Liputan6.com, Jakarta Kasus gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak dan menyebabkan korban jiwa menjadi kabar duka bagi masyarakat Indonesia. Sepekan setelah pertama kali dilaporkan, kasus ini melonjak lebih dari 200 kasus dengan angka kematian hampir 50% karena dugaan zat kimia berbahaya pada obat dalam bentuk cair atau sirup.
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mendukung pemerintah sepenuhnya dalam upaya mencegah meluasnya penyebaran kasus gagal ginjal akut misterius.
Baca Juga
“Kondisi ini memang memprihatinkan. Kita mendapat ujian lagi, penyakit gagal ginjal akut misterius ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. DPR mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang dilakukan pemerintah,” kata Rahmad di Jakarta, Kamis.
Advertisement
Politisi PDIP ini mendukung langkah pemerintah yang mengeluarkan surat edaran penghentian sementara penggunaan obat-obatan berbentuk sirup atau cairan. Merespon adanya dugaan pada obat cair mengandung etilen glikol (EG) yang diduga bisa merusak ginjal.
“Larangan penggunaan obat cair sebagai antisipasi penyakit gagal ginjal akut pada anak ini harus jadi perhatian semua pihak. Tak hanya para orang tua, tapi apotik, puskesmas, dan semua harus menghentikan sementara penjualan dan penggunaan obat cair tersebut,” ujarnya.
Legislator asal Dapil Jawa Tengah ini pun mengingatkan bahwa penghentian penggunaan obat cair tersebut tidak cukup hanya sebatas larangan pengumuman saja namun harus disosialisasikan secara masif kepada publik.
Sosialisasi Pemerintah Harus Lebih Masif
Menurut dia, langkah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat itu harus dilakukan secara masif dan optimal. Pemerintah dapat memanfaatkan berbagai strategi komunikasi maupun memanfaatkan “platform” media yang ada.
“Jangan sampai akibat informasi yang simpang siur lalu menimbulkan kepanikan serta rasa takut pada masyarakat. Untuk itu orang tua harus aktif mengikuti siaran informasi dari Pemerintah tentang kasus,” katanya.
Advertisement
Edukasi Masyarakat untuk Mengatasi Batuk dan Demam Anak
Lebih lanjut, Rahmad meminta pemerintah untuk mengedukasi masyarakat supaya tahu cara mengatasi penyakit yang diderita anak seperti batuk dan demam tanpa harus menggunakan obat cair. Pasalnya, selama ini masyarakat dan tenaga medis sudah terbiasa memberikan anak obat cair ketika sakit
“Bagaimana solusinya menurunkan panas pada anak tanpa obat cair, masyarakat harus diedukasi tentang hal ini seperti obat kapsul tablet, racikan injeksi maupun melalui anus adalah alternatif obat diluar sirup yang harus disampaikan kepada para orang tua,” katanya.
Terlepas masih belum adanya penyebab yang pasti, Kemenkes bergerak cepat dengan mengeluarkan instruksi yang tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak.
Kementerian Kesehatan yang berwenang di bidang kesehatan ini menginstruksikan tenaga medis pada fasilitas pelayanan kesehatan termasuk para dokter tidak meresepkan obat cair atau sirup kepada pasien. Serta, menginstruksikan untuk sementara waktu, seluruh apotek tidak menjual obat bebas maupun obat bebas terbatas dalam bentuk cair kepada masyarakat.
(*)