Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberikan perkembangan terbaru terkait persiapan KTT G20 di Bali. Jokowi telah tiba di Bali usai kunjungan kerjanya di Kamboja dalam KTT ASEAN.
Menurut Jokowi, segala persiapan sudah matang. Selain itu kabar menggembirakan adalah soal kehadiran 17 kepala negara dari total 20 dalam keanggotaan G20.
Baca Juga
"KTT G20 saya sudah dapat laporan 17 kepala negara hadir, ini sangat menggembirakan di masa sulit seperti ini. Apalagi Presiden Joe Biden (Amerika Serikat) dan Presiden Xi Jinping (China) akan hadir," kata Jokowi melalui siaran pers daringnya di Bandara Ngurah Rai Bali, Minggu malam (13/11/2022).
Advertisement
Jokowi berjanji, Indonesia akan membawa solusi untuk kebaikan atas krisis global dan pemulihan ekonomi pasca pandemi selama forum KTT G20 berlangsung.
Sebab, secara simbolik melalui tangan Jokowi, saat ini Indonesia juga sudah secara resmi memegang tanggung jawab sebagai ketua dari KTT ASEAN dari Kamboja. Dengan demikian, Indonesia dipastikan menjadi tuan rumah perhelatan senada yang akan dilangsungkan tahun 2023.
Kepala Negara Antre Bertemu Bilateral dengan Jokowi di KTT G20
Selangkah lagi, Indonesia akan membawa arah baru dalam G20, melalui Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 yang akan dihadiri oleh 17 kepala negara.
Secara total sebanyak 12.750 orang mulai dari delegasi, pebisnis hingga lembaga swadaya masyarat akan menghadiri pertemuan penting ini.
"Ada begitu banyak kepala negara yang ingin melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi dan permintaan presiden agar segera mengatur pertemuan-pertemuan bilateral," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Konferensi Pers Siap Sambut G20 di Media Centre G20 Nusa Dua Bali, Sabtu (12/11).
Indonesia memilki peran strategis dalam percaturan global dan menjadi tempat investasi yang sangat strategis. Sehingga membawa Indonesia menjadi salah satu kekuatan baru ekonomi dunia.
Kegiatan ini akan memberi dampak bukan hanya kepada ekonomi nasional tetapi juga kepada perekonomian provinsi Bali secara khusus.
Kontribusi G20 diperkirakan mencapai USD 533 juta atau sekitar Rp 7,4 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2022. Sebagain besarnya akan berdampak bagi perekonomian Bali.
Konsumsi domestik yang di dorong oleh rangkaian forum G20 diperkirakan naik sampai Rp 1,7 triliun, serta menyerap tenaga kerja hingga 33.000 orang.
Terutama tersebar ke sektor transportasi, akomodasi, usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan MICE atau meeting, incentive conference exhibition.
Advertisement
Jokowi Resmi Luncurkan Dana Pandemi Covid-19
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi secara resmi meluncurkan Dana Pandemi (Pandemic Fund) yang berhasil dibentuk oleh menteri keuangan dan menteri kesehatan G20 di bawah presidensi/kepemimpinan Indonesia tahun ini di Nusa Dua, Bali.Â
Jokowi menyampaikan, bahwa dana pandemi menjadi upaya dunia memperkuat arsitektur kesehatan global terutama melalui mekanisme pembiayaan yang kuat dan dapat diandalkan. Sehingga dunia dapat lebih baik mencegah dan menanggulangi pandemi Covid-19 di masa mendatang.
"Saya menyampaikan terima kasih atas kontribusi (negara-negara) untuk Dana Pandemi. Dan dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim saya luncurkan dana pandemi hari ini," kata Presiden Jokowi pada acara peluncuran, dua hari menjelang KTT G20 pada 15-16 November 2022 dilansir Antara.Â
Dalam sambutannya, Jokowi menyambut baik langkah sejumlah negara anggota G20 dan negara nonanggota G20 serta lembaga filantropi yang telah menyampaikan komitmennya berkontribusi di Dana Pandemi.
Sejauh ini, Dana Pandemi telah mengumpulkan kurang lebih 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp21,7 triliun dari 15 negara dan tiga lembaga filantropi. Jumlah itu kemungkinan terus bertambah mengingat Australia, Prancis, dan Arab Saudi juga menyampaikan komitmennya untuk berkontribusi di Dana Pandemi.
Namun, Presiden Jokowi menyampaikan komitmen dana yang dihimpun saat ini belum cukup, mengingat hasil studi Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan dunia membutuhkan kurang lebih 31,1 miliar dolar AS tiap tahunnya agar dapat lebih baik mencegah dan merespons ancaman pandemi di masa depan.
Â