Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa berkekuatan magnitudo (M) 6,1 di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Minggu, disusul dengan empat gempa susulan (aftershock).
"Ada empat buah aftershock dengan magnitudo terbesar 5,3 dan terkecil 4,2," ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Minggu (11/9/2022).
Baca Juga
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono, pun mengimbau bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman.
Advertisement
"Bangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," ujar Eko dalam keterangan resminya, ditulis Bandung, Senin, 12 September 2022.
Eko mengatakan daerah pantai Kabupaten Kepulauan Mentawai tergolong rawan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi tsunami melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
Kejadian gempa bumi ini ucap Eko, diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi dalam dimensi kecil.
"Namun masyarakat jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab tentang gempa bumi dan tsunami," kata Eko.
Eko menjelaskan daerah terdekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Pulau Siberut bagian barat laut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.
Morfologi Pulau Siberut merupakan perbukitan bergelombang hingga terjal yang dikelilingi dataran pantai.
"Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier berupa batuan metamorf dan meta sedimen, batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen, dan endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai, sungai, rawa dan batugamping koral," ucap Eko.
Eko menyebutkan sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan Kuarter dan batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
"Pada morfologi perbukitan terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh goncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," jelas Eko.
Data yang dimiliki otoritasnya mencatat, wilayah pantai barat Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Provinsi Sumatera Barat tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 3 meter.
Rentetan Gempa Mentawai
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun Twitter resminya @infoBMKG pada Senin dini hari menyampaikan bahwa pusat gempa bumi susulan berada di laut yaitu 147 kilometer Barat Laut Kepulauan Mentawai.
Koordinat gempa terjadi di 1,22 Lintang Selatan (LS) dan 98,5 Bujur Timur (BT) di kedalaman 10 kilometer.
Sementara gempa bumi pertama pada hari Minggu, tanggal 11 September 2022, pukul 06.10 WIB.
Lokasi pusat gempa bumi terletak di perairan barat laut Pulau Siberut pada koordinat 98,53 BT dan 1,18 LS, berjarak sekitar 150,7 km barat laut kota Tuapejat (ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat), dengan magnitudo M6,1 pada kedalaman 10 km.
Menurut informasi dari The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 98,624 BT dan 1,124 LS dengan magnitudo M6,0 pada kedalaman 20 km.
Berdasarkan data GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 98,68 BT dan 1,09 LS, dengan magnitudo M6,1 pada kedalaman 10 km.
Ketiga stasiun tersebut mencatat kejadian gempa bumi susulan pada pukul 06.24 WIB dengan magnitudo M5,4 (BMKG).
Advertisement