Liputan6.com, Jakarta - Gempa susulan masih sering terjadi pasca-gempa utama magnitudo 5,6 yang berpusat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin 21 November 2022 lalu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, hingga Jumat (25/11/2022) pukul 17.00 WIB, tercatat gempa susulan terjadi 248 kali.
Kepala Pusat Tsunami dan Gempa Bumi BMKG, Daryono mengatakan, gempa susulan terbesar berkekuatan magnitudo 4,2, sementara magnitudo terkecilnya yakni 1,2. Banyaknya gempa susulan yang terjadi lantaran lindu utama yang terjadi Senin lalu merupakan gempa kerak dangkal dengan kedalaman 10 km.
Dia menjelaskan, lindu dangkal seperti yang terjadi di Cianjur umumnya diikuti serangkaian gempa susulan yang cukup banyak karena lapisan kerak dangkal batuannya relatif heterogen dan tergolong rapuh (brittle). Batuan semacam ini jika mengalami deformasi atau patahan dapat memproduksi serangkaian gempa susulan
Advertisement
"Wajar (terjadi banyak gempa susulan). Di Ambon malah lebih dari tiga ribu (gempa susulan)," ujar Daryono saat dihubungi Liputan6.com, Jumat.
Baca Juga
Meski begitu, Daryono meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir berlebihan dengan banyaknya gempa susulan, sebab frekuensi dan kekuatannya terus melemah. "Gempa susulan secara umum sudah menurun aktivitasnya dan tidak lama lagi bisa berhenti," katanya.
Kendati, masyarakat tetap diimbau mewaspadai potensi bencana lanjutan, salah satunya longsor. Masyarakat diminta menjauhi kawasan perbukitan dengan tebing curam, karena saat hujan lebat atau terjadi gempa susulan dapat memicu longsor atau reruntuhan batu.
"Kemudian rumah yang sudah rusak, sudah miring, sudah retak jangan ditinggali, karena bisa roboh kalau ada goncangan kuat," tutur Daryono.
Saat ini, BMKG tengah melakukan berbagai survei lapangan antara lain untuk memetakan sebaran kerusakan, terjadinya gempa susulan, hingga melakukan survei mikro zonasi di Cianjur.
"Survei mikro zonasi untuk mengetahui kondisi tanah yang memiliki respons terhadap gempa bumi terkait dengan kerentanan tanah terhadap gempa, sedang dipetakan untuk dijadikan rencana tata ruang di Cianjur," ucap Daryono mengakhiri.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga tengah melakukan pemetaan kawasan rawan bencana (KRB) usai gempa magnitudo 5,6 yang berpusat di Kabupaten Cianjur.
"Tim unit-unit Badan Geologi dari PVMBG, PAGTL (Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan), BBSPGL (Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan) sudah disebar untuk melakukan pemetaan ke semua titik daerah terdampak," ujar Kepala PVMBG Hendra Gunawan kepada Liputan6.com, Kamis (24/11/2022).
Selain melakukan pemetaan, tim di lapangan juga tengah menganalisa dan mengidentifikasi daerah mana saja yang rawan pascagempa yang menghancurkan bangunan rumah, sarana pendidikan, jembatan, hingga memicu longsor ini.
"Ini sedang progres survei identifikasi daerah berisiko maupun yang aman. Hasilnya akan diserahkan ke Pemkab Cianjur," kata dia.
Hendra menyatakan, ada potensi terjadi longsor susulan jika diguyur hujan deras maupun kembali diguncang gempa. Sebab, lereng-lereng perbukitan di Cianjur menjadi rapuh usai terjadi gempa.
"Tanah di bekas longsor masih bisa longsor lagi bila menerima air hujan banyak maupun getaran gempa," terangnya.
Untuk itu, masyarakat Cianjur diminta menghindari bangunan yang retak atau berada dekat dengan lokasi longsoran. Hal ini sebagai langkah antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan atau hujan deras.
"Jauhi lokasi longsoran dan bangunan retak. Tempat pengungsian juga harus jauh dari titik lokasi bencana," ucapnya.
Sementara terkait titik kerusakan akibat gempa tersebar tidak merata, kata Hendra, hal ini dipengaruhi salah satunya oleh struktur bangunan. "Dan gempa itu relatif mengikuti arah sebaran titik-titik gempa susulan," ujar dia.
Ahli Geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Astyka Pamumpuni mengatakan, gempa susulan atau aftershock merupakan fenomena biasa yang kerap terjadi pascagempa utama. Bahkan gempa susulan bisa berlangsung hingga beberapa bulan, namun intensitasnya akan melemah.
