Sukses

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW dan Dalilnya

Menurut cendekiawan muslim Prof Quraish Shihab, peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki bulan Rabiul Awal, umat Islam di dunia merayakan Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal tahun 570 Masehi di Makkah.

Namun, tradisi Maulid atau Maulud seiring perkembangannya, tidak hanya diperingati pada tanggal tersebut saja. Ada yang memperingatinya di awal hingga akhir bulan, bahkan melaksanakannya di luar bulan Rabiul Awal.

Itulah yang terjadi di Tanah Air, ekspresi kecintaan umat muslim di Indonesia diwujudkan dengan berbagai cara. Seperti membaca riwayat nabi, lomba baca Al-quran, lomba shalawat dan sebagainya.

Keberagaman tradisi yang dimiliki Indonesia, juga kerap menciptakan peringatan Maulid Nabi yang unik karena dipadukan dengan budaya setempat. Misalnya di Yogyakarta dikenal dengan Grebeg Maulud.

Menurut cendekiawan muslim Prof Quraish Shihab, perayaan Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.

"Inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan Nabi Muhammad SAW kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad SAW, maka umat Muslim bisa mencintainya," jelas Quraish dilansir nu.or.id.

Lain halnya dengan Kiai Said Aqil Siroj, mantan Ketua Umum PBNU. Dia menjelaskan bahwa Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah SAW. Memuji atau mengagungkan Rasullah SAW termasuk sunnah taqririyah karena tidak pernah dilarang oleh Rasulullah.

Hal ini dibuktikan oleh sahabat nabi yang bernama a Ka’ab bin Juhair bin Abi Salma. Dia memuji Nabi Muhammad dalam bait nadhom yang sangat panjang dan mengatakan ia adalah orang hebat dan orang mulia.

Mendengar pujian tersebut, Nabi tidak melarang. Rasulullah bahkan memberinya hadiah berupa selimut bergaris yang dalam bahasa Arab dinamakan Burdah. Burdah tersebut kini diabadikan di Museum Toqafi Istanbul Turki.

Dari kisah Nabi ini, maka tak heran setiap ada syair yang isinya memuji Nabi Muhammad disebut qasidtul burdah.

 

2 dari 2 halaman

Dalil Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi juga diperingati oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu dengan cara berpuasa di hari senin.

Sahabat Nabi pun bertanya."Kenapa engkau berpuasa ya Rasul? aku berpuasa karena di hari itu aku dilahirkan dan di hari itu pula lah aku mendapatkan wahyu pertama kali," jawab Nabi.

Dalam artikel NU Online berjudul Maulid Nabi Perspektif Al-Qur'an dan Sunnah, disebutkan beberapa dalil syar’I peringatan Maulid dari Al-Qur'an dan Hadits. Di antaranya adalah firman Allah dalam QS Yunus ayat 58 yang artinya, "Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira." (QS.Yunus: 58).

Dalam kitab Fathul Bari karangan al- Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani diceritakan pula bahwa Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa tiap hari senin karena dia gembira atas kelahiran Rasulullah.

Riwayat senada juga ditulis dalam beberapa kitab hadits. Di antaranya Shohih Bukhori, Sunan Baihaqi al-Kubra dan Syi`bul Iman. [Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 7, hal 9, Sunan Baihaqi al-Kubra, Juz 7, hal 9, Syi`bul Iman, Juz 1, hal 443].