Sukses

5 Fakta Terkait Kabar Santri Meninggal di Pondok Gontor

Belum lama ini seorang ibu mengungkapkan kesedihan anaknya santri meninggal di Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo, Jawa Timur (Jatim).

Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini seorang ibu mengungkapkan kesedihan anaknya santri meninggal di Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo, Jawa Timur (Jatim).

Ibu bernama Soimah itu menceritakan kisah pilunya kehilangan sang putra di Pondok Modern Gontor di depan pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea. Soimah pun tak dapat lagi membendung rasa sedihnya ketika menceritakan kembali kisah dukanya kehilangan putra sulungnya, Albar Mahdi (16).

Pertemuan mereka terjadi saat Hotman Paris Hutapea bertandang ke Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), dalam rangka mendampingi korban pemukulan anggota DPRD Palembang, MZ, Minggu 5 September 2022.

Soimah menceritakan saat dia dan keluarganya mendapatkan kabar jika Albar Mahdi, anaknya sudah meninggal dunia sekitar pukul 06.45 WIB. Namun, mereka baru dikabari sekitar pukul 10.40 WIB, Senin 22 Agustus 2022.

Didampingi ayahnya, jenazah Albar, siswa kelas 5i Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jatim, tiba di rumah duka di Kelurahan Sungai Selayur Kecamatan Kalidoni Palembang, pada Rabu siang 23 Agustus 2022.

Jasad Albar Mahdi akhirnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, pada Rabu sore, tak jauh dari rumah duka.

"(Meninggal dunia) diduga karena tindak kekerasan. Sudah dikubur, tidak ada visum, belum buat laporan polisi. Karena pertimbangan menyangkut lembaga besar, Gontor. Iya (meninggal dunia di Ponpes Gontor 1)," ucapnya kepada Hotman Paris, yang ditayangkan di akun @hotmanparisofficial, Senin 5 September 2022.

Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo pun angkat bicara. Juru Bicara Pondok Modern Gontor Noor Syahid menyatakan, pihaknya memohon maaf dan belasungkwa atas wafatnya almarhum AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan.

"Kami sangat menyesalkan terjadi peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," ujarnya dalam keerangan tertulis, Senin 5 September 2022.

Berikut sederet fakta terkait kabar santri meninggal di Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo, Jawa Timur (Jatim) dihimpun Liputan6.com:

 

2 dari 6 halaman

1. Kisah Dibagikan Pengacara Kondang Hotman Paris

Soimah tak dapat lagi membendung rasa sedihnya, di depan pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea, ketika menceritakan kembali kisah dukanya kehilangan putra sulungnya, Albar Mahdi (16).

Pertemuan mereka terjadi saat Hotman Paris Hutapea bertandang ke Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), dalam rangka mendampingi korban pemukulan anggota DPRD Palembang, MZ, Minggu 4 September 2022.

Soimah menceritakan saat dia dan keluarganya mendapatkan kabar jika Albar Mahdi, anaknya sudah meninggal dunia sekitar pukul 06.45 WIB. Namun, mereka baru dikabari sekitar pukul 10.40 WIB, Senin 22 Agustus 2022.

Didampingi ayahnya, jenazah Albar, siswa kelas 5i Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jatim, tiba di rumah duka di Kelurahan Sungai Selayur Kecamatan Kalidoni Palembang, pada Rabu siang 23 Agustus 2022.

Jasad Albar Mahdi akhirnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, pada Rabu sore, tak jauh dari rumah duka.

"(Meninggal dunia) diduga karena tindak kekerasan. Sudah dikubur, tidak ada visum, belum buat laporan polisi. Karena pertimbangan menyangkut lembaga besar, Gontor. Iya (meninggal dunia di Ponpes Gontor 1)," ucapnya kepada Hotman Paris, yang ditayangkan di akun @hotmanparisofficial, Senin 5 September 2022.

