Liputan6.com, Banyumas Di kalangan sopir atau pengemudi kendaraan truk ekspedisi dan muatan, Jembatan Timbang, Batang, Jawa Tengah sempat menjadi salah satu momok besar. Pasalnya, mereka harus menyiapkan ‘amplop’ untuk bisa aman melintasi jalan raya. Namun, cerita itu mulai berubah setelah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sidak dan memergoki aktivitas pungutan liar (Pungli) di Jembatan Timbang Subah.
Tahun 2014, Gubernur berambut putih itu viral karena menangkap basah aktivitas pungli di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB). Saat itu, Ganjar baru satu tahun menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah di periode pertamanya. Ