Liputan6.com, Jakarta - Setiap pasangan tentu memiliki gambaran pernikahan yang diidamkan. Setelah menikah, perceraian merupakan hal yang perlu diwaspadai setiap suami istri. Namun, saat ini angka perceraian di Indonesia mengalami sejumlah peningkatan.
Salah satunya yaitu di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Jumlah kasus perceraian setiap bulannya diperkirakan sebanyak 700-800 kasus.
Baca Juga
"Dan untuk satu tahun itu kisaran 8.000 hingga 9.000 perkara. Kalau untuk gugatan perceraiannya permasalahan keluarga yang menjadi alasan perceraiannya," kata Kepala KUA Indramayu, Muhammad Kasim kepada Liputan6.com.
Advertisement
Untuk Agustus 2022, perkara perceraian yang ditangani sebanyak 857 kasus. Sedangkan selama tahun 2022 dari Januari sampai pertengahan September sudah mencapai 7.000 perkara.
Menurut Kasim, alasan kuat dari sejumlah perkara perceraian didasarkan pada masalah ekonomi. Misalnya tidak diberikan nafkah oleh suami untuk keluarga.
Kasim mengatakan usia pasangan yang melakukan perceraian masih kategori muda. "Untuk rata-rata usia perceraian di usia 20-25 tahun dan terbilang usia pernikahan muda," ucapnya.
Kasim menegaskan, tidak ada pembatasan orang dalam pengajuan perkara per harinya. Kecuali saat masih awal pandemi Covid-19. Yaitu untuk pembatasan agar tidak terjadi kerumunan.
Sementara itu dia mengimbau agar masyarakat dapat mempersiapkan diri ketika berencana untuk melaksanakan pernikahan. Sebab saat berumah tangga dipastikan ada banyak masalah yang harus dihadapi.
"Sehingga harus dikomunikasikan antara pasangan karena sejak awal pernikahan kan sudah bisa menerima baik-buruknya sama-sama dan sebaiknya dipikir-pikir kembali sebelum melakukan perceraian. Libatkan keluarga besar sehingga masih dapat mempertahankan rumah tangganya secara utuh," dia menjelaskan.
Â
Faktor Penyebab Perceraian
Penyebab perceraian dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengambilan keputusan untuk bercerai tentunya tidak mudah. Pertimbangan panjang dan beragam diskusi tentu sudah dilakukan untuk menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga. Namun, saat tidak ditemukan jalan tengah, maka risiko yang mengiringi perceraian pun harus dijalani kedua belah pihak.
Berikut Liputan6.com rangkum dari Merdeka dan berbagai sumber lainnya, Selasa (1/3/2022) tentang penyebab perceraian.
Masalah ekonomi
Salah satu penyebab perceraian yang mungkin sering dialami adalah adanya masalah ekonomi. Hidup dalam kemiskinan sangat membuat stres, dan tekanan finansial dapat menyebabkan pertengkaran kemudian mengakibatkan perceraian. Masalah lain yang berhubungan dengan uang yang dapat memicu pertengkaran adalah posisi istri yang menjadi wanita karier sukses dalam pernikahannya. Dalam hal ini, sering kali pihak suami merasa kurang percaya diri karena sang istri bisa menyumbangkan lebih banyak pengasilan daripada dirinya.
Kurang komunikasi
Menurut psychologytoday.com, kurang komunikasi merupakan penyebab perceraian yang paling utama. Ketika pasangan tak ada yang mau bicara, entah karena ego masing-masing untuk mengesampingkan konflik atau menghindari membahas masalah yang tak nyaman.
Kurangnya komunikasi bisa jadi salah paham yang berakibat fatal. Komunikasi yang kurang, bahkan tidak sama sekali, akan memperbesar jarak suami-istri. Masalah pun tak kunjung selesai jika tidak ada komunikasi antarpasangan.
Perselingkuhan
Penyebab perceraian yang juga kerap terjadi yaitu perselingkuhan. Ini menjadi penyebab perceraian yang cukup umum terjadi dalam pernikahan. Dalam hal ini, salah satu pihak dari pasangan menjalin hubungan dengan orang lain di tengah pernikahannya. Masalah ini menyebabkan hancurnya kepercayaan pada pasangan tersebut sehingga hubungan kian lemah dan berbagai masalah bisa timbul dalam situasi tersebut. Tidak heran, pasangan yang mengalami masalah ini memilih perceraian sebagai keputusan terbaik yang bisa dilakukan.
Masalah kecanduan
Penyebab perceraian selanjutnya adalah masalah kecanduan. Jika salah satu pihak dalam pasangan mempunyai perilaku buruk yang berlebihan seperti kecanduan alkohol, seks, hingga bekerja, tentu akan memberikan suasana yang tidak nyaman bagi pasangannya. Masalah ini dapat menjadi sumber masalah dan pertengkaran dalam hubungan pernikahan.
Terlebih lagi, ketika perilaku tersebut masih terus dilakukan meskipun pasangan telah mengingatkan untuk berhenti. Jika dibiarkan terus, tentu hubungan pernikahan ini menjadi tidak sehat dan merugikan salah satu pihak. Bisa jadi, perceraian menjadi jalan paling bijak yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah dalam rumah tangga ini.
Advertisement