Hotman Paris yang melihat foto kondisi jenazah menduga, anak Soimah mengalami tindakan kekerasan. Pengacara kondang ini pun meminta kepada Polda Jatim dan Polres Ponorogo Jatim, untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

 

3 dari 6 halaman

2. Sang Ibu Kirim Surat Terbuka Ceritakan Kronologi Kejadian

Usai viral di medsos, surat terbuka untuk Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim yang ditulis Soimah, disebarluaskannya di aplikasi pesan instan WhatsApp Group (WAG).

Surat terbuka tersebut berisi jika keluarga korban meminta kejelasan, atas meninggalnya sang anak tercinta. Soimah meminta keadilan kepada semua pihak, agar bisa membantunya atas berpulangnya anaknya secara mendadak.

"Sungguh miris, tragis dan menyakitkan hati saya dan keluarga tidak ada kabar sakit atau apapun itu dari anak saya. Tiba-tiba dapat kabar dari pengasuhan Gontor 1 telah meninggal dunia pada Senin, 22 Agustus 2022 pukul 10.20. Padahal di surat keterangan yang kami terima, meninggal dunia pukul 06.45 WIB , ada apa? rentang waktu itu menjadi pertanyaan keluarga kami," tulisnya dalam surat terbuka untuk Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim.

Jasad anaknya akhirnya dibawa pulang dengan didampingi perwakilan Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim, Ustaz Agus. Di hadapan pelayat, perwakilan Ponpes Gontor 1 Ponorogo menjelaskan jika anaknya terjatuh karena kelelahan, saat mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum). Terlebih anaknya dipercaya sebagai Ketua Pelaksana (Ketupel) Perkajum Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim.

Awalnya Soimah sekeluarga menerima alasan kematian anaknya tersebut. Namun, mereka mendengar kronologi kematian anaknya yang berbeda dari wali santri lainnya.

"Kami pihak keluarga meminta agar mayat dibuka. Sungguh sebagai ibu, saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian, begitu juga dengan keluarga. Amarah tak terbendung kenapa laporan yang disampaikan, berbeda dengan kenyataan yang diterima," katanya.

Karena tidak sesuai, keluarga korban menghubungi pihak forensik dan rumah sakit yang sudah siap melakukan autopsi jasad Albar Mahdi. Namun, setelah didesak, perwakilan dari Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim yang mengantar jenazah anaknya, mengakui bahwa Albar Mahdi meninggal dunia akibat terjadi kekerasan.

Dia pun meratapi penyesalannya, karena sudah menitipkan anaknya di ponpes yang terkenal mempunyai pendidikan Islam nomor satu di Indonesia. Setelah ada pengakuan telah terjadi tindak kekerasan di dalam pondok, keluarga korban memutuskan untuk tidak jadi melakukan autopsi.

"Hal itu dilakukan, agar anak saya segera bisa dikubur. Mengingat sudah lebih dari satu hari perjalanan dan saya tidak rela tubuh anak saya diobrak-abrik. Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum didasari banyak pertimbangan," ujarnya.

Karena itu, Soimah membuat surat terbuka untuk Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim. Pihak keluarga ingin bertemu dengan kiai besar di ponpes tersebut, pelaku, dan keluarga pelaku, untuk duduk satu meja dan menjelaskan kronologis sebenarnya hingga anaknya meninggal dunia.

Dia tak ingin perjuangan anaknya menjadi sia-sia. Jangan lagi ada korban-korban kekerasan lainnya. Bukan hanya di Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim, tetapi di pondok lainnya hingga menyebabkan nyawa santri melayang.

"Ini tidak sebanding dengan harapan para orangtua dan wali santri, untuk menitipkan anaknya di sebuah lembaga yang dapat mendidik akhlak para generasi berikutnya," katanya.

"Semoga tulisan ini membuka mata masyarakat, memperjuangkan kebenaran dibutuhkan keberanian. Dari saya, Soimah wali santri Albar Mahdi bin Rusdi yang masih berharap ini hanya mimpi. Dan merasa anak saya belum pulang menimba ilmu," tutupnya.

