Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan hampir seluruh negara di dunia cemas dengan kondisi perekonomian, khususnya krisis pangan yang akan terjadi pada 2023 mendatang.
Menurut dia, rasa cemas itu diucapkan oleh para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 saat Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting (JFAMM) di Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 Oktober 2022.
Baca Juga
"Di pertemuan itu kesimpulannya kita semua cemas dengan kondisi di 2023. Tidak ada negara yang cukup jago meneliti kemampuan untuk menjawab tantangan yang besok akan terjadi," kata Syahrul saat Training of Trainer di BBPKH Cinagara, Bogor, Rabu (26/10/2022).
Advertisement
Bahkan, Vice President World Bank pada saat pertemuan itu juga mengatakan bahwa situasi tahun depan bisa menjadi paling buruk.
"Bukan hanya gelap, tetapi sesuatu yang dinilainya sangat jelek," ucap Syahrul.
Menurut dia, untuk menghadapi kerawanan pangan global, Kementan terus berupaya menggenjot produktivitas pertanian, menggunakan varietas unggul, dan menciptakan petani milenial.
"Ini menjadi tugas kita, terutama orang-orang yang andal di pertanian. Pangan tidak boleh bersoal. Pertanian itu harus kita jaga bersama. Dan kita yang menjadi pejabat jangan sampai salah maintenance," kata dia.
Selain itu, Kementan juga harus memperkuat jaringan dan mengembangkan pupuk organik sebagai penyubur tanaman. Ini mengingat harga pupuk Indonesia terus naik. Sebab, harga pupuk dunia pun melonjak.
"Kita harus mengubah mindset para petani dengan kondisi yang ada, yaitu mengembangkan pupuk organik. Kalau tidak ada pupuk kimia, bukan berarti dunia selesai. Kita bisa buat pupuk sendiri kok. Selama ini kita dijejali pupuk komersial," ujarnya menjelaskan.
Ada Goncangan Perihal Pupuk
Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan di beberapa negara ada yang goncang karena perihal pupuk. Kondisi tersebut bisa terjadi di Indonesia, sebab harga pupuk saat terus naik.
Untuk mengantisipasinya, Kementan mendorong para petani untuk membuat pupuk organik yang bisa dilakukan dengan menggunakan bahan alami seperti jerami dan kotoran hewan ternak.
"Pupuk organik meminimalisir pencemaran air, udara dan tanah. Selain itu menghemat biaya, meskipun tetap masih harus pakai pupuk kimia, tapi penggunaannya jadi berkurang 30 persen. 70 persen pupuk organik dan 30 persen urea," terangnya.
Tak hanya itu, petani juga bisa membuat sertifikasi untuk pembuatan pupuk organik berbasis bisnis.
"Bagaimana caranya mendapatkan sertifikasi? kalau untuk komersial itu harus uji mutu dan efektifitas bersama sama dengan Kementan. Jadi di dalam sertifikasi organik itu yang paling penting adalah prosesnya, bukan hanya produknya," pungkasnya.
Advertisement