Sukses

Komnas HAM Kantongi Video hingga Voice Note Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan

Komnas HAM tengah menginvestigasi tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan orang pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengklaim sudah mendapatkan beberapa bukti terkait tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Dalam tragedi itu, ratusan orang meninggal dunia dan terluka.

"Kami mendapatkan beberapa keterangan fakta, ya termasuk kami mendapatkan berbagai video, voice note juga kami mendapatkannya, ini bekal bagi kami untuk turun ke lapangan, besok," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).

Anam mengaku mendapatkan video dan voice note tersebut saat berkomunikasi lewat udara dengan para suporter Arema. Bahkan berkomunikasi dengan Aremania yang turut mengantar jenazah ke pemakaman.

"Termasuk tadi kami berkonunikasi dengan teman-teman Aremania yang mengantarkan jebazah ke pemakaman," kata Anam.

Anam mengatakan, temuan-temuan awal ini nantinya akan diperdalam lagi oleh Komnas HAM. Menurut Anam, tim investigasi Komnas HAM akan tiba di Malang pada Senin, 3 Oktober 2022 besok untuk mengusut tragedi Arema.

"Jadi kami tim akan turun ke Malang, InsyaAllah besok sudah sampai di Malang. Ini bekal kami yang kami akan gunakan mulai besok di Malang," kata Anam.

Investigasi Penggunaan Gas Air Mata

Komnas HAM menyatakan bakal mengusut dugaan pelanggaran HAM dalam penggunaan gas air mata saat melerai suporter Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Diduga, tewasnya ratusan orang pasca laga pertandingan Arema FC vs Persebaya itu karena sesak napas usai polisi menembakkan gas air mata. Berdasarkan aturan Federasi Sepakbola Internasional (FIFA), aparat penegak hukum tidak diizinkan untuk menggunakan gas air mata dalam stadion.

"Kami sedang mendalami prosedur terkaut aturan FIFA atau PSSI dan sedang membicarakan proses pemantauannya. Semua (termasuk penggunaan gas air mata)," ujar Anam.

Komnas HAM menyayangkan terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan ratusan lainnya terluka. Komnas HAM menaruh perhatian serius terkait banyaknya korban berjatuhan ini.

"Kita menyayangkan tragedi ini. Mekanisme PSSI harus jalan maksimal. Perlu keterbukaan terkait apa yang terjadi. Terkait siapapun yang terlibat kekerasan harus ada penegakan hukum. Kami memberi perhatian kepada kasus ini," tegasnya.

 

2 dari 2 halaman

Jokowi Berharap Tragedi Arema Jadi yang Terakhir

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan duka atas tragedi maut di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai laga derby antara Arema FC menjamu Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) malam.

Tercatat, sebanyak 129 nyawa melayang dalam tragedi Arema yang terjadi semalam. Sementara seratusan orang lainnya masih dirawat di sejumlah rumah sakit.

Jokowi menyesalkan tragedi maut ini terjadi dalam perhelatan olahraga sepakbula. Dia berharap, insiden serupa tidak terulang lagi dalam sejarah sepakbola Indonesia.

“Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terkahir untuk sepakbola di Tanah Air,” ujar Jokowi dalam konferensi pers daring, Minggu (2/10/2022).

Jokowi meminta, jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan yang memakan banyak korban jiwa dalam dunia olahraga di masa mendatang.

“Sportivitas rasa kemanusiaan dan persaudaraan bangsa Indonesia harus kita jaga bersama,” kata Jokowi memungkasi.

Sebagai informasi, tragedi Arema ini terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. Insiden terjadi usai laga antara Arema Malang FC menjamu Persebaya Surabaya FC dengan hasil kemenangan untuk tim tamu.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang bertambah menjadi 129 orang.

"Jadi update yang terkonfirmasi 129 korban dinyatakan meninggal dunia," tutur Khofifah kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).

Menurut Khofifah, pihaknya terus fokus dalam penanganan korban, baik yang membutuhkan Tim DVI atau pun korban luka ringan hingga berat. Seluruh biaya penanganan medis pun ditanggung oleh Pemerintah Daerah.

"Hari ini ada yang belum teridentifikasi jenazahnya," kata Khofifah.