Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah spekulasi bermunculan mengenai pemicu kasus meninggalnya empat anggota keluarga di Perumahan Citra Garden 1 Extencion, Kalideres, Jakarta barat adalah penganut sekte Apokaliptik.
Lantaran penyebab kematian mereka masih sangat misteri.
Menanggapi perihal tersebut kepolisian menjawab tidak ada bukti yang didapat bahwa tewasnya sekeluarga itu adalah penganut sekte. Terlebih saat ini kepolisian masih berupaya untuk mengumpulkan bukti - bukti yang kuat.
Advertisement
"Secara resmi belum bisa menyimpulkan karena kita tuggu hasil Puslabfor Polri. Kemarin kita udah kasih sampel lambung sama hati dan organ tubuh lainnya. Kita masih tunggu itu untuk menyebab kematian," ujar Kanit Krimum Polres Jakarta Barat, AKP Avrilendy dalam keterangannya, Selasa (15/11).
Kendati demikian kata Avril, pihaknya masih berupaya untuk menggali lebih dalam penyebab kematian keluarga di Kalideres dengan mengumpulkan barang bukti serta keterangan pihak yang terkait.
"Yang jelas pendalaman dulu dari korbannya ini, siapa sih mungkin orang terdekat yang kenal siapa atau tetangga. Mungkin ke keluarga terdekat aja sih," imbuh dia.
Lebih lanjut, dirinya bahkan kembali menegaskan bawah barang bukti berupa buku yang sempat disita oleh kepolisian tidak ada hubungannya dengan paham tertentu.
"Enggak ada sekte-sekte. Buku-buku ada tapi enggak ada sekte-sekte. Bukan sekte kok buku biasa," ujar dia.
Menurut dia, penyidik tidak hanya menyita buku. Beberapa barang lain juga turut disita seperti kapur barus, bedak bayi, kemasan makanan, dan lain sebagainya. Barang bukti tersebut ditemukan di kamar dan ruangan lainnya.
Adapun barang bukti itu akan dipilah-pilah penyidik yang berhubungan dengan penyebab kematian empat anggota keluarga itu.
"Secara garis besar hampir sebagian besar barang-barang yang ada di kamar di ruangan kita keluarkan semua. Kita kumpulin dan datakan," ucap dia.
Dugaan Keyakinan Tertentu
Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon mengatakan, insiden kematian satu keluarga di Kalideres dinilai janggal lantaran semua anggota keluarga yang meninggal tanpa diketahui selama 3 pekan.
Menurut dia, hal itu bukan semata ketidakcurigaan oleh tetangga setempat, melainkan keinginan mengasingkan diri yang bisa sengaja dilakukan.
“Cara menyelesaikan (masalah) ada berbagai cara, salah satunya mengasingkan diri dan tidak mau menghubungi siapa-siapa karena malu mungkin dan memang karena mau mengambil langkah bunuh diri,” kata Josias saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (15/11/2022).
Josias menambahkan, ketika langkah mengasingkan diri dilakukan, tentu ada masalah yang dihadapi. Besar kemungkinan soal ekonomi atau rasa malu. Sehingga, memutuskan untuk mengasingkan diri dan tidak bertemu dengan siapa pun.
Tetapi demikian, lanjut Josias, fakta ditemukan bahwa keluarga tersebut tidak bisa dikatakan dalam sisi ekonomi sulit jika masalahnya adalah faktor finansial.
Hal itu terlihat dari tempat tinggal yang dihuni. Artinya, Josias menganalisis, ada sesuatu yang mereka yakini untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi adalah dengan mengasingkan diri dan tidak makan hingga meninggal.
"Harusnya kalau satu persatu meninggalnya (tidak dalam waktu bersamaan) yang pertama meninggal dibawa ke rumah sakit tapi ini kan tidak, malah dikapurbaruskan dan ini kelihatan ada unsur pembiaran, bukan hanya tidak ada makanan di perut tapi ada pembiaran tadi hingga semuanya meninggal,” jelas dia.
“Ini perlu pendalaman, setelah mengasingkan diri tadi lalu disertai dengan adanya katakan semacam pemahaman tertentu atau keyakinan tertentu yang membuat kematian adalah jalan keluarnya,” rinci Josias.
Advertisement