Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, nama Nugroho Setiawan menjadi sorotan usai menjadi salah satu anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengungkap tragedi Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya pada Sabtu malam 1 Oktober 2022.
TGIPF sendiri dibentuk dan dipimpin Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan atau Menko Polhukam Mahfud Md pada Senin 3 Oktober 2022.
Advertisement
Baca Juga
Lantas, siapakah sebenarnya sosok Nugroho Setiawan? Melansir dari laman resmi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) www.pssi.org, Nugroho Setiawan merupakan orang Indonesia berlisensi FIFA terkait Security Officier.
Sementara itu, mengutip akun sosial media Twitter Viola @veeola, Nugroho adalah satu-satunya orang Indonesia yang memiliki lisensi FIFA terkait Security Officier.
"Satu-satunya orang di Indonesia yang punya lisensi FIFA Security Officer dan mengerti safety dan security pertandingan. Namanya pak Nugroho Setiawan.
Dulu Pak Nug juga sering membekali polisi soal SOP keamanan bola.
Dan karena alasan ketidaksukaan, dipecat oleh federasi," tulis Viola @veeola dalam unggahannya, Minggu 2 Oktober 2022.
Dari unggahan tersebut, Nugroho pernah bernaung dalam PSSI. Namun, PSSI sebagai federasi sepak bola di Indonesia memberhentikannya tanpa alasan.
Bahkan, dari beberapa kali event pertandingan highrisk match dirinya menjadi saksi. Nugroho Setiawan yang selalu membuat SoP dan membantu memberikan pemahaman soal behavior penonton kepada polisi.
"Beliau yang mengajarkan saya soal parameter di stadion, soal bagaimana memilih Steward dan internal security yang efektif. Pak Nug salah satu orang yang selalu ngademin polisi jika situasi sudah tidak kondusif. Pendekatannya selalu persuasif," tulis pemilik akun tersebut.
Â
Sepak Bola Rekreasi dan Hiburan Keluarga di Mata Nugroho Setiawan
Melansir dari laman resmi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) www.pssi.org, Nugroho Setiawan menginginkan agar setiap orangtua bisa memberikan izin pada anak-anaknya yang ingin bermain sepak bola.
"Saya punya harapan agar anak-anak di Indonesia tidak susah kalau mau minta izin ke orang tua untuk nonton pertandingan sepak bola. Di sisi lain, orang tua pun tak ada rasa khawatir dan bisa menjadikan sepak bola sebagai hiburan keluarga tanpa adanya rasa takut," ucap Nugroho kala itu, dikutip Liputan6.com dari laman resmi PSSI www.pssi.org, Selasa (4/10/2022).
Pria yang mengantongi lisensi dari FIFA dan AFC ini menyebut, di Indonesia, sepak bola belum bisa menjadi sarana rekreasi dan hiburan untuk keluarga.
Menurut Nugroho, salah satu penyebabnya adalah aspek keamanan pertandingan di Indonesia yang masih jauh dari sebagaimana harusnya. Kegiatan menonton pertandingan di stadion masih dianggap publik sebagai salah satu hal yang berisiko.
Oleh karena itu, Nugroho menekankan istilah ‘security awareness’ pada semua pihak.
"Sepak bola ini stakeholdernya banyak. Mulai panitia penyelenggara, media, suporter, hingga aparat kepolisian. Semua harus benar-benar komitmen mengenai masalah keamanan. Menyepelekan satu hal kecil tentang keamanan bisa berarti membuka celah untuk sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dalam sebuah pertandingan," kata Nugroho.
Â
Â
Advertisement
Kiprah Nugroho Setiawan di Sepak Bola Indonesia
Pria yang pernah terlibat pengelolaan keamanan Piala Kemerdekaan 2008 ini memiliki harapan agar klub-klub di Indonesia mulai bersama-sama mengkampanyekan ‘security awareness’ di setiap pertandingan yang dihelat.
Selama kiprahnya di dunia keamanan sepak bola, Nugroho mengatakan momen yang paling membuatnya bahagia adalah saat melihat banyaknya keluarga, orangtua dan anak-anaknya, duduk di tribun stadion.
Sebelumnya, Nugroho tak pernah berpikir akan fokus menekuni karier di dunia pengelolaan keamanan sepak bola. Jebolan Sastra Rusia Universitas Indonesia ini sebenarnya lebih suka dengan bidang seni gambar, dan punya cita-cita jadi seniman.
Namun, ia tidak pernah menyesalkan langkah yang diambilnya. Hobinya tersebut malah erat hubungannya dan berguna dalam pekerjaannya saat ini. Salah satunya dalam hal membuat ‘grand design’ pencanaan keamanan.
"Saya nilai pekerjaan saya saat ini adalah bagian dari seni. Tak ada yang impulsif, semua harus based on plan bagaimana memetakan petugas internal kita, pintu masuk penonton, titik keramaian penonton, hingga titik penjagaan pihak kepolisian. Itu seninya," kata Nugroho.
Debutnya di dunia keamanan sepak bola terjadi kala ia dipercaya menjadi 'security officer' Pelita Jaya tahun 2008. Saat itu, Pelita Jaya jadi satu-satunya klub di Liga Super Indonesia yang resmi memiliki ‘security officer’.
Â
Nugroho Setiawan Miliki Lisensi FIFA
Setelah satu tahun di Pelita Jaya, Nugroho kemudian bergabung dengan pengelola kompetisi liga sebagai konsultan. Ia biasanya dilibatkan dalam pertandingan seremonial dan pertandingan berstatus 'high risk'.
Di samping sepak bola, Nugroho saat ini merupakan konsultan ahli di bidang manajemen pengamanan di PLN, Sucofindo, dan perusahaan-perusahaan penyedia jasa keamanan. Selain itu ia juga jadi pengajar sertifikasi untuk manajer keamanan.
Selain Nugroho, Indonesia juga memiliki dua Security Officer lagi yang diakui FIFA dan AFC. Mereka adalah Timmy Setiawan dan Ashar Suryobroto. Namun yang masih aktif di sepak bola hanya Nugroho.
Debat dengan suporter, kata Nugroho, sudah bukan jadi hal yang asing.
"Yang sering temen-temen suporter tanyakan itu soal flare. 'Kenapa, Pak? Kan di Italia juga boleh'," ungkap Nugroho sambil menirukan suporter yang mempertanyakan.
"Temen-temen suporter mungkin tidak tahu, kalau klub di Italia juga dihukum dengan sama federasinya. Itulah kenapa kita harus menerapkan security awareness. Kita harus mulai memikirkan dan mengendepankan pencegahan. Bukan cuma tugas federasi, tetapi semua stakeholder ikut membantu dan mensosialisasikannya," kata Nugroho.
Jika semua pihak sudah paham tentang security awareness, maka tidak ada hal yang perlu ditakutkan lagi saat menonton bola. Selain keamanan, kenyamanan penonton di stadion juga akan terjamin.
"Kalau sudah demikian, harapan untuk bisa menjadikan sepak bola sebagai rekreasi dan hiburan untuk keluarga bisa diwujudkan," tutup Nugroho.
Advertisement