Sukses

Deklarasi Anies Lebih Awal, NasDem Singgung Calonkan Jokowi Saat Pilpres 2014

Ali menilai, bahwa Ketum Surya Paloh tidak sembarangan menetapkan calon presiden. Dia berkata, Paloh memiliki intuisi politik yang tajam saat memilih seseorang.

 

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali mengungkapkan, penetapan calon presiden lebih awal adalah tradisi Partai NasDem. Ali mengatakan, tradisi ini sudah dilakukan sejak awal saat mengusung Joko Widodo atau Jokowi yang kala itu belum menjadi siapa-siapa.

Partai NasDem merupakan satu-satunya parpol yang sudah mendeklarasikan calon presiden 2024 lebih awal. Partai pimpinan Surya Paloh ini mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Tradisi menetapkan calon presiden dari awal ini bukan hal baru bagi partai NasDem. Semenjak berdirinya partai ini 2013 kemudian kita mengikuti kontetasi pemilu 2014, tradisi untuk menetapkan calon presiden lebih awal oleh partai ini kita sudah mulakan ketika kita mencalonkan bapak insinyur Joko Widodo sebagai calon presiden 2014 yang saat itu bukan siapa siapa," kata Ali di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (10/11/2022).

Ali menilai, bahwa Ketum Surya Paloh tidak sembarangan menetapkan calon presiden. Dia berkata, Paloh memiliki intuisi politik yang tajam saat memilih seseorang.

"Atas dasar pertimbangan yang matang, intuisi politik yang dimiliki oleh ketua umum kita, naluri politik pengalaman ketua umum kita yang sudah begitu lama makan asam garam dalam dunia politik dia bisa mencium insya Allah bapak Jokowi yang saat itu bukan siapa siapa," ujarnya.

Menurut Ali, atas keyakinan Paloh kala itu, kini Jokowi bisa menjadi Presiden yang beprestasi. Dia berkata, di tengah gelombang krisis yang begitu dahsyat yang mengancam dunia, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di bawah kepemimpinan Jokowi.

"Itu adalah pengalaman, itu adalah kemampuan intuisi bapak ketua umum kita untuk membaca tanda tanda kemampuan seseorang," kata Ali.

Begitu juga dengan Anies Baswedan. Ali menyatakan, penetapan Anies sebagai capres tidak dengan pertimbangan ujug-ujug dan emosional. Tetapi, NasDem melihat rekam jejak mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

"Ini adalah pertimbangan yang sangat rasional berdasarkan rekam jejak yang dimiliki Anies Baswedan tentunya menjadi salah satu pertimbangan adalah prestasi Anies Baswedan ketika memimpin Jakarta," tukas Ali.

 

2 dari 3 halaman

Keputusan Tepat Bagi Nasdem

Analis politik Pangi Syarwi Chaniago menilai, keputusan NasDem mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024 adalah keputusan berani. Menurut Pangi, NasDem menjadi partai yang selalu terdepan dalam beberapa kesempatan menuju 2024, mulai dari koalisi hingga pendeklarasian calon presiden.

"Partai Nasdem dan Surya Paloh tentu saja sudah menghitung, mengkalkulasi secara matematika politik, mengkaji secara terukur, keputusan untuk mengusung Anies sebagai capres, (namun) apakah keputusan politik ini sudah tepat?," tanya Pangi dalam keterangan pers diterima, Kamis (6/10/2022).

Menjawab hal itu, Pangi mencoba melihat mundur ke belakang, khususnya soal jam terbang Surya Paloh dalam konteks “king maker”. Founder Voxpol Center Research and Consulting ini membaca “track recordnya” Paloh yang terbilang mahir dalam membaca momentum politik dan piawai dalam mengambil keputusan strategis baik di level pemilihan presiden maupun kepala daerah.

"Tapi sekarang pertanyaannya, apakah keputusan politik beliau selalu tepat?" tanya Pangi lagi. 

Pangi menjelaskan, dalam konteks basis akar rumput (grassroot), ada yang punya pandangan bahwa ketika Nasdem mengusung Anies maka basis itu akan melemah dan Nasdem berpotensi ditinggal pemilihnya sendiri.

"Hal itu disebabkan oleh split ticket voting ketidaksesuaian antara pilihan elit dengan suara akar rumput," urai Pangi.

 

3 dari 3 halaman

Anies Unggul di 3 Wilayah

Bukan tanpa data, lewat hasil survei yang dilakukan Voxpol Center pada Juli 2022 menunjukkan untuk Indonesia Timur seperti Papua, NTT, Manado misalnya basis pemilih grassroot Nasdem lebih signifikan memilih Ganjar sebesar 78,8 persen, Anies sebesar 36,7 persen. Sebaliknya Anies Baswedan justru unggul di DKI Jakarta 81,3%, Jawa Barat dan Banten.

Hasil tersebut, lanjut Pangi, terlihat jika Partai Nasdem tengah akan berupaya sekeras mungkin untuk membangun sebuah identitas yang seolah kongruen dan sebangun dengan Anies. Sebab, semakin tinggi identitas bahwa Anies adalah Nasdem dan Nasdem identik dengan Anies maka peluang Nasdem untuk mendapatkan efek ekor jas pada kalender pemilu serentak nanti diyakini akan semakin besar.

"Namun sebaliknya jika Nasdem gagal dalam stempel identitas Anies, maka tidak akan memberikan dampak elektoral yang signifikan terhadap pertumbuhan elektoral Nasdem, malah akan berpotensi sebagai pemantik konflik di internal partai," Pangi menandasi.

Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka.com