Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial Tri Rismaharini menyalurkan santunan bagi 125 ahli waris tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Menurut dia, santunan diberikan adalah bentuk perhatian pemerintah terhadap keluarga yang ditinggalkan.
"Santunan ini bukan mengganti (yang meninggal), tetapi bukti perhatian kami kepada bapak/ibu sekalian dari pemerintah," kata Risma di Kecamatan Klojen, Kota Malang, seperti dikutip dari siaran pers diterima, Selasa (4/10/2022).
Baca Juga
Risma menjelaskan, penyaluran santunan dipusatkan di tujuh kecamatan dengan menghadirkan ahli waris atau saudara yang mewakili. Untuk Kota Malang, Risma menemui ahli waris di Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Klojen.
Advertisement
Sedangkan untuk di Kabupaten Malang, Risma menemui mereka di Kecamatan Singosari, Gondang Legi, Sumberpucung, Kepanjen, dan Tajinan.
Risma mengaku belasungkawa kepada para ahli waris. Dia berdoa agar lara yang dapat segera berlalu dan yang ditinggalkan dapat kuat dan bangkit.
"Kami haturkan belasungkawa untuk Bapak/Ibu sekalian. Kami berharap panjenengan dan keluarga tidak larut dalam kesedihan. Kita makhluk yang beriman, bahwa Allah memang sudah meminta kembali titipannya. Apapun kehendak Allah kita gak bisa cegah," munajat Risma.
Soal besarnya santunan, masing-masing ahli waris menerima sebesar Rp 15 juta/korban dan paket sembako. Mensos juga mengerahkan para psikolog dari Sentra Terpadu/Sentra milik Kementerian Sosial untuk memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP).
"Ya, kami sudah berjalan untuk melakukan pendampingan. Staf saya sudah turun ke lapangan. Kami sedang dampingi keluarga korban di rumah mereka masing-masing," jelas Risma.
Â
Suasana Haru
Berdasarkan dokumentasi yang diterima Liputan6.com, terlihat suasana haru saat penyerahan bantuan. Hal itu terlihat dari anak dan ibu yang menjadi ahli waris.
Mereka berulang-ulang mengucapkan rasa terima kasih atas perhatian Kementerian Sosial yang memperhatikan pendidikannya dan adiknya.
"Saya berterima kasih banyak kepada Kementerian Sosial karena sudah membantu keluarga saya. Mulanya saya gak tau kedepannya harus seperti apa. Tapi dengan adanya bantuan ini saya sangat berterima kasih sudah membantu saya dan adik saya," kata Silvia Ariel Oktaviani, anak dari Almarhum Iwan Junaedi yang menjadi salah satu korban meninggal dunia pada tragedi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Silvi berharap ke depan dia dan keluarga bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk kelanjutan hidupnya, karena ia tidak ingin bergantung pada bantuan sosial.
"Keluarga saya perlu motivasi agar tidak bergantung pada bantuan sosial, kami ingin bisa usaha sendiri," ucap Silvi.
Advertisement
Jokowi Akan Temui Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Malang
Presiden Joko Widodo atau Jokowi disebut akan mengunjungi korban tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, untuk memberikan santunan. Rencananya, Jokowi akan berkunjung pada dua hari mendatang atau Kamis, 6 Oktober 2022.
"Untuk santunan korban, Insyaallah dalam waktu dua hari ke depan Presiden akan mampir akan menyerahkan sendiri bansos itu," kata Menko Polhukam Mahfud Md usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/10/2022).
"Mungkin hari Kamis lah, Presiden akan ke sana," sambungnya.
Menurut dia, bantuan tersebut diberikan pemerintah sebagai bentuk simpati dan empati, serta perhatian pemerintah kepada korban pertandingan sepak bola di Kanjuruhan.
Adapun nantinya masing-masing keluarga korban akan mendapat santunan sebesar Rp50 juta.
"Akan dikoordinasikan dan sampai saat ini masih tercatat 125 orang meninggal dunia dan itu masing-masing keluarganya akan diberi Rp50 juta dan akan diserahkan Presiden sendiri di Jawa Timur, mungkin di Malang, mungkin di surabaya sedang disiapkan teknisnya," jelas Mahfud.
Sebelumnya, dunia sepakbola Indonesia berduka. Ratusan orang meninggal dunia dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober 2022. Tragedi ini terjadi usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Dalam laga ini, Arema yang menjadi tuan rumah kalah 2-3 dari Persebaya. Pendukung Arema yang tak terima kekalahan timnya langsung menyerbu ke lapangan setelah wasit meniupkan peluit panjang. Kerusuhan pun tak terhindarkan.