Liputan6.com, Jakarta - Bupati Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Herman Suherman, memastikan seluruh rumah yang rusak akibat gempa bumi di Cianjur, mendapat bantuan dari pemerintah. Sehingga warga yang rumahnya belum terdata dapat melapor ke aparat desa setempat.
"Kalau belum terdata sama sekali silakan menghubungi aparat desa setempat atau dinas penghubung yang sudah ditempatkan di masing-masing desa dan kecamatan terdampak ringan, sedang dan berat," katanya di Cianjur, Minggu (15/1/2023).
Hingga saat ini, pihaknya bersama BNPB masih melakukan verifikasi hasil dari tim survei terhadap rumah warga yang rusak akibat gempa 5.6 magnitudo yang mengguncang Cianjur, Senin (21/11) 2022 dengan hitungan sementara sekitar 71 ribu unit rusak.
Advertisement
Selanjutnya, kata dia, setelah menerima data rumah rusak dari BNPB, pihaknya akan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati dan segera diserahkan kembali ke BNPB untuk segera ditindaklanjuti agar warga segera mendapat bantuan dari pemerintah.
Baca Juga
Pihaknya akan segera mengumumkan hasil verifikasi dan pendataan secara resmi, sehingga warga dapat melihat hasilnya di balai desa masing-masing dan ketika mendapati hasil yang tidak sesuai dapat melaporkan kembali ke aparat desa atau penghubung.
"Warga dapat melaporkan kondisi terakhir rumahnya sebelum tujuh hari setelah pengumuman keluar, ketika tidak sesuai akan dilakukan perbaikan data, contoh sebelum didata rusak sedang namun terjadi gempa susulan menjadi ambruk atau rusak berat," katanya yang dilansir dari Antara.
Pendataan yang dilakukan bersama BNPB termasuk sangat cepat karena kurang dari tiga bulan setelah bencana, pendataan sudah tuntas dilakukan dan warga dapat segera menerima bantuan dari pemerintah untuk membangun kembali rumahnya.
Acsenahumanis Bantah Laporkan Bupati Cianjur
Founder sekaligus CEO Acsenahumanis Respons Andhika mengaku pihaknya tidak pernah melakukan pelaporan atas dugaan penyelewengan bantuan yang dilakukan Bupati Cianjur Herman Suherman ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Acsena tidak pernah melakukan pelaporan seperti itu, kita tidak pernah melakukan hal tersebut sama sekali," ujar Andika dalam keterangannya, Jumat (30/12/2022).
Andhika mengaku baru mengetahui berita tersebut dua hari belakangan dari rekan-rekannya sesama relawan kebencanaan di Banten.
"Posisi saya kemarin masih di wilayah Jawa Tengah, dan kalau saya lihat dari pemberitaan di media online, pada tanggal-tanggal tersebut (saat pelaporan), itu posisi saya masih di Indonesia Timur," kata dia.
Menurut dia, pelapor dugaan penyelewengan bantuan bencana yang diduga dilakukan Bupati Herman Suherman mencatut nama Acsenahumanis Respons. Andika mengaku bingung ketika ada beberapa media berusaha menghubunginya.
"Saya cek pemberitaan media, kok narasinya sama semua, ya. Ini lebih condong ke pancatutan nama. Intinya kami tidak pernah melakukan pelaporan atau menemukan kejanggalan. Jika ada yang melapor, itu bukan dari Acsenahumanis Respons," kata lagi.
Mengenai nama Ery yang dikutip banyak media, Andika mengatakan di Acsena tidak ada yang namanya Ery. "Adapun yang namanya Ery di Acsena sendiri tidak pernah ada yang namanya Ery, jadi kayaknya beritanya sudah diset," kata dia.
Andhika juga menjelaskan, Acsena tidak memiliki kerja sama dengan Emirate Red Crescent. Lembaga luar yang pernah bekerja sama dengan Acsena itu dari Austria Fund. Dia mengungkapkan, saat gempa Cianjur terjadi, Acsena memang turun ke lokasi selama empat hari.
"Ketika gempa terjadi sekitar pukul 13.30 siang, malamnya sebelum Isya kami sudah masuk Cianjur lewat Jonggol," paparnya
Langkah selanjutnya yang akan diambil Acsena terkait pencatutan nama lembaganya, Andhika mengaku akan berkonsultasi dengan tim penasihat hukum dan mempertimbangkan membuat laporan pencatutan nama lembaganya ataupun pencemaran nama baik.
"Tapi itu langkah kedua, langkah pertamanya saya akan datang ke Cianjur, untuk konfirmasi dan klarifikasi pada Pak Bupati secepatnya," ujarnya.
Advertisement