Liputan6.com, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memutar sebuah video yang diklaim penting dalam mengungkap peristiwa tewas Brigadir J.
Komisioner Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Choirul Anam menerangkan, video sengaja dipotong hanya untuk menampilkan bagian-bagian yang penting, yang sebenarnya bisa masuk dalam video yang sudah disebarkan ke publik.
"Kalau video yang tersebar di publik video ini nggak ada padahal, ini video yang sangat penting dalam konstruksi peristiwa. Dan ini kami ambil dari raw material, jadi jangan lihat jam yang ada di situ karena ini belum dikalibrasi," kata Anam, Kamis (1/9/2022).
Advertisement
Anam menerangkan, video ini dinilai penting kalau mau membuat rangkaian peristiwa. Di situ dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi.Â
Baca Juga
"Video ini khususnya yang dua orang yang naik dan turun itu menceritakan FS memanggil ADC-nya dan di titik inilah sebenarnya yang kami tadi sampaikan," ujar dia.
Anam menerangkan, Irjen Ferdy Sambo saat itu mau mendengar yang terjadi dalam peristiwa Magelang. Salah satu yang terlihat pada video ialah Bharada E.
"Disuruh naik ke atas ditanyain apa yang terjadi di Magelang dipanggil ke lantai 3 yang satunya juga begitu ADC yang satunya dipanggil ke atas ditanyain apa yang terjadi di Magelang," ujar dia.
Sementara itu, video yang sudah beredar di publik di titik itulah yang menanyakan apakah kamu mau menembak.
"Itu posisi video ini harusnya memang menjadi 1 spektrum penting dalam kontruksi peristiwa tapi dalam video yang beredar yang itu menjadikan narasi," ujar dia.
Anam menyebut hal ini sesuai dengan keterangan Irjen Ferdy Sambo. "Ketika kami nanya ke saudara FS. Ketika datang ke Saguling apa yang dilakukan. Dia nanya soal apa yang terjadi di Magelang. Nah peristiwa itulah yang sangat mewarnai apa yang terjadi di Duren tiga di rumah dinas duren tjga nomor 46," tandas dia.
Â
Komisi Komioner Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam mengungkapkan, telah mengantongi bukti penting dalam pengungkapan kasus pembunuhan terhadap Brigadir J alias Nofriansyah Yoshua Hutabarat.
Foto Brigadir J Usai Dibunuh
Komnas HAM memperlihatkan sebuah foto yang diduga Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J usai ditembak mati di Rumah Dinas Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri RT 5/RW 1, Duren Tiga Jakarta Selatan pada Jumat, 8 Juli 2022.
Foto ditampilkan pada saat memaparkan hasil pemantauan dan penyelidikan internal, Kamis (1/9/2022). Seperti dilihat, Brigadir J mengenakan kaos dan celana jeans panjang berwarna biru. Posisi Brigadri J dalam keadaan telungkup di dekat tangga. Terlihat juga banyak darah yang keluar di bagian kepala dan badan.
sengaja memburamkan sebagian foto dengan pertimbangan melindungi hak asasi Brigadir J.
"Foto itu adalah kondisi TKP sesaat setelah peristiwa penembakan Brigadir J," kata Komisioner Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Choirul Anam saat konferensi pers di Gedung Komnas HAM, Kamis (1/9/2022).
Anam menerangkan, Komnas HAM mendapatkan beberapa foto yang menunjukkan kondisi tempat kejadian perkara sesaat setelah peristiwa penembakan Brigadir J. Dalam foto ditunjukkan di antaranya terkait posisi jenazah, bekas tembakan pada beberapa lokasi dalam rumah.
Â
Advertisement
Foto Senjata dan Peluru
Selain itu, terdapat beberapa foto menunjukkan senjata dan peluru digunakan. Anam juga mengantongi bukti berupa foto oknum anggota Polri yang diduga merencanakan obstruction of justice.
"Berikutnya terdapat anggota kepolisian yang diduga mengonsolidasi tempat kejadian perkara beberapa saat setelah peristiwa kejadian," kata dia.
"Ini yang kita maksud adalah kita dapatkan beberapa foto penting yang kita dapatkan pada tanggal 8. Jadi pada tanggal 8 itu mendapatkan foto pascakejadian sesaat pascakejadian nggak sampai 1 jam. Jadi foto kalau dicek rekam jejak digital nya itu diambil kurang dari 1 jam pasca peristiwa," dia menandaskan.