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com