Liputan6.com, Jakarta - Rasa syukur tak pernah berhenti diucapkan Zumilah. Setelah 45 tahun bergantung pada air hujan dan sungai, Zumilah akhirnya bisa mendapatkan akses air bersih di Desa Lubuk Muda, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Kehidupan Zumilah berubah setelah PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) Sei Pakning masuk dengan CSR (Corporate Social Responsibility).
Baca Juga
Lewat inovasi program Filagam (Filtrasi Air Gambut), Pertamina mengubah air gambut di Desa Lubuk Muda menjadi air bersih yang bisa dinikmati ratusan warga.
Advertisement
"Alhamdulillah. Sekarang air bersih langsung mengalir lewat pipa-pipa ke rumah warga," kata Zumilah bercerita kepada Liputan6.com.
Ia mengungkapkan, dulu warga Desa Lubuk Muda harus menunggu air hujan untuk masak, minum, mencuci, hingga mandi. Jika masuk musim kemarau, maka warga menggunakan air merah (gambut) dan sungai. Semua dimasak dulu, sebelum dikonsumsi.
"Air merah rasanya asin. Enggak tahu bersih atau tidak, tapi dulu tidak ada pilihan. Sekarang senang bisa dapat air bersih untuk semuanya," Zumilah menambahkan.
Hal senada diungkapkan Wahyu (44). Warga Desa Lubuk Muda itu juga hanya bisa berharap pada air hujan dalam menjalankan aktivitasnya. Ia rela menunggu dari pagi sampai malam demi menampung air hujan. Namun, masa-masa kelam itu kini sudah usai.
"Sekarang bisa nikmati air bersih. Cuma pasang pipa ke rumah," kata dia.
Selain Zumilah dan Wahyu, ratusan Warga Desa Lubuk Muda lain juga mendapatkan akses air bersih, dan bahkan bisa langsung dikonsumsi.
Semua berkat inovasi program filtrasi air gambut dari Pertamina, yang dinamakan Filagam. Alat ini mampu memfiltrasi air gambut sehingga menjadi jernih dan layak dikonsumsi.
Latih Tenaga Muda Setempat
Untuk tenaga pengelola Filagam, Pertamina Sei Pakning melibatkan 10 orang pemuda setempat. Mereka bertugas menjaga dan mengoperasikan Filagam untuk kebutuhan air bersih yang saat ini dirasakan manfaatnya oleh 116 Keluarga.
"Dulu dapat air susah, terutama musim kemarau. Sekarang mudah. Kami juga diberi pelatihan oleh Pertamina dan dalam sehari bisa menghasilkan 4000 liter air," ujar Andi Saputra, Ketua kelompok Tirta Muda, yang bertugas mengelola Filagam.
Khusus air minum, tidak dialirkan langsung melalui pipa ke rumah-rumah warga seperti air untuk mencuci atau masak. Air minum bisa didapatkan di depot air minum yang sudah beroperasi di desa tersebut.
"Kualitas air ini sudah dilakukan uji labor oleh PT KPI dan hasilnya air pengolahan tersebut bisa langsung diminum, sedangkan untuk operasional masih dibantu hingga nanti bisa mandiri untuk beberapa tahun ke depan," ungkapnya.
Kepala Desa (Kades) Lubuk Muda, Irawan, mengungkapkan bahwa pembangunan fasilitas pengolahan air gambut ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Dalam membantu program ini, pihak desa juga menyisihkan anggaran untuk membantu operasional petugas yang ada dan ini merupakan bentuk keseriusan dari Pemerintah Desa dalam mendukung program CSR Pertamina tersebut.
"Terima kasih luar biasa kepada Pertamina. Dibandingkan desa yang lain, ada perhatian khusus kepada desa kami. Pihak desa juga siap bekerja sama dalam pelaksanaan agar program Pertamina dapat berkelanjutan," ujarnya.
CSR Berkelanjutan
Manajer Produksi Pertamina RU II Sei Pakning, Antoni R Doloksaribu, mengungkapkan bahwa program CSR ini akan dilakukan secara bertahap. Mulai dari pembangunan infrastruktur maupun kelompoknya setiap tahun.
"Ini adalah keinginan kami dari perusahaan untuk membantu masyakarat dan lingkungan. Sebuah program takkan berjalan dengan baik tanpa keterikatan antara masyarakat, pemda, media untuk sama-sama membangun," kata Antoni.
Ia menjelaskan, Pertamina melihat kebutuhan dasar dari Desa Lubuk Muda adalah air bersih dan langsung bisa dikonsumsi.
"Harapan kami dari Pertamina adalah inovasi program Filagam bisa berkelanjutan dan anak muda di lokasi ini bisa semakin maju serta menjadi kebanggaan Bengkalis," pungkasnya.