"Tergantung sesar. Beberapa sesar punya karakter masing-masing. Cuma kalau lihat update terakhir dari BMKG sudah mulai turun, tidak terlalu banyak. Paling banyak di hari pertama dan kedua walaupun tadi pagi ada yang besar, cuma secara jumlah lebih sedikit," kata Astyka saat dihubungi Liputan6.com. Jumat.
Beberapa gempa susulan di Cianjur masih dirasakan cukup kuat, meski magnitude-nya rendah. Menurut Astyka, kondisi itu terjadi lantaran sumber gempa dekat dan dangkal.
"Kalau masalah kerasa biasanya karena dekat dan magnitude-nya lumayan. Dekat sumber gempanya, bisa kedalaman dekat atau lokasinya juga dekat. Jadi kalau kedalamannya tidak terlalu dalam pasti akan terasa juga," ujar dosen teknik geologi ITB ini menjelaskan.
Lebih lanjut, dia mengimbau kepada masyarakat untuk memastikan kondisi bangunan atau rumah yang ditempatinya pasca-gempa kemarin. Jika bangunan rusak atau dirasa tidak aman, sebaiknya tidak ditempati karena dikhawatirkan akan runtuh terlebih jika sering terguncang gempa susulan.
Selain itu, masyarakat terutama yang berada di kawasan lereng untuk mewaspadai potensi longsor yang terjadi akibat kondisi tanah yang labil usai gempa.
"Harus diperhatikan kalau ada retakan di tanah, kemudian kena hujan deras bisa jadi kemudian memicu longsor. Kalau ada tanda-tanda longsor misalnya retakan, pegeseran tanah, sebaiknya dipastikan kondisi aman," kata Astyka memungkasi.
Waspada Longsor hingga Banjir Bandang
Peringatan potensi terjadinya bencana lanjutan pasca-gempa Cianjur sebelumnya juga sudah disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Selain longsor, bencana lanjutan yang mungkin terjadi adalah banjir bandang mengingat saat ini merupakan musim hujan.
Imbauan mewaspadai potensi bencana lanjutan ini utamanya ditujukan kepada masyarakat Cianjur yang bermukim atau berada di daerah lereng-lereng perbukitan, di lembah, atau bantaran sungai.
Menurut Dwikorita, besar kemungkinan lereng-lereng perbukitan di Cianjur menjadi rapuh usai terjadinya gempa bumi. Hal ini bisa semakin parah dengan tingginya intensitas hujan yang berpotensi mengguyur wilayah Cianjur.
"Lereng-lereng yang rapuh ini ditambah hujan deras dapat memicu terjadinya longsor dan banjir bandang dengan membawa material runtuhan lereng. Jadi masyarakat dan pemerintah setempat juga perlu mewaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan usai gempa kemarin," katanya, Selasa (22/11/2022).
Pemerintah setempat diminta melakukan pencegahan potensi bencana ikutan pascagempa dengan membersihkan material lereng yang runtuh seperti tanah, batu, pohon, kerikil, dan lainnya agar tidak terseret air saat hujan turun, sehingga menjadi banjir bandang.
Lebih lanjut, Kepala BMKG juga menyampaikan bahwa banyaknya korban jiwa dalam peristiwa gempa Cianjur akibat tertimpa bangunan yang tidak mampu menahan guncangan lindu. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Jumat pukul 17.00 WIB, jumlah korban meninggal telah mencapai 310 jiwa, sementara korban luka berjumlah 2.000 orang lebih.
"Sebenarnya gempa tidak membunuh dan melukai. Justru, bangunanlah yang membunuh dan melukai manusia," ucap Dwikorita.
Karena itu, dia meminta masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa, sebab dikhawatirkan tidak kuat menopang dan ambruk jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
"Untuk sementara jangan memaksakan kembali ke rumah jika bangunannya rusak atau retak-retak," ujarnya.
Di lain kesempatan, Dwikorita memperkirakan bahwa gempa susulan di Kabupaten Cianjur akan berakhir pada 4-7 hari ke depan. Hal ini lantaran intensitas gempa susulan yang terus melemah.
"Kurang lebih empat hari sampai satu minggu diperkirakan (gempa susulan) akan InsyaAllah berakhir," ujar Dwikorita dalam jumpa pers update penanganan gempa bumi M 5,6 Cianjur yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu, 23 November 2022.
