Liputan6.com, Jakarta PSSI disebut akan mempercepat KLB untuk memenuhi desakan banyak pihak setelah Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang seusai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022.
Hal ini senada dengan hasil survei Polling Institute yang merekam keinginan sebagian besar masyarakat yang menginginkan KLB PSSI terjadi dengan disertai pergantian ketua umumnya. Adapun, survei dilakukan pada 10-15 November 2022.
Advertisement
Baca Juga
"Mayoritas, 62,5 persen, setuju dengan diadakannya KLB untuk mengganti Ketua Umum," kata Peneliti Polling Institute Muhamad Akib, Rabu (23/11/2022).
Sedangkan yang tidak setuju sebanyak 31,9 persen. Sedangkan sisanya memilih tidak tahu atau tak menjawab.
Meski meminta KLB dilakukan, masyarakat tak menghendaki PSSI untuk dibekukan. "52,5 persen, tidak setuju jika PSSI dibekukan hingga KLB selesai dilaksanakan," tutur Akib.
Sedangkan yang setuju ada sebanyak 15,6 persen, dan sisanya memilih tidak tahu atau tak menjawab.
"Mayoritas warga ingin KLB PSSI harus segera diselenggarakan, tapi aktivitas sepak bola juga harus tetap berjalan," jelas Akib.
Adapun, survei ini melibatkan 1.205 responden, yang merupakan WNI telah berusia 17 tahun ke atas/sudah menikah dan memilik ponsel. Margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Â
Â
Pendamping Keluarga Korban Kanjuruhan Sebut PSSI Ingkar Janji
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi KontraS, Andy Irfan selaku pendamping korban Kanjuruhan menyebut jika Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) ingkar janji soal membuat posko trauma healing bagi korban Tragedi Kemanusian Kanjuruhan.
"Retorika saja Itu. Tidak ada," kata Andy saat konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2022).
Menurutnya, komitmen PSSI hanya retorika belaka. Karena, selama ini trauma healing bagi para korban diberikan mereka selaku pendamping. Terhadap keluarga dari 135 korban meninggal.
Padahal, selama ini masih menyisakan duka mendalam bagi para korban dan keluarga dengan perasaan trauma dengan peristiwa tersebut. Namun, hal itu dirasa tidak mendapatkan perhatian yang serius oleh PSSI.
"Ada banyak korban yang masih mengalami trauma secara psikologis. Dan juga belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah," kata Andy.
Advertisement