Liputan6.com, Cilegon - Salah satu visi dari PT Krakatau Tirta Industri (KTI), anak perusahaan dari PT Krakatau Steel, adalah menyediakan air khususnya untuk industri. Seiring dengan perjalanan waktu, teknologi semakin maju dan juga mulai dilakukan digitalisasi. Karena itu, PT Krakatau Tirta Industri bercita-cita menjadi perusahaan digital yang juga ramah lingkungan.
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri, Alugoro Mulyo Wahyudi mengatakan, teknologi yang diterapkan PT KTI selama ini adalah mengolah air laut menjadi air bersih. Selain itu, PT KTI juga mengolah limbah air dari industri untuk bisa digunakan lagi.
Baca Juga
"Teknologi untuk mengolah kembali limbah air industri sehingga bisa digunakan lagi menggunakan membran yang berasal dari Amerika Serikat," kata Alugoro saat menjadi bintang tamu dalam acara Podcast Sofa Panas yang diselenggarakan PT Krakatau Sarana Properti.
Advertisement
"Karena itu, dalam waktu dekat kami akan berangkat ke Amerika untuk mempelajari teknologi membran. Teknologi terus berevolusi dan juga sudah masuk proses digitalisasi. Kami ingin PT KTI ini menjadi perusaahan digital dan bukan Flinstone Company," imbuh dia.
Alugoro menambahkan, PT KTI saat ini masih fokus menyediakan air untuk sektor industri. Namun, PT KTI juga melakukan program CSR dengan menyalurkan air bersih kepada masyarakat melalui PDAM.
"Kami memberikan air gratis melalui PDAM yaitu 140 liter per detik. Kami juga menjual murah air ke PDAM sebanyak 100 liter per detik. Artinya, kami memberikan supply air ke PDAM hampir 250 liter per detik. Ini sudah dilakukan sejak 10-15 tahun lalu," kata Alugoro.
PT KTI juga memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan. Kata Alugoro, PT KTI juga ingin menjadi green company. Karena itu, PT KTI sudah meminta kepada petani yang berada di sepanjang daerah aliran sungai untuk tidak menebang pohon-pohon yang tinggi.
"Kalau pohon-pohon tinggi di sekitar DAS ditebang maka air akan kotor dan semakin sulit untuk diolah sehingga perlu biaya lebih mahal lagi. Kami memberikan insentif kepada petani di sekitar DAS yang tidak menebang pohon yaitu Rp 1,5 juta per hektare. Upaya kami ini membuahkan penghargaan Kalpataru pada 2013 lalu," jelas Alugoro.
Berdasarkan riset WHO dan LIPI, pada 2040 nanti dunia akan langka air bersih karena sejumlah faktor lain antara lain kerusakan lingkungan dan alih fungsi daerah serapan air menjadi perumahan, pabrik dan lain-lain.
Alugoro mengatakan, saat ini akses warga Cilegon terhadap air bersih baru mencapai 17 persen. Ini terjadi karena keterbatasan sumber air baku di kota ini. Pemerintah sudah membangun Bendungan Sindangheula di Serang dan Bendungan Karian Barat di Lebak untuk mengatasi kesulitan air baku.
Â
Sumber Air Baku
Ke depan, kata Alugoro, PT KTI ingin mengajukan kepada pemerintah untuk membangun pipa yang bisa menyalurkan air dari bendungan tersebut ke masyarakat dan juga industri.
Salah satu sumber air baku di masa depan adalah alir laut. Teknologi mengolah air laut menjadi air bersih inilah yang selama ini dilakukan oleh PT Krakatau Tirta Industri.
"Ada dua sungai di Serang ini pertama Cidanau yang jaraknya 24 km dari sini dan Cipasauran yang jaraknya 40 km. Kami harus mengolah air baku tersebut menjadi air bersih. Dalam membuat air bersih, tekanan juga harus dijaga tiga bar agar air bisa keluar dengan kencang," jelas dia.
"Selain itu, tingkat kebocoran juga harus ditekan. Di KTI, tingkat kebocoran air hanya 0,2 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tingkat kebocoran di PDAM yang mencapai 20-30 persen," pungkas Alugoro.
Â
Advertisement