Liputan6.com, Jakarta Ketua Organizing Committee (OC) NU Women Fest, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, meminta kepada para menteri Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, untuk memberlakukan kebijakan beras satu harga di seluruh Indonesia.
Jika kebijakan ini diterapkan, maka keadilan akan dirasakan masyarakat di negeri ini.Â
"Saya mendapat pesan, ini untuk para menteri pembantu Presiden Jokowi. Pesannya adalah titip agar beras bisa juga kayak Bahan Bakar Minyak (BBM). Satu harga dari barat sampai timur, utara dan selatan di Indonesia. Berasnya bisa satu harga," tutur Yenny Wahid saat memberikan sambutan di acara pembukaan NU Women Fest, Sabtu (15 Oktober 2022).
Advertisement
Dengan adanya political will dari pemerintah, diharapkan tidak ada lagi kesenjangan antar ekonomi yang daerahnya maju dengan daerah yang tidak maju.
"Semuanya sama. Bisa beli beras dengan harga yang sama untuk kualitas tertentu yang biasa dikomsumsi masyarakat. Ini salah satunya adalah untuk membawa keadilan bagi seluruh masyarakat. Ini juga sebuah exercise Pak Erick tentang advokasi politik yang substantif yang bisa langsung membawa maslahah bagi seluruh masyrakat," ungkapnya dihadapan tamu undangan di antaranya Menteri BUMN Erick Thohir, Ketua Umum PBNU Ketua Umum, KH. Yahya Cholil Staquf, dan tokoh-tokoh NU lainnya.
Baca Juga
Dalam acara itu juga diputarkan video Satu Abad gerakan perempuan NU yang mengisahkan jejak sejarah para perempuan yang telah membangun kesetaraan gender di Indonesia.
Sebelumnya menurut Yenny Wahid, pembentukan NU Women merupakan langkah progresif NU dalam menyikapi isu-isu perempuan.
"Ini merupakan sebuah langkah yang sangat progresif. Perempuan NU ini sebenarnya ruang perjumpaan di antara banyak jaringan-jaringan NU. Selama ini memang sudah ada, tapi kita dipertemukan dalam sebuah gerakan besar," katanya.
Â
Rangkaian Hari Lahir Satu Abad NU
NU Women diresmikan dalam rangkaian peringatan Hari Lahir Satu Abad Nahdlatul Ulama pada Oktober 2022.
Kehadiran NU Women untuk memperkuat barisan NU secara struktural maupun kultural.
Selain itu kata Yenny Wahid, keberadaan NU Women akan memberi perhatian terhadap efek pandemi COVID-19 yang membawa dampak sosial dan psikis terhadap perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Fenomena global ini harus direspons. Bagaimana menyadarkan para perempuan untuk merespons-nya secara pas. Lalu support system yang bisa mendukung ketika perempuan dan anak mengalami perundungan atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga," kata Yenny.
Pihaknya mengatakan NU Women bukan sebuah badan otonom (Banom), tapi menjadi sebuah hub atau sekretariat bersama yang anggotanya semua Banom NU.
Advertisement