Liputan6.com, Jakarta - Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri tahun ini akan meluncurkan buku bank berisi 1.200 soal yang diujikan dalam tes teori pembuatan surat izin mengemudi (SIM) untuk masyarakat.
Dirktur Regident Korlantas Polri Brigjen Yusri Yunus mengatakan, buku pedoman ini diluncurkan untuk memudahkan masyarakat mengurus permohonan SIM, mengedukasi masyarakat mengenai rambu-rambu lalu lintas, dan tata tertib berlalu lintas di jalan.
Baca Juga
“Insyaallah secepatnya (diluncurkan). Satu dua bulan ini sudah bisa kami sebarkan (bukunya),” kata Yusri dikutip dari Antara, Jumat (6/1/2023).
Advertisement
Dia menuturkan, buku bank soal tes teori SIM tersebut masih dalam proses penyelesaian. Buku tersebut akan dibuat dua model, yakni cetak dan buku elektronik (e-book).
Buku cetak akan disebar ke sejumlah sekolah, perpustakaan, dan pusat keramaian. Sedangkan buku elektronik disebar ke sejumlah platform milik kepolisian, seperti di NTMC, Divisi Humas Polri, dan media sosial milik kepolisian di seluruh Indonesia.
Dengan adanya buku ini, kata dia, masyarakat pemohon SIM tidak bingung lagi saat akan mengikuti tes teori karena bisa mempelajarinya terlebih dahulu dari buku bank soal tersebut.
“Buku berisi soal panduan yang diujikan. Dari 1.200 soal yang tertera di dalam buku tersebut, ada beberapa soal menjadi pertanyaan yang diujikan dalam tes teori SIM,” katanya.
Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya itu menyebut, peluncuran buku bank soal SIM ini sesuai dengan arahan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengurus pembuatan SIM.
Buku ini, kata Yusri, memudahkan masyarakat mengikuti ujian pembuatan SIM secara daring melalui aplikasi "Electronic Audio Visual Integrited System" (E-AVIS) yang sudah dikembangkan Korlantas Polri sejak 2021.
Soal Tes Teori SIM Aplikatif
Kemudian, lanjut dia, soal-soal dalam ujian tes teori pembuatan SIM itu aplikatif sesuai yang dihadapi masyarakat saat berkendaraan di jalan raya, seperti mengenal rambu-rambu dan kemudian apa yang harus dilakukan masyarakat ketika menemukan rambu-rambu tersebut.
Sebagai contoh, jika sedang berkendara melihat ada yang menyeberang jalan maka pengendara harus mengurangi kecepatan.
Begitu pula ketika melihat rambu-rambu tanda ada lubang di tengah jalan, maka saat melintasi jalanan kendaraan harus mengurangi kecepatan kendaraan karena akan berbahaya melaju kencang di jalanan berlubang.
“Jadi soal-soal ini aplikatif yang dihadapi masyarakat di jalan. Itulah teori-teori yang diberikan supaya mereka tidak kaget nanti saat mereka ujian teori, kami beri kemudahan dalam bentuk buku. Jadi bisa memahami setengah dari soal yang ada di buku, masyarakat sudah paham soal lalu lintas,” kata Yusri.
Advertisement