Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh mengungkapkan saat ini dunia perwakafan di Tanah Air menunjukkan tren positif. Di mana kesadaran masyarakat untuk berwakaf kini sudah mulai tumbuh.
"Perwakafan Indonesia sudah mulai naik. Karena tingkat literasinya sudah mulai naik. Kesadaran sudah mulai muncul ditandai dengan keterlibatan komunitas digital. Layanan perwakafan kita harus melekat digital culture," kata Nuh dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Peningkatan aktivitas wakaf di Indonesia tersebut, ia menambahkan, ditandai dengan segmen wakif (orang yang wakaf) yang semakin meluas. Bila dahulu mereka yang wakaf berasal dari kalangan orang tua, kini kegiatan tersebut juga digandrungi anak muda.
Advertisement
"Yang berwakaf sudah lintas (usia). Dulu orang tua yang berwakaf, sekarang nggak. Di dunia kampus sudah jadi lifestyle. Kalau belum berwakaf harus berwakaf supaya tidak ketinggalan. Itu tanda perwakafan tumbuh dengan baik," kata dia.
Baca Juga
Selain itu, tidak hanya kementerian agama sebagai departemen teknis namun lembaga pemerintah lainnya seperti Bank Indonesia, kementrian keuangan, kementrian ATR, BPN, OJK, KNEKS, Perbankan Syariah, Pasar Modal Syariah, Perguruan Tinggi turut mengambil peran dalam pengembangan wakaf nasional.
"Sekarang Perguruan Tinggi Negeri berwakaf. Misalkan baru penghargaan ITS berwakaf Rp 50 miliar, IPB wakaf Rp 200 miliar. Kita harapkan insyaAllah, nanti pada 2023 tembus Rp 1 triliun dari perguruan tinggi negeri," kata dia,
"Belum lagi tumbuhnya Gerakan berwakaf dari kelompok masyarakat seperti ASN, karyawan swasta, akademisi dan pelajar, intinya literasi wakaf semakin meningkat dan semakin inklusif," Nuh mengimbuhkan.
Selain itu, digitalisasi sebagai upaya penguatan perwakafan juga gencar dilakukan oleh BWI. Setelah dikembangkannya platform berkahwakaf.id dan e-services untuk pelayanan nazhir, maka BWI juga tengah mendorong konsolidasi data perwakafan melalui penguatan pusat data wakaf nasional dan agregator wakaf nasional.
"Diharapkan proses transformasi digital dapat semakin meningkatkan gaya hidup berwakaf masyarakat dan mengoptimalkan potensi wakaf yang ada," ujar dia.
Sejumlah Instrumen wakaf saat ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, baik wakaf aset maupun wakaf uang. Untuk itu, Badan Wakaf Indonesia melakukan berbagai upaya dan langkah guna melindungi dan mengembangkan nilai aset harta benda wakaf di Indonesia termasuk didalamnya peningkatan kompetensi nazhir sebagai pengelolanya. Salah satunya dengan menggelar rapat koordinasi nasional (Rakornas) 6-8 Desember 2022 di Hotel Grand Melia, Jakarta dengan mengusung tema “Percepatan Ekosistem Perwakafan: Profesionalisasi Nazhir.”
Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 300 peserta dari berbagai intansi yang konsen dengan perkembangan wakaf di Indonesia. Termasuk di dalamya ada perwakilan Badan Wakaf Indonesia tingkat Provinsi seluruh Indonesia, Kementrian Agama RI, Kementrian PMK, Kementrian ATR/BPN, Kementrian Keuangan dan stakeholder perwakafan lainnya.
Pembinaan Nazhir
Nuh mengungkapkan, BWI telah melakukan pembinaan Nazhir agar menjadi profesional sehingga dapat menghimpun, menjaga, mengelola, menyalurkan, dan membuat pelaporan kegiatan wakafnya dengan prinsip tata kelola yang baik dengan melakukan sertifikasi nazhir.
“BWI telah membina banyak Nazhir supaya bisa profesional dalam menghimpun, menjaga, mengelola, menyalurkan, dan membuat pelaporan wakafnya dengan mengacu prinsip tata kelola yang baik dan melakukan sertifikasi nazhir,” ujar Nuh
Pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Era SBY itu menjelaskan bahwa hingga Oktober 2022, jumlah nazhir wakaf uang yang terdaftar di BWI sebanyak 333 Nazhir Wakaf Uang. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BWI juga menyelenggarakan sertifikasi sebanyak 21 Batch (21 Kali). Total jumlah Asesi yang sudah tersertifikasi hingga November 2022 sebanyak 1.557 Asesi.
Dalam Rakornas tersebut juga dibahas tentang penggunaan Indeks Wakaf Nasional sebagai tolok ukur kinerja perwakafan nasional pada masing-masing propinsi. Dengan diterapkannya IWN tersebu, diharapkan kinerja perwakafan dapat terukur secara periodik, transparan, fair, dan akuntabel. Selain itu, beragam persoalan terkait sertifikasi tanah wakaf juga akan dibahas secara intensif, dengan tujuan untuk melindungi dan mendayagunakan aset-aset wakaf secara optimal.
Lebih lanjut, Mantan Rektor ITS itu berharap Wakaf mampu memberikan kontribusi besar terhadap akselerasi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan perekonomian nasional dengan disertai peningkatan aset wakaf dan penyalurannya.
Advertisement