Liputan6.com, Jakarta Saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J alias Nofriansyah Yoshua Hutabarat pada Selasa 30 Agustus 2022, di rumah dinas Ferdy Sambo. Salah seorang polisi kedapatan masih memanggil Ferdy Sambo dengan sebutan 'Jenderal'.
Baca Juga
Melansir dari akun Tik Tok wahwigrafer, dalam cuplikan video adegan rekonstruksi 54 E. Polisi yang mengenakan kaus merah ini masih memanggil Ferdy Sambo dengan sebutan Jenderal.
Advertisement
Menanggapi hal tersebut, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) hal tersebut biasa-biasa saja. Terlebih Ferdy Sambo yang baru saja dipecat oleh kepolisian, kharisma sebagai mantan 'Jenderal' masih melekat di dirinya.
"Biasa saja karena orang yang sudah pensiun pun pasti masih bisa dipanggil Jenderal," ungkap ketua IPW Sugeng Santoso saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (31/8/2022).
Menurut Sugeng, hal yang lebih penting kebanding panggilang 'Jenderal' tersebut, kepolisian tidak boleh merasa terpengaruh dengan posisi Irjen Ferdy Sambo yang pernah menjabat sebagai Kadiv Propam Polri tersebut. Polisi harus tetap bersikap profesional selama proses hingga hasil penyidikannya.
"Karena dia adalah tersangka, harus diperlakukan sama di dalam proses hukumnya," ujarnya.
Sementara Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Josias Simon menilai rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J mulai membuka tabir terjadinya suatu peristiwa tindak pidana.
Josias mengatakan, meski rekonstruksi tersebut mulai menguak fakta baru pembunuhan Brigadir J, namun menurut dia masih ada perbedaan petunjuk dan informasi yang diperoleh dari tiga lokasi rekonstruksi.
"Rekonstruksi kemarin mulai membuka kejelasan bagaimana sebenarnya peristiwa itu, meski ada perbedaan petunjuk dan informasi yang diperoleh," ujar Josias dalam keterangannya, Rabu 31 Agustus 2022.
Kendati masih ada perbedaan informasi, menurutnya Polri telah transparan saat menggelar rekonstruksi. Transparansi itu menyangkut akses informasi publik, dimana masyarakat bisa melihat proses rekonstruksi secara daring.
"Transparan dalam arti bisa diakses publik secara online dan prosedurnya," kata Josias.
Kini, menurut Josias, masyarakat menunggu Polri untuk mengungkap kebenaran informasi dan meluruskan segala perbedaan petunjuk serta pernyataan para tersangka.
Sebutan Jenderal Saat Rekonstruksi
Melansir dari akun TikTok wahwigrafer, dalam cuplikan video adegan rekonstruksi 54 E. Polisi yang mengenakan kaus merah ini masih memanggil Ferdy Sambo dengan sebutan Jenderal.
Hal ini terekam saat polisi ini menanyakan terkait adegan rekonstruksi pistol jatuh kepada Ferdy Sambo.
TikTok wahwigrafer ©2022 Merdeka.com
"Tapi setiap senti nya benar Jenderal ya?," tanya polisi ini kepada Ferdy Sambo terkait adegan pistol jatuh sambil agak membungkuk.
"Iya," jawab Ferdy Sambo.
Bukan hanya panggilan saja. Netizen juga menyoroti sikap para polisi ini kepada tersangka Ferdy Sambo.
Terlihat dalam video adegan rekonstruksi 54 E yang tersebar luas, bagaimana sikap sopan para polisi ini kepada Ferdy Sambo. Netizen bahkan menyoroti gestur tubuh anggota polisi yang santun dan agak sedikit membungkuk serta menunduk saat bertanya atau berbicara pada Ferdy Sambo.
Tak cuma itu, ada juga terdengar Sambo masih dipanggil dengan panggilan 'bapak' oleh seorang polisi.
Tidak sedikit dari masyarakat yang begitu jeli akan hal tersebut. Khususnya panggilan Jenderal untuk Ferdy Sambo dari para polisi saat rekonstruksi kemarin.
"Aku heran kenapa masih dinpanggil jenderal," tulis akun scorpio.
"Masih munduk-munduk dan panggil Jenderal," tulis akun KANABI99.
Berdasarkan pantauan dari YouTube Polri TV, Selasa 30 Agustus 2022 Ferdy Sambo tiba di rumah dinasnya usai dari rumah pribadi di Jalan Saguling Tiga, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Jarak antara rumah pribadi ke rumah dinas hanya sekitar 600 meter.
Mengenakan baju tahanan Bareskrim Polri berwarna oranye, Ferdy Sambo turun dari mobil. Saat inilah, pistol hitam yang ada di genggamannya sempat terjatuh. Dia kemudian mengambil pistol tersebut.
Tampak Ferdy Sambo sudah menggunakan sarung tangan pada tangan kirinya. Setelah mengambil pistol yang terjatuh, Ferdy Sambo memasuki rumah dinasnya.
Advertisement
Sebelum Tewas Brigadir J Diancam Pisau
Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto menjelaskan, terkait pisau yang dipegang oleh Kuwat Ma'ruf (KM) pada saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J alias Nofriansyah Yoshua Hutabarat, pada Selasa 30 Agustus 2022.
Menurut Agus, pisau itu digunakan oleh Kuwat Ma'ruf untuk mengancam Brigadir J.
"Kan sudah banyak beredar info keterangan pacar almarhum J yang menyatakan diancam squad-squad lama," kata Agus saat dihubungi, Rabu 31 Agustus 2022.
"Si Kuwat orang lama bawa pisau (mengancam kalau Almarhum J naik ke atas)," sambungnya.
Ia menegaskan, pisau yang dipakai oleh Kuwat Ma'ruf tersebut digunakan untuk melakukan pengancaman. Hal ini juga dikuatkan dengan pemeriksaan atau keterangan saksi.
"Seperti itu kan cerita almarhum kepada pacarnya (pengancaman) dikuatkan keterangan saksi," tegasnya.
Sebelumnya, Reka adegan atau rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J ditutup dengan adegan penyerahan dua buah pisau Kuwat Ma'aruf kepada salah satu ajudan eks Irjen Ferdy Sambo, Deden. Pisau tersebut menjadi pertanyaan apakah dugaan Brigadir J benar dianiaya.
Diketahui pisau yang dibawa oleh sopir Ferdy Sambo, Kuat berawal dari peristiwa di Magelang. Tidak hanya sebuah pisau, Kuat juga membawa satu unit Handy Talky (HT) yang digunakan untuk berkomunikasi.
Dari keterangan Dirtipidum Brigjen Andi Rian pisau yang dibawa Kuat ada kaitannya dengan peristiwa yang ada di Magelang.
"Pisau itu barang bukti terkait satu peristiwa di Magelang, begitu," ungkap Andi saat ditemui oleh wartawan usai rekonstruksi di rumah dinas Sambo, Selasa 30 Agustus 2022.
Tetapi, Andi tidak merinci fungsi pisau tersebut digunakan pada saat peristiwa apa. Kendati demikian Brigjen Andi Rian menjelaskan pihaknya bakal kembali memeriksa peristiwa di Magelang.
Dia mengatakan bakal menggali keterangan dari lima orang, empat tersangka terkait peristiwa tersebut.
"Besok konfrontir ada lima orang, PC (Putri Candrawathi), Susi, Kuwat Maruf, Ricky Rizal, dan Bharada E alias Richard Eliezer," jelasnya.
Reporter: Rahmat Baihaqi7
Sumber: Merdeka.com