Liputan6.com, Jakarta Kementerian kesehatan (Kemenkes) RI mengkonfirmasi adanya subvarian Omicron baru yaitu BN.1. Adapun subvarian ini muncul setelah subvarian sebelumnya, yaitu XBB dan BQ.1.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terdapat 20 kasus BN.1 di Indonesia.
Baca Juga
"Di Indonesia, sudah terdapat 20 kasus BN.1 dengan kasus pertama dilaporkan dari Kepulauan Riau dengan tanggal ambil 16 September 2022," kata Nadia saat ditemui di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Kamis (8/12).
Advertisement
Nadia juga mengatakan, pihaknya masih meneliti apakah subvarian ini berpotensi menjadi pemicu kenaikan kasus Covid-19.
"Subvarian baru BN.1 sudah ada. Apakah ini jadi potensi peningkatan kasus, kita masih monitor," tambah Nadia.
Nadia juga menerangkan, Omicron subvarian BN.1 ini sudah dilaporkan di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Austria, Australia, dan India. Namun, subvarian ini tidak menyebabkan kenaikan kasus.
"Subvarian BN.1 ini kita lihat juga di banyak negara belum ada peningkatan. Namun, kita akan lihat polanya apakah seperti itu (tidak memicu kenaikan)," tambah Nadia.
Meskipun demikian, Nadia menjelaskan bahwa BN.1 diasumsikan memiliki kemampuan kebal imunitas.
"Belum cukup data mengenai kemampuan transmisi dan keparahan. Namun, diasumsikan memiliki kemampuan 'immunity-escape'," kata Nadia.
Untuk menghadapi subvarian baru tersebut, Nadia menegaskan pemerintah masih melakukan evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) setiap dua Minggu sekali dan mempercepat cakupan vaksinasi.
Amati Pola BN.1
Subvarian Omicron terbaru bernama BN.1 sudah terdeteksi masuk Indonesia. Saat ini Kementerian Kesehatan RI sedang mengamati pola BN.1 menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.
"Kita sudah melewati gelombang XBB dan BQ.1, tapi kami perhatikan, ada subvarian baru BN.1," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
"Untuk jumlah kasus BN.1 di Indonesia, saya masih belum tahu persisnya berapa kasus. Tapi yang pasti, kasus itu sudah ditemukan di Indonesia," lanjutnya lagi.
Nadia menjelaskan subvarian BN.1 telah ditambahkan ke dalam daftar varian Virus Corona yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat karena menyumbang empat persen kasus infeksi di negara tersebut.
"Kami sedang monitor varian baru yang sekarang ini, termasuk BN.1, sebab di beberapa negara juga sudah dilaporkan, tapi dia belum mengalami tren peningkatan kasus," kata Nadia mengutip Antara.
Umumnya varian baru Virus Corona bertahan rata-rata selama tiga bulan. Setelah sampai pada puncaknya, kasus akan melandai. Saat ini, Kemenkes sedang meningkatkan upaya survailens untuk melacak kasus BN.1 melalui pemeriksaan genomik dari pasien yang terpapar SARS-CoV-2 untuk melihat pola spesifik dari varian baru tersebut.
Advertisement