Liputan6.com, Jakarta - Polri bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menggelar rapat bersama membahas investigasi kasus Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak-anak.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menerangkan, Polri bersama pemangku kepentingan menyusun rencana kegiatan sekaligus menyamakan persepsi tentang tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing.
Baca Juga
Dedi memastikan, komunikasi antarinstitusi dilakukan intensif baik itu secara zoom meeting atau secara langsung. Direktur Tindak Pidana Narkoba (Ditipidnarkoba) Bareskrim berkoordinasi dengan perwakilan Kemenkes atau Deputi Penindakan dari BPOM.
Advertisement
"Ini adalah join investigasi antara Bareskrim dengan Kemenkes dan BPOM yang merumuskan timeline apa langkah-langkah yang akan dilakukan. Hari ini dimatangkan dahulu," kata dia kepada wartawan, Kamis (27/10/2022).
Dedi mengatakan, kasus Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak-anak masih dalam tahap penyelidikan. Penyidik sedang mengumpulkan bahan-bahan di lapangan.
"Kemudian penyidik menganalisa apabila sudah cukup alat buktinya akan ditingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan. Ini sementara berproses," ujar dia.
Menurut dia, salah satu yang didalami yakni dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh produsen obat. Dedi enggan bicara lebih juah. Dalihnya, tim saat ini masih terus bekerja.
"Ya itu salah satu yang dibahas kemarin ya tapi secra materi belum bisa saya sampaikan masih menunggu dari katim" ujar Dedi.
4 Anak di Kota Tangerang Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut
Kasus gagal ginjal akut pada anak hingga meninggal dunia juga ditemukan di Kota Tangerang, Banten. Tercatat dalam rentang bulan Juni hingga Agustus 2022, terdapat empat anak di Kota Tangerang yang meninggal dunia akibat gagal ginjal akut.
"Kami menerima data dari Kemenkes untuk di periode Juni hingga Agustus, ada 4 balita yang meninggal (karena gagal ginjal akut). Itu hasil report dari rumah sakit yang merawat ke Kemenkes, kemudian dilaporkan kembali ke kita," tutur Kadis Kesehatan Kota Tangerang, Dini Anggraeni saat dihubungi Liputan6.com, Rabu malam (26/10/2022).Â
Empat pasien anak yang meninggal karena gagal ginjal akut tersebut sebelumnya berada dalam perawatan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Hingga Oktober 2022 ini, terpantau ada dua pasien anak lagi yang masih dalam perawatan akibat penyakit gagal ginjal akut.
"Per-Oktober ini masih ada dua pasien. Pertama sudah diperbolehkan pulang dan masih terus dipantau, yang kedua masih dalam perawatan intensif di salah satu RS di Tangerang, tapi ini tengah proses rujukan ke rumah sakit di Jakarta," ungkap dr Dini.
Namun Dini menuturkan, penyebab enam anak ini menderita gagal ginjal akut belum dipastikan akibat mengkonsumsi obat sirup atau paracetamol sirup. Hal tersebut masih terus dalam pemeriksaan Kementerian Kesehatan.
Dalam proses pelaporan kasus gagal ginjal akut ini, rumah sakit yang menangani pasien anak akan melaporkan langsung melalui aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit atau SIRS Online. Barulah, setelah data masuk, Kemenkes akan meneruskan kembali ke Dinas Kesehatan daerah.
"Jadi nanti ter-record-nya lebih luas, bisa saja pasien anak dari daerah kita mendapatkan perawatan dari rumah sakit di luar daerah Tangerang, itu akan terlihat," katanya.
Advertisement
KSP: Masih Banyak Kasus Gagal Ginjal Akut Anak Belum Terdata Dengan Baik
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) dr. Brian Sri Prahastuti mengungkapkan, masih banyak kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak yang belum terdata dengan baik. Maka dari itu, pemerintah memperkuat Surveilans untuk mengantisipasi lonjakan kasus GGAPA.
Menurutnya, melalui Surveilans akan didapatkan akurasi dan keterpaduan data terkait kasus GGAPA. Sehingga, kebijakan penanganan yang dirumuskan berbasis bukti serta memberikan rasa aman dan perlindungan kepada masyarakat.
"Kami melihat masih ada potensi banyak kasus yang belum terdata dengan baik. Agar ini tidak menjadi fenomena gunung es, maka kegiatan surveilans diperkuat," kata dr. Brian, di gedung Bina Graha Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat. Sehingga dapat dilakukan penanggulangan dan tindakan efektif.
Brian menegaskan, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat penanganan kasus GGAPA pada anak. Salah satunya dengan melakukan pembelian antidotum (penawar racun) Fomipizole dari Singapura dan Australia dalam jumlah besar.
Ia menambahkan, dalam penanganan kasus yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasien yang mendapatkan terapi antidotum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Brian memastikan, penanganan kasus GGAPA dilakukan secara holistik dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah telah mengupayakan semua pilihan kebijakan tetap berpijak pada perlindungan masyarakat.
"Mulai dari tindakan preventif seperti penguatan sosialisasi kepada keluarga, hingga tindakan kuratif seperti hemodialisa (cuci darah) dan pemberian antidotum," jelasnya.