Sukses

Aparat Brutal di Tragedi Kanjuruhan, Bukti TNI-Polri Gagal Tangani Persoalan Keamanan

Peneliti Sektor Keamanan SETARA Institute, Ikhsan Yosarie, menyatakan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang adalah kegagalan negara dalam penanganan persoalan keamanan dalam konteks yang sangat sempit, yaitu stadion sepak bola.

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Sektor Keamanan SETARA Institute, Ikhsan Yosarie, menyatakan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang adalah kegagalan negara dalam penanganan persoalan keamanan dalam konteks yang sangat sempit, yaitu stadion sepak bola.

Dia meyakini, hal itu merupakan penanda akan buruknya kapasitas aparat dalam penanganan persoalan keamanan dalam konteks yang lebih luas di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kapabilitas aparatur keamanan dalam penanganan isu keamanan dan penanganan massa di stadion pada Tragedi Kanjuruhan benar-benar dipertanyakan. Dari video pasca pertandingan yang beredar, tampak bahwa banyak aparat dengan seragam TNI yang melakukan tindakan represif berupa tendangan dan pukulan untuk menghalau penonton yang masuk ke lapangan," kata Ikhsan dalam keterangan diterima, Selasa (4/10/2022).

Ikhsan melihat, pendekatan penanganan represif justru memantik keberingasan massa dan meningkatkan eskalasi.

Dalam konteks ini, patut dipertanyakan kapasitas Polri sebagai penanggung jawab utama keamanan dan kapabilitas panitia penyelenggara dalam tata kelola penyelenggaraan pertandingan terlebih hadirnya kelompok yang diduga anggota TNI.

"SETARA Institute mendesak agar mekanisme pembantuan TNI dalam penjagaan keamanan dan penanganan kerusuhan dalam helatan pertandingan sepak bola ditinjau ulang," jelas Ikhsan.

2 dari 2 halaman

Fokus Evaluasi

Ikhsan mendesak, pemerintah bisa berfokus untuk melakukan evaluasi holistik dan komprehensif atas prosedur pengamanan dalam penyelenggaraan sepakbola di Indonesia dan bukan malah mencemaskan sanksi FIFA.

"Berulangnya tragedi kemanusiaan dalam sepak bola nasional, dengan puncak terkelam Tragedi Kanjuruhan, merupakan peringatan sangat keras kepada pemerintah agar peristiwa serupa tidak terulang."

"Sebab, tidak ada perhelatan sepak bola apapun yang lebih berharga dari nyawa warga negara, nyawa manusia!" Ikhsan menendasi.