Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pro Jokowi (Projo) Handoko menyebut, pihaknya mendukung jika Presiden Joko Widodo melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat.
Dia meyakini, apa yang akan dilakukan Presiden Jokowi untuk kebaikan bersama.
Advertisement
Baca Juga
"Isu reshuffle, tentu kami tidak menolak atau apa. Kami pasti menyetujui beliau melakukan reshuffle yang kami yakin demi kebaikan kinerja kabinet di sisa waktu yang tersedia," kata Handoko, kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (28/12/2022).
Kendati demikian, dia menyebut, Projo menyerahkan urusan reshuffle kabinet kepada Presiden Jokowi sepenuhnya, yang merupakan hak prerogatifnya.
"Karena beliau yang tahu persis bagaimana kinerja kabinetnya," tegas Handoko.
Perihal isu reshuffle Kabinet yang dikaitkan dengan Partai NasDem, dia mengatakan, sejauh ini, tidak ada gejolak politik yang cukup berarti.
Namun, dirinya meyakini bahwa pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem menimbulkan dinamika politik.
"Situasi juga baik-baik saja. Bahwa ada dinamika-dinamika politik, tentu pasti terjadi karena pasti ada deklarasi itu," imbuh Handoko.
Â
Tak Ada Beban
Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menanggapi isu reshuffle atau perombakan menteri di Kabinet Indonesia Maju. Dia bahkan tersenyum dan mengangguk saat awak media menegaskan hal tersebut.
Menanggapi hal itu, Analis Politik Arifki Chaniago menilai akan ada sejumlah dampak bila kepala negara benar akan kembali melakukan reshuffle. Khususnya, terkait stabilitas politik menuju 2024.
"Stabilitas politik di pemerintahan Jokowi tentu terganggu dan partai yang kadernya terdepak dari kabinet berkemungkinan akan mengambil posisi berbeda (oposisi) menjelang Pemilu 2024," kata Arifki melalui pesan singkat diterima, Kamis (29/12/2022).
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic ini juga mengamini, perombakan kabinet tentu memiliki tantangan. Kendati pada sisi lain, anggota koalisi partai pendukung pemerintah bisa memanfaatkan situasi itu untuk menambah jatah kursi menterinya.
"Pergantian kabinet ini tentu tidak mudah. Tapi secara pribadi Jokowi tidak terbebani karena tidak lagi maju sebagai capres jika ada kader partai lain yang keluar," tutur Arifki.
Arifki menganalisis, bila benar ada reshuffle, maka menteri dari Partai NasDem adalah yang paling mungkin. Hal ini disebabkan pendeklarasian Anies yang dianggap membuat hubungannya dengan Jokowi menjadi dingin.
"Sebagai partai politik mendukung figur populer di tahun 2024 tentu menguntungkan bagi partai yang tidak memiliki kandidat capres. Tetapi, sikap NasDem dinilai sebagai partai koalisi lain, partai pemerintah rasa oposisi," tegas Arifki.
Â
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com
Advertisement