Liputan6.com, Jakarta Keluarga wanita bercadar yang menodongkan pistol ke paspampres mengungkap banyak keanehan pada Siti Elina, sebelum melakukan aksinya di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Saudara ipar Elina, Rut Aminah, mengatakan, keanehan itu mulai muncul usai warga Koja, Jakarta Utara tersebut berpisah dari sang suami, Bahrul Ulum.
Â
Advertisement
Aminah menuturkan, Elina sudah berpisah dengan suaminya sekitar sebulan lalu. Namun, dia tidak mengetahui secara pasti penyebab dari perpisahan tersebut.
"Semenjak ditinggal suami dia emang agak nge-blank," ucap Aminah yang tinggal tak jauh dari rumah Elina, Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Menurut dia, Siti Elina suka berjalan tanpa tujuan hingga akhirnya diam sendiri tanpa sebab. Bahkan Aminah sudah memiliki firasat Elina akan bertindak tak wajar.
"Sering ketemu saya di jalan, ngelamun diam, 'Pulang teh ngapain di jalan?' Gitu kan. 'Iya nanti saya pulang mba,' emang udah beberapa hari ini aneh. Saya sudah punya firasat juga," tutur saudara ipar Elina.
Sikap Elina yang dikenal pendiam dan tidak banyak bicara itu, menimbulkan banyak tanda tanya. Dia tidak pernah terbuka dengan keluarga besar.
"Memang anaknya tertutup sama kami juga tertutup. Masalah rumah tangga juga dia tertutup," ujar Aminah.
Dia juga mengungkapkan, sosok Elina memang kerap rajin untuk mengaji. Namun, seluruh pihak keluarga tidak ada yang tahu di mana lokasi pengajian yang diikutinya.
"Kalau pergi ngaji memang bilang tapi enggak tahu di mana karena enggak pernah ngomong kumpulan apa soalnya kita enggak dikasih tahu ngaji. Karena jalannya bagus tapi kita enggak ada pikiran yang buruk enggak tahu sama siapa-siapanya saya enggak tahu," imbuh Aminah.
Bahkan, dalam pengajian tersebut lah, Elina dipertemukan dengan Bahrul. Mereka dijodohkan oleh guru mengajinya.Â
"Memang ketemuan di dalam pengajian itu lalu dijodohin sama guru ngajinya Lina. Nah mungkin setelah nikah ya masih ngaji ada kumpulan pengajian tapi saya secara detail kurang tahu bagaimana," ucap Aminah.
Â
Lone Wolf
Â
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) R Ahmad Nurwakhid mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan aparat keamanan untuk menghimpun data lengkap wanita tersebut. Termasuk kaitannya dengan jaringan terorisme.
"Kami BNPT sesuai tugas pokok dan fungsinya sedang melakukan koordinasi intensif dengan aparat penegak hukum, untuk memastikan apakah pelaku bagian dari jaringan terorisme atau pelaku tunggal (lone wolf)," kata Nurwakhid kepada wartawan, Rabu (26/10).
Ia menjelaskan hasil penelusuran sementara BNPT terhadap profil SE. Ternyata wanita itu memiliki pemahaman radikal. Dia juga merupakan pendukung salah satu ormas HTI, yang telah dibubarkan pemerintah.
Tak hanya itu, Nurwkahid menyebut, wanita tersebut sering memposting propaganda khilafah melalui akun media sosialnya. "Pendalaman terhadap profil dan motif pelaku terus dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat adanya keterkaitan dengan aktor-aktor yang lain," jelasnya.
Â
Advertisement
Wanita Kerap Dilibatkan Dalam Aksi Teror
Nurwakhid mengungkapkan, teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan peristiwa baru. Menurut dia, peristiwa ini mengingatkan pada ancaman bom di Istana yang terlebih dahulu digagalkan oleh aparat penegak hukum pada 2016 silam.
"Salah satu calon pengantin yang ingin melakukan aksi di istana terlebih dahulu diamankan oleh Densus 88 yang juga pelakunya adalah perempuan, Dian Yuli Novi dan ada juga Zazkia Aini yang melakukan penyerangan ke Mabes Polri pada tahun 2021," ungkap dia.
Nurwakhid menegaskan, BNPT memang telah mewaspadai tingkat kerentanan perempuan untuk direkrut dan dijadikan pengantin oleh kelompok teroris. Dalam jaringan teroris, perempuan tidak lagi menjadi aktor pendukung dan simpatisan, tetapi sudah diposisikan sebagai pelaku atau martir.
"Pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme memang trend baru khususnya yang dilakukan ISIS baik dilakukan dengan jaringan atau lone wolf yang tidak terikat komando dan jaringan," ucap Nurwakhid.
Oleh karena itu, BNPT telah berupaya meminimalisir keterpaparan perempuan dalam jaringan dan aksi terorisme dengan cara melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian. Perempuan harus diberikan pencerahan karena sebagai salah satu sasaran potensial dari jaringan terorisme.
Â
Reporter:Â Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka