Liputan6.com, Jakarta Pertama kali dalam sejarah, Al-Quran dengan berbagai varian (qiraat) dan riwayat bacaannya akan dikodifikasi dalam sebuah produk cetak dan elektronik yang disebut mushaf Al-Ummah.
Proyek yang disupervisi oleh Syeikh Ahmad Isa al-Ma’sharawi, mantan Syeikh ‘Umum Al-Maqari Al-Mishriyyah (Ketua Majelis Halaqah Al-Quran Mesir), diluncurkan penyusunannya di kota Istanbul Turki, Sabtu (26/11/2022). Hadir dalam peluncuran tersebut Syeikh Muhammad Didu, ulama dan dai kondang asal Mauritania dan Syeikh Omar Abdul Kafi dari Mesir.
Sebelumnya, selama tiga hari berturut-turut, 20 orang ulama Al-Quran dari 12 negara, dipimpin al-Ma’sharawi mendiskusikan format mushaf al-Ummah dan pedoman penyusunannya. Hadir sebagai anggota tim dari Indonesia, Direktur Pusat Studi Al-Quran (PSQ), Muchlis M Hanafi, yang pernah menjabat sebagai Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kementerian Agama RI, dari tahun 2015-2022.
Advertisement
Menurut Muchlis, produk tersebut akan menjadi karya monumental. Seperti diketahui, Al-Qur’an diturunkan dengan berbagai varian bacaan. Yang sampai kepada kita secara mutawatir, tidak diragukan kesahihannya, berjumlah 10 bacaan (qiraat), melalui 20 jalur periwayatan.
Yang paling populer dibaca masyarakat muslim dunia, termasuk di Indonesia, adalah qiraat Imam Ashim (w 120 H) melalui riwayat Hafsh (w 180 H). Di Maroko dan Al-Jazair, misalnya, qiraat Imam Nafi (w 169 H) dari jalur riwayat Imam Warsy (w 197 H). Sedangkan di Tunisia Imam Nafi melalui riwayat Qalun (w 220 H). Di Sudan yang populer bacaan riwayat Imam Al-Duri (w 246 H) dari Al-Kisa’i (w 189 H).
Hanya empat bacaan yang populer saat ini. Percetakan Al-Quran di Madinah pernah mencetak mushaf dengan enam varian bacaan. Empat yang populer ditambah bacaan riwayat Imam Al-Susi (w 261 H) dari Abu Amr (w 154 H) dan Syu’bah (w 193 H) dari Imam Ashim. Lainnya tidak dikenal luas. Hanya para ahli qiraat yang mengetahuinya.
Selain itu, di masa Rasulullah Al-Quran ditulis dalam berbagai media seadanya; kulit, pelepah kurma dan sebagainya. Dikumpulkan dalam satu mushaf pertama kali di masa pemerintahan Abu Bakar, dan ditulis ulang dalam beberapa naskah di masa Usman bin Affan.
Belum ada harakat dan tanda baca. Dalam perkembangannya ada bermacam gaya penulisan mushaf. Dikenal dengan istilah gaya masyariqah dan magharibah. Negara-negara seperti Turki, sub-kontinental (India) dan Indonesia juga punya kekhasan tersendiri.
Mushaf Al-Ummah menghimpun Al-Quran dengan 10 varian bacaan (qiraat), melalui 20 jalur periwayatan, dengan 3 model penulisan (masyariqah, magharibah dan Turki). Akan terbit dalam 60 jilid edisi cetakan mushaf. Pada bagian pinggir setiap halaman dilengkapi dengan QR code yang dapat discan untuk mendengar bacaan setiap halaman dengan suara Syeikh Isa Al-Ma’sharawi.
Prinsip dasar belajar Al-Quran melalui musyafahah (tradisi lisan), tidak hanya mengandalkan tulisan, sehingga keberadaan suara bacaan menjadi penting. Sesuai namanya, mushaf Al-Ummah, mushaf ini diharapkan dapat menghimpun seluruh wahyu Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah, dalam bentuk tulisan dan bacaan.
Ulama Berbagai Negara
Di antara keunggulan lain produk mushaf ini, anggota tim tashih adalah para ulama Al-Quran dari berbagai negara, antara lain Syeikh Samih Atsaminah dan Ahmad Syukri dari Yordania, Syeikh Hasan Boso dari Senegal, Syaikh M. Zainal Abidin dari Mauritania, Syeikh A Miyan Tahanawi dari Pakistan, Syeikh Hafiz Usman Shahin dari Turki, Syeikh M. Ali Athafay dari Maroko, Syeikh Ghanim Qadduri dari Irak, Syeikh Anas Al-Kandari dari Kuwait, Muchlis Hanafi dari Indonesia dan lainnya. Proyek ini direncanakan akan selesai dalam waktu satu tahun setengah.
Advertisement