Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Jakarta Billy Haryanto mengatakan saat ini stok beras di Pasar Induk Cipinang hanya sebesar 25 ribu ton. Jumlah tersebut menurutnya hanya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat hingga dua pekan ke depan.Â
"Kalau segitu dua minggu saja sudah habis," kata Billy, Kamis, (17/11/202)Â
Pasar Induk Cipinang menyuplai beras ke Jakarta dan sekitarnya. Saban hari, kata Billy, sekitar 2.000 ton beras yang keluar pasar, dikirim ke berbagai daerah. Dengan stok yang menipis ia tak yakin beras akan cukup sampai pergantian tahun.Â
Advertisement
"Ini alarm bagi pemerintah bahwa kita lagi kekurangan beras. Stoknya sangat mengkhawatirkan. Baru panen lagi kan bulan Februari," kata Billy, pengusaha asal Sragen ini. Â
Karenanya, ia berselisih pendapat dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menyebut stok beras tengah surplus di akhir Oktober lalu. Menurut Billy, masalah pangan, terutama beras itu jangan dipolitisasi.Â
"Kurang bilang kurang, cukup bilang cukup. Jangan seperti sekarang kondisi kekurangan dibilang surplus. Menteri mesti bertanggung jawab ke rakyat, tegas Billy.Â
Faktanya stok beras menipis, kata Billy, harganya yang melambung tinggi. Di pasaran, Billy mengatakan, harga beras Rp 11 ribu per kilogram.
"Itu beras belum jadi. Belum masuk ke merek. Kalau dijual ke masyarakat lebih dari segitu," katanya.Â
Â
Yang Bisa Bantu Pedagang Hanya Bulog
Billy mengatakan memang ada beras murah yakni beras Bulog dibandrol Rp 8.900 per kilogram. Namun, kata dia, problemnya Bulog membatasi juga untuk pedagang. Saat ini, kata dia, yang bisa membantu pedagang hanya Bulog.
"Tapi stok Bulog juga enggak banyak. Saya pikir akan habis juga buat program beras bantuan," kata Billy.Â
Walhasil, Billy mengatakan kekurangan beras ini tanda-tanda krisis pangan itu nyata seperti yang dibahas di pertemuan G20. "Tinggal tunggu bom waktu saja, krisis beras kemungkinan bakal terjadi," kata dia.
Advertisement