Sukses

Sudirman Said: PMI Harus Terus Menjadi Oase Ketulusan

Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI), Sudirman Said mengajak semua insan PMI baik Pengurus, Staf, maupun Relawan untuk terus menjaga kepercayaan masyarakat kepada organisasi kemanusiaan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI), Sudirman Said, mengajak semua insan PMI baik Pengurus, Staf, maupun Relawan untuk terus menjaga kepercayaan masyarakat kepada organisasi kemanusiaan ini.

“Kepercayaan Publik adalah tali hidup bagi organisasi kemanusiaan seperti PMI. Seluruh aktivitas PMI ditopang oleh sumber daya publik, baik melalui sumbangan langsung masyarakat, dana APBN dan APBD, maupun donasi dari mitra gerakan internasional. Itu semua adalah bentuk dukungan publik,” papar Menteri ESDM 201-2016 ini, dalam Penutupan Rapat Kordinasi Teknis Sekretaris dan Kepala Markas PMI Provinsi se-Indonesia.

Sebelumunya, dalam pembukaan Rakornis ini (12/12/2002), Ketua Umum PMI, M. Jusuf Kalla, menjelaskan bahwa PMI seperti ada di tengah, antara tangan di atas dan tangan dibawah. Tangan di atas adalah para donatur penyokong PMI, tangan dibawah adalah masyarakat yang membutuhkan. Mereka adalah korban bencanam korban konflik, atau kelompok rentan yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

“PMI hadir di tenganya sebagai penyambung, yang menghubungkan kedua pihak itu. Karena itu organisasi PMI harus kuat, dikelola dengan transparan dan professional,’ tegas Kalla. Ketua Umum PMI menjelaskan bahwa peran Sekjen dan Sekretaris seperti CEO atau Managing Director dalam perusahaan; sedangkan Kepala Markas adalah COO nya.

Lebih lanjut Sudirman Said menguraikan pentingnya untuk terus menjunjung tinggi Tujuh Prinsip Dasar Gerakan Kepalangmerahan Internasional: kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kenetralan, kesatuan, dan kesemestaan. Prinsip dasar ini menjadi pedoman dalam menghadapi berbagai dinamika dan tantangan operasi kemanusiaan ke depan.

“Dunia kemanusiaan kita sedang menghadapi sejumlah tantangan, termasuk didalamnya perubahan iklim, bencana yang mengalami evolusi bentuk dan frekuensinya, kesenjangan derajat kesehatan dan kesejahteraan, dan konflik di berbagai penjuru dunia. Situasi ini akan mendorong perpindahan manusia (migrasi), yang memerlukan respon Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah seluruh dunia,” urainya.

PMI sebagai salah satu perhimpunan nasional sedang terus memperkokoh kapasitas operasi dan kapasitas organisasinya, melalui berbagai inisiatif transformasi. Ditekankan pentingnya menjaga tata nilai dan kultur PMI yang terus mengedepankan semangat melayani dan memberi.

Di hadapan para Sekretaris dan Kepala Markas seluruh Indonesia, Sekjen PMI menandaskan: “PMI harus mampu meneguhkan dirinya sebagai oase ketulusan, dan kita yang hadir disini harus bertekad untuk menjadi penjaga oase itu. Kita semua yang masuk ke PMI baik sebagai relawan, staf, maupun pengurus, tidak boleh punya motif lain kecuali memberi dan melayani warga di manapun, dan siapapun tanpa membedakan asal usulnya.”

2 dari 2 halaman

Non-Aktif

Pada kesempatan ini, Sudirman Said juga menjelaskan mengapa ia berkeputusan non-aktif dari posisi sebagai Sekjen PMI.

“Kita semua sayang PMI. Di lain pihak setiap warga negara memiliki hak dan aspirasi politik. Karena itu, untuk menjaga netralitas PMI, saya harus mengambil jarak dengan PMI pada saat kegiatan politik memerlukan perhatian lebih. Insya Allah mulai awal tahun depan ada pengganti Sekjen, dan saya tetap akan membantu PMI dalam peran yang berbeda.”

Rapat Kordinasi Teknis Sekrtaris dan Kepala Markas PMI Provinsi se-Indonesia berlangsung di Jakarta, dari tanggal 12 sampai dengan 13 Desember 2022. Rakornis ini menghasilkan sejumlah keputusan untuk melanjutkan penguatan organisasi di setiap level, sebagaimana dirumuskan dalam Perencanaan Strategis PMI 2019-2024.

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah organisasi kemanusiaan terbesar dan tertua di Indonesia. Berdiri pada tanggal 17 September 1945, persis sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Ketua PMI Pertama adalah Wakil Presiden Dr. Mohammad Hatta. Saat ini PMI memiliki jejaring kerja di 34 Provinsi, 500 Kabupaten dan Kota; mengoperasikan lebih dari 250 Unit Donor Darah.

Jumlah Relawan terlatih PMI mencapai 300 ribuan, tidak termasuk para pendonor darah yang saat ini jumlahnya sudah mencapai 6 juta donor. Dalam berbagai operasi kemanusiaan, PMI bekerja sama dengan mitra-mitra Gerakan seperti International Federation of Red Cross (IFRC), International Committee of Red Cross (ICRC), dan sejumlah Perhimpunan Nasional dari berbagai negara.