Ia menambahkan, hasil analisis sementara menunjukkan tren gempa susulan (aftershock) semakin berkurang jumlahnya dan kian mengecil magnitudonya.
Meskipun demikian, dia meminta masyarakat harus tetap waspada mengingat beberapa gempa susulan yang terjadi cukup dangkal atau dekat dengan permukaan, sehingga getarannya dapat dirasakan.
"Tadi siang gempa susulan magnitudo 3, tapi kenapa kuat? Karena jaraknya dekat, hanya 5 kilometer. Perlu diwaspadai, meskipun kekuatannya semakin lemah, tapi kedalaman dangkal. Jadi sangat dekat dengan permukaan," tuturnya.
Kendati waspada, masyarakat juga diimbau tetap bersikap tenang dan tidak khawatir berlebihan. Masyarakat diminta untuk tidak serta-merta mempercayai informasi atau berita yang tidak jelas asal-usulnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal-kanal komunikasi resmi BMKG," ujarnya.
Advertisement
Korban Meninggal Jadi 310 Jiwa, 24 Orang Masih Hilang
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan, korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur kembali bertambah.
Suharyanto menyebut, jumlah korban meninggal per hari ini, Jumat (25/11/2022) pukul 17.00 WI bertambah 38 orang, dari data sebelumnya Kamis, 24 November 2022 berjumlag 272 orang.
"Sehingga jumlah meninggal menjadi 310 orang," ujar Suharyanto dalam jumpa pers virtual, Jumat (25/11/2022).
Sementara korban yang dinyatakan hilang saat ini masih ada 24 orang. "Korban yang masih belum diketemukan adalah 24 orang. Nah 24 orang ini masih dicari terus. Tetapi 24 orang ini sudah jelas identitasnya," kata dia.
Sementara untuk pencarian hari ini, Kepala BNPB menyebut tim SAR gabungan berhasil menemukan 17 jenazah. Sebanyak 8 jenazah di antaranya sudah diketahui identitasnya, sementara 9 orang lainnya belum teridentifikasi karena diduga warga luar Kecamatan Cugenang yang saat itu sedang melintas di lokasi kejadian.
Suharyanto juga meluruskan informasi yang dia sampaikan sebelumnya. Dia menyebut pada Kamis, 24 November 2022 korban meninggal yang bukan warga Cugenang adalah 7 orang. Namun lantaran hari ini menemukan 9 jenazah yang tak diketahui identitasnya, maka dia meralat. Menurut dia, korban meninggal yang bukan warga Cugenang berjumlah 9 orang.
"Ternyata yang ditemukan bukan 7, tetapi ada 9 jenazah. Nah 9 ini karena pelintas, warga luar Kecamatan Cugenang, ini masih diidentifikasi. Mohon seluruh masyarakat di sekitar Kecamatan Cugenang atau seluruh Kabupaten Cianjur atau dari luar Cianjur yang merasa ada anggota keluarganya hilang segera melapor," kata dia.
Lebih lanjut, Kepala BNPB menyampaikan bahwa saat ini terdapat 100 titik pengungsian korban gempa di Kabupaten Cianjur. Titik pengungsian terbagi dua, yaitu terpusat dan mandiri.
"Kami per hari ini sudah mendata ulang titik titik pengungsian, jadi yang sudah berhasil di survei di Kabupaten Cianjur ini sudah berhasil menemukan ada 110 titik tempat pengungsian," kata Surhayanto.
Surhayanto menjelaskan, untuk pengungsian terpusat sebanyak 57 dengan kapasitas sampai 500 orang. Sementara, 53 merupakan titik pengungsian mandiri dengan kapasitas sampai 10 orang.
"Baik pengungsian yang terpusat besar kekuatan 200, 300, 400, 500 orang, maupun kekuatan yang 5 sampai 10 orang ini memang terpencar di 15 kecamatan sehingga membutuhkan strategi, tenaga dan kekuatan ekstra dalam pendistribusian logistik," ungkapnya.
Dia merinci, terdapat 16.645 KK yang berada di tenda pengungsian baik terpusat mapun mandiri. Harapannya, seluruh pengungsi korban gempa Cianjur bisa terlayani.
"Ini mudah-mudahan ke depan seiring berjalannya waktu semakin baik dan semua masyarakat Kabupaten Cianjur sekitar 60 ribu lebih yang mengungsi bisa terlayani," kata dia.
"Tapi tentu saja data ini masih berkembang terus karena kami terus melakukan pendataan, dan bukan final, kita langsung datangi langsung data," pungkasnya.