Liputan6.com, Jakarta Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Eliasta Meliala menduga penyebab kematian keluarga Kalideres, Rudyanto Gunawan, dan K Margaretha Gunawan berbeda dengan Budyanto Gunawan dan Dian.
Keempat korban ditemukan meninggal di dalam rumah, Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
Adrianus menerangkan, dua orang yang meninggal lebih dahulu akibat sakit atau termakan usia. Mereka adalah Rudyanto Gunawan, dan K Margaretha Gunawan.
Advertisement
"Kelihatannya dua orang meninggal natural. Kematian natural ini bukan berarti kematian yang diminta tapi kematian yang memang karena sakit dan usia yang kemudian sebabkan mereka mati," kata Adrianus saat konfrensi pers melalui Zoom Meeting, Rabu (30/11/2022).
Sementara itu, penyebab kematian Budyanto, dan Dian tidak natural melainkan karena desperate death atau kematian yang sengsara.
"Dian dan Budyanto saya sebut sebagai desperate death atau kematian yang sengaara. Kenapa? Karena pada dua orang ini saya dapat kesan mereka masih mau bertahan hidup," ujar dia.
Adrianus menyinggung, temuan polisi terkait penjualan barang-barang yang dilakukan oleh Budyanto. Menurut dia, mereka mencoba untuk bertahan hidup di tengah memburuknya perekonomian keluarga.
"Tapi dalam hal ini sumber pemasukan tidak ada lagi," ujar dia.
Â
Jalani Ritual karena Himpitan Ekonomi
Saat itulah, Budyanto dan Dian mulai menjalani upacara keagamaan atau ritus dengan keyakinan mereka bisa terlepas dari kesulitan ekonomi. Tapi ternyata tidak demikian.
"Mereka mulai putus asa dan masuk dalam fase yang kita sebut hopeless merasa tidak mungkin ditolong. Dan kemudian karena keadaan tubuh melemah dan asupan makanan makin sedikit menyebabkan lalu mereka pada akhirnya meninggal dengan pendekatan desperate death," kata Adrianus.
Adrianus menyebut, kecenderungan untuk melakukan spiritual hanya terlihat pada Budyanyto, atau paman dari Dian. Sementara tidak ada pada korban lain.
"Apakah kemudian yang lain dipengaruhi oleh Budyanto. Saya katakan bisa iya. Kenapa? Kelihatan betul dari keempat memiliki kepribadian yang saling kunci. Tidak ada pribadi yang dominan. Sehingga kalau dikatakan dipaksakan tidak bisa begitu, dia sudah saling sama-sama mau, sama sama yakin," ujar dia.
Â
Advertisement
Baca 3 Hal
Menurut Adrianus, para ahli Psikologi Forensik yang digandeng penyidik Polda Metro Jaya sebenarnya sedang menyusun suatu kesimpulan dalam kasus satu keluarga di dalam rumah, Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
"Kalau bahasa psikologi forensik, otopsi yang dijalankan psikologi forensik sudah mentok," ujar dia.
Dalam kasus ini, Adrianus menyebut Ahli Psikologi Forensik telah membaca tiga hal. Pertama, pembacaan atas tubuh atau jenazah.
"Ini pekerja keras atau tidak, pesolek atau tidak, punya hobi yang beda atau tidak," ujar dia.
Kedua, membaca Tempat Kejadian Perkara terhadap ruangan, warna ruangan, perabotan, bacaan-bacaan yang terdapat di lokasi. Terakhir melakukan wawancara ke semua pihak terkait bisa tetangga, kerabat, RT/RW, Petugas Pos, Petugas PAM.
"Ketika tiga hal sudah dilakukan maka sebetulnya kesimpulan psikologi forensik sudah komperhensif. Ketika mereka sudah mengeluarkan kesimpulan saya rasa sudah final," ujae dia.