Sukses

Elektabilitas 3 Parpol KIB Merosot, Ini Penyebabnya

Survei Litbang Kompas memperlihatkan elektabilitas parpol anggota KIB, yakni Golkar, PPP, dan PAN menurun. Hal ini salah satunya disebabkan KIB belum juga menentukan Capres-Cawapres 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Survei yang dilakukan Litbang Kompas memperlihatkan bahwa elektabilitas tiga partai politik (Parpol) anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yaitu Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN) merosot.

Golkar terlempar dari tiga besar dengan elektabilitas 7,9 persen. Sementara elektabilitas PAN menurun menjadi 3,1 persen, dan PPP 1,7 persen.

Penurunan itu dinilai karena beberapa faktor. Salah satunya KIB belum juga mendeklarasikan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) yang akan didukung pada Peilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sehingga partai-partai di KIB tidak mendapatkan efek ekor jas.

"Pertama tentu sampai hari ini KIB belum menentukan siapa figur untuk dapat layak dicalonkan capres atau cawapres. Apa implikasinya? implikasinya adalah terhadap coat-tail effect. Ini tidak bisa didapatkan oleh KIB karena notabenenya mereka belum punya calon," kata Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa, Jumat (28/10/2022).

Faktor berikutnya adalah kemiripan ceruk elektoral. Ketiga anggota KIB memiliki ceruk suara sama yaitu pendukung pemerintah.

"Kedua ceruk elektoral dari ketiga parpol ini hampir mirip di segmen masyarakat pendukung pemerintah. Namun di sisi lain, mereka harus mengerti ceruk elektoral itu tidak hanya kelompok masyarakat atau segmen masyarakat yang pro pemerintah. Ada segmen masyarakat yang justru kontra dengan pemerintah," ujarnya.

Sementara, Golkar, PAN dan PPP belum berupaya maksimal menggarap ceruk suara pihak kontrapemerintah.

"Dan sampai saat ini, ketiga parpol ini belum ada upaya untuk mencoba menarik ceruk ini ke dalam elektabilitas mereka," jelas Herry.

 

2 dari 2 halaman

Elektabilitas Didominasi Figur Capres

KIB juga belum tampak terobosan dan inovasi yang mampu menarik perhatian publik. "Ketiga sampai hari ini, menurut saya, tidak ada gebrakan atau inovasi tertentu yang membuat publik tertarik atau simpati untuk memilih salah satu misalnya di antara mereka terbagi secara proporsional terdistribusi suara atau ceruk elektoral itu," jelasnya.

Menurut Herry, KIB harus mampu mengatasi tiga persoalan tersebut jika ingin membalikkan keadaan.

Bagi pengamat politik Universitas Diponegoro, Teguh Yuwono menilai penurunan elektabilitas partai KIB ini karena ada pergeseran dari parpol ke tokoh.

"Hasil survei hari ini sangat didominasi oleh faktor figur tokoh, bukan parpol atau koalisi. Akibatnya pertarungan capres yang ramai hanya tiga, Ganjar Anies dan Prabowo. Artinya the power of figur lebih gede daripada parpol," ujar Teguh.

Selain itu perkembangan media Dan media sosial membuat adanya figur lebih penting dari Parpol. "Ini efek dari perkembangan media sosial, media komunitas yang memang sekarang lebih memperjuangkan figur dalam gelanggang, soal parpol cuma jadi tiket. Koalisi ini entag KIB atau lain menjadi bergeser denga kekuatan figur," jelas Teguh.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Merdeka.com