 

4 dari 6 halaman

3. Ponpes Gontor Minta Maaf ke Orangtua Santri

Juru Bicara Pondok Modern Gontor Noor Syahid menyatakan, pihaknya memohon maaf dan belasungkwa atas wafatnya almarhum AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan.

"Kami sangat menyesalkan terjadi peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," ujarnya dalam keerangan tertulis, Senin 5 September 2022.

Dia menyatakan, berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, pihaknya menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan almarhum wafat.

"Kami langsung bertindak cepat dengan menindak/menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut," ujarnya.

Pada hari yang sama ketika almarhum wafat, pihak Pondok langsung mengeluarkan santri yang terlibat secara permanen.

"Pada prinsipnya kami Pondok Modern Gontor, tidak mentoleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini," jelasnya.

Pihaknya juga siap untuk mengikuti segala bentuk upaya dalam rangka penegakan hukum peristiwa wafatnya almarhum AM ini.

 

5 dari 6 halaman

4. Ponpes Gontor Benarkan Adanya Penganiayaan Santri Hingga Meninggal

Noor membenarkan adanya dugaan penganiayaan terhadap AM tersebut.

"Berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, kami memang menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan almarhum wafat," ujar Noor.

Noor mengaku, pihak pesantren setelah menemukan dugaan adanya penganiayaan tersebut langsung bertindak cepat dan menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut.

"Pada hari yang sama ketika almarhum wafat, kami juga langsung mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada mereka yang diduga terlibat, yaitu dengan dikeluarkan sebagai santri dari Pondok Modern Gontor secara permanen dan langsung memulangkan mereka," kata dia.

Dia menyebut Pondok Modern Gontor, tidak mentoleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apapun bentuknya. Gontor juga mengaku siap kooperatif terhadap proses hukum.

"Kami juga siap untuk mengikuti segala bentuk upaya dalam rangka penegakan hukum peristiwa wafatnya almarhum AM ini," kata dia.

Noor menceritakan, AM yang merupakan santri Gontor asal Palembang, Sumatera Selatan meninggal dunia pada Senin, 22 Agustus 2022. Ponpes Gontor meminta maaf kepada pihak keluarga AM atas kejadian ini.

Noor juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga AM, jika dalam proses pengantaran jezanah dianggap tidak jelas dan terbuka.

"Kami tentu saja sangat menyesalkan terjadi peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," jelas Noor.

 

6 dari 6 halaman

5. Polisi Usut Kasus

Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo mengungkapkan, pihaknya telah menindaklanjuti adanya dugaan kekerasan di salah satu pondok di Ponorogo, yang mengakibatkan seorang santri meninggal dunia.

"Kami sudah menindaklanjuti ke pihak Gontor. Tadi malam sudah dlaksanakan pertemuan. Pihak Gontor kopertif tentang kejadian ini. Ini masih proses lidik, progres akan kita sampaikan," ujar Catur, Senin 5 September 2022.

Dia mengaku jika sudah ada progres. Nantinya akan sampaikan selanjutnya. Berbagi tim proses, masing-masing pentahapan, bidik, sidik maupun otopsi. Tetap bisa lakukan penyelidikan.

"Belum ada laporan langsung. Baik itu di Polres maupun Polsek. Tetapi kemudian kami sudah ke lokasi. Pihak Gontor cukup kooperatif," ucap Catur.

Penanganan dugaan kasus tersebut bermula ketika Hotman Paris mengunggah video tewasnya santri yang diduga akibat penganiayaan di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor.

Dalam unggahan itu, terlihat tangisan seorang ibu di Kota Palembang pecah dihadapkan pengacara kondang Hotman Paris. Ibu dengan jilbab itu melaporkan anaknya yang diduga meninggal karena penganiayaan.

Korban tersebut adalah Albar Mahdi, santi yang mengalami penganiayaan hingga tewas. Korban merupakan santri kelas lima, atau setara dengan kelas 11 SMA.

Korban tercatat sebagai santri di Ponpes Gontor I Desa Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo.

Korban dipulangkan ke orang tuanya di Palembang, dan telah dimakamkan pada 22 Agustus 2022 lalu.