Liputan6.com, Jakarta Polres Metro Jakarta Selatan mulai menyelidiki kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan seorang pria, anak perwira tinggi (pati) berpangkat Komisaris Besar (Kombes) Polri menganiaya remaja hingga babak belur di kawasan PTIK, pada Sabtu (12/11).
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Irwandhy mengatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan yang dilayangkan korban MFB (16), dengan terduga pelaku inisial ERB.
"Laporan polisinya dibuat di Polres Jaksel, untuk saat ini sementara masih dalam tahap penyelidikan," kata Irwandhy saat dikonfirmasi, Rabu (16/11).
Advertisement
Adapun laporan yang telah dilayangkan Yusnawati Yusuf ini telah teregister dengan nomor LP/3596/XI/2022/RJS, Sabtu 12 November 2022. Selain itu pihaknya juga telah menyerahkan bukti hasil visum terhadap korban.
Dengan perkara dugaan Kekerasan Terhadap Anak dibawah Umur pada Sabtu, 12 November 2022, Pukul 07.00 Wib di PTIK, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Dimana turut menyebut kerugian berupa luka memar pada bagian kepala, mata sebelah kini, bagian dada dan perut.
Sebelumnya, Seorang pria mengaku anak perwira tinggi (pati) Polri menganiaya remaja hingga babak belur. Kasus ini dilaporkan oleh korban ke Polres Metro Jakarta Selatan.
Ibu korban Yusna menerangkan, anaknya MFB (16) awalnya dengan terduga pelaku ERB sedang sama-sama mengikuti bimbingan belajar, persiapan masuk Akademi Kepolisian (Akpol).
Dia kaget, melihat anaknya saat pulang ke rumah dengan kondisi babak belur. Pengakuanya, baru saja dipukuli oleh temannya yang merupakan salah seorang anak dari petinggi Polri. Kejadian pemukulan di kawasan PTIK, pada Sabtu, 12 November 2022.
"Dia (korban) 3 kali dipukulnya (lokasi), di tempat parkir, lapangan tempat lari, dan di samping mobil. Iya (pakai tangan kosong. Anak saya juga ditendang. Mobil kita juga dirusak," kata dia di Polda Metro Jaya, Selasa (15/11/2022).
Yusna menerangkan, pemukulan gegara persoalan sepele. Anaknya, dituduh mengambil topi milik terduga pelaku. Padahal, anaknya bukan yang meminjam topi itu, tapi temen-temannya yang lain.
"Anak saya terakhir yang pakai. Topi itu disimpan di mobil temannya, karena dia kan tidak menginap di camp. Mobil itu mau pulang ke camp, jadi topi itu dititip di mobil itu," ujar Yusna.
Yusna menerangkan, pemilik topi yang merupakan terduga pelaku menghubungi anaknya via WhatsApp dengan nada kesal.
"Malamnya chat 'maksud lu apa gas ambil topi gue'," dalam chat tersebut.
Korban Justru Disuruh Minta Maaf ke Pelaku
Yusna menerangkan, yang paling bikin miris, pelatih tahu kalau anaknya dibuat babak belur. Tapi justru disuruh minta maaf ke terduga pelaku.
"Dia sudah lihat anak saya sudah dipukuli. Dan ketika anak saya minta maaf, anak itu tidak mau terima maafnya. Terus dipaksain ‘itu si Bagas sudah minta maaf’. Jadi dia tepis tangan Bagas ‘oke kali ini saya maafin tapi besok gue habisini lu'," ujar Yusna menirukan percakapan saat itu.
Yusna menerangkan, penganiayaan yang dialami anaknya mengakibatkan sejumlah tubuh mengalami memar. Bahkan, anaknya menjadi trauma.
"Sudah visum, di sini berdarah semua (area muka) memar di sini, ulu hatinya juga. Sekarang yang paling parah anak saya sudah ketakutan, karena sudah diancam mau dihabisin. Dia tidak mau keluar rumah," ujar dia.
Yusna menerangkan, orangtua terduga pelaku diduga seorang anggota Polri berpangkat Kombes yang bertugas di Polda Kaltara. Sebab, setiap terlibat masalah anak tersebut selalu mencatut nama orangtuanya.
"Karena di mana-mana dia membuat masalah, dia selalu membawa nama anak kombes ‘saya ini anak kombes'," ujar Yusna.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka.com
Advertisement