Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyebut tidak ada reshuffle atau perombakan kabinet Indonesia Maju yang dilakukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, pada Januari 2023. Hal ini menjawab isu reshuffle kabinet yang berembus beberapa hari belakangan.
"Enggak ada, enggak ada (reshuffle kabinet bulan Januari)," kata Pratikno di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (16/1/2023).
Namun, dia tak mau membocorkan kapan Jokowi akan melakukan reshuffle kabinet. Saat ditanya apakah reshuffle akan dilakukan pada Februari mendatang, Pratikno mengaku belum mengetahui.
Advertisement
"Ya enggak tahu kalau itu," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung enggan berbicara banyak soal reshuffle kabinet. Dia menuturkan ada beberapa hal yang tak boleh dibocorkan kepada publik.
"Pokoknya saya simpan yang enggak bocor, habis kamu tanya bocoran. Saya simpan yang enggak bocor," tutur Pramono.
Sebelumnya, Isu Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan melakukan perombakan atau reshuffle kabinet Indonesia Maju kembali berhembus beberapa hari terakhir. Berembus kabar bahwa menteri-menteri dari Partai Nasdem akan terkena reshuffle kabinet.
Saat ini, ada tiga menteri dari Nasdem yang duduk di kursi kabinet. Ketiganya yakni, Menteri Komunikasi dan Informatikan Johnny G.Plate, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya.
Jokowi Buka Kemungkinan Reshuffle
Presiden Jokowi sendiri membuka kemungkinan akan kembali melakukan reshuffle atau perombakan kabinet di akhir masa jabatannya. Namun, Jokowi tak berbicara kapan reshuffle kabinet akan dilakukan.
"Mungkin (reshuffle). Ya nanti," kata Jokowi singkat kepada wartawan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, Jumat (23/12/2022).
Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat meminta Jokowi untuk mengevaluasi dua menterinya, yaitu Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. Kedua menteri itu adalah politikus Nasdem.
Djarot berharap ada penyegaran di internal kabinet agar bisa mendukung penuh kebijakan Presiden Jokowi.
"Mentan dievaluasi, Menhut dievalusi, Menteri Kehutanan ya. Harus dievaluasi. Semua menteri juga harus dievaluasi. Supaya apa? Supaya ada satu darah baru yang segar, yang bisa mendukung penuh kebijakan Pak Jokowi untuk menuntaskan janji-janji kampanyenya," ujar Djarot di Menteng, Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Advertisement
Hak Prerogatif
Anggota Komisi IV DPR ini menyinggung masalah impor beras. Di tengah digemborkannya swasembada beras, harga beras justru naik. Saat musim panen dan harga beras naik, justru ada kebijakan impor.
"Termasuk yang prihatin ketika kita sudah di masa lalu, sudah gembar gembor swasembada beras, ternyata kita impor beras ketika harganya naik. Justru pemerintah harus intervensi dong. Saat musim panen dan harganya baik, kemudian dihajar sama beras impor," ujar Djarot.
"Yang parah nanti, yang sakit petaninya. Makanya kita di Komisi IV kita sampaikan coba buka data. Data yang fix yang sama baik itu oleh BPS, dimiliki Kementan, data dimiliki Bulog, data yang dimiliki Bappenas badan pangan nasional, buka, satukan. Perlu enggak kita impor, katanya masih cukup. Perlu enggak kita impor. Yang penting bagi kita harga beras stabil, petaninya bisa untung. Ini semua perlu dievaluasi," tegasnya.
Namun, Djarot mengembalikan lagi kepada Jokowi sebagai pemegang hak prerogatif apakah perlu beberapa menterinya diganti. Termasuk juga peluang partai yang belum masuk kabinet diajak bergabung.
"Wah kalau itu urusannya presiden. Itu hak prerogratif presiden. Kita hormati kita hargai kita berikan kesempatan kepada Pak Jokowi untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kabinet. Apakah perlu reshuffle atau tidak. Itu pun untuk kepentingan bangsa dan negara dan rakyat Indonesia," ujar Djarot