Sukses

Pemerintah Ajukan Usulan Tambahan RUU Prioritas 2023 ke DPR

Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly mengajukan usulan tambahan dalam RUU Prioritas 2023.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly mengajukan usulan tambahan dalam RUU Prioritas 2023.

Hal ini dikatakannya berdasarkan pertimbangan dan adanya arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat bersama Badan Legislasi DPR.

"Dalam kesempatan ini izinkan kami mengajukan usulan tambahan rancangan undang-undang dalam draf rencana undang-undang Prioritas 2023, yang pada bulan September lalu sudah kita sepakati. Hal ini kami usulkan berdasarkan pertimbangan terjadinya dinamika perkembangan dan arahan dari presiden," kata Yasonna di Jakarta, Rabu (23/11/2022).

Ia menyebut, terdapat dua usulan dalam tambahan RUU tersebut yakni yang pertama disebutnya rancangan undang-undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.

"Arahan Presiden untuk dilakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022, tentang Ibu Kota Negara untuk percepatan proses persiapan pembangunan, pemindahan Ibu Kota Negara (IKN). Serta penyelenggaraan pemerintahan daerah khusus ibu kota negara," sebutnya.

"Materi perubahan dalam undang-undang ini utamanya untuk mengatur penguatan otorita ibu kota negara secara optimal melalui pengaturan kewenangan khusus pendanaan pengelolaan barang milik negara, pengelolaan kekayaan IKN yang dipisahkan, pembiayaan, kemudahan berusaha fasilitas penanaman modal, ketentuan hak atas tanah yang progresif, dan adanya jaminan kelangsungan untuk keseluruhan pembangunan IKN," sambungnya.

Menurut Yasonna, RUU ini belum ada dalam daftar Prolegnas jangka menengah 2020-2024, karenanya diusulkan untuk masuk dalam daftar Prolegnas jangka menengah 2020-2024, sekaligus diusulkan untuk masuk ke dalam daftar Prolegnas Prioritas tahun 2023.

 

 

 

 

2 dari 2 halaman

RUU Pengadaan Barang dan Jasa Publik

Yasonna mengatakan, usulan kedua yaitu, Rancangan Undang-Undang tentang Pengadaan Barang dan Jasa Publik.

"Sesuai dengan arahan Presiden dalam rapat terbatas 25 Agustus 2022, untuk segera menyiapkan rancangan undang-undang mengenai Pengadaan Barang dan Jasa Publik sebagai payung hukum, sebagai langkah percepatan program transformasi digital pengadaan barang dan jasa," kata dia.

Yasonna menjelaskan, urgensi pembentukan Undang-Undang ini ada beberapa poin yakni belum terdapat pengaturan pengadaan yang komprehensif dan sistemik sebagai pengejawantahan dari beberapa Undang-Undang yang terkait dengan proses pengadaan barang dan jasa.

Antara lain, Undang-Undang tentang Keuangan Negara, Undang-Undang tentang Perbendaharaan, Undang-Undang tentang Penimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah

"Undang-undang ini juga ditujukan untuk menjamin pelaksanaan asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa, pengembangan industri dalam negeri, penciptaan pasar nasional yang efisien, serta mengakomodir digitalisasi dalam rangka satu data pengadaan nasional," jelasnya.

"Rancangan undang-undang ini belum masuk dalam daftar rencana Prolegnas jangka menengah 2020-2024. Sehubungan dengan hal tersebut, rancangan undang-undang ini diusulkan masuk dalam daftar Prolegnas jangka menengah tahun 2020-2024, sekaligus untuk masuk ke dalam daftar Prolegnas Prioritas tahun 2023," katanya.

 

 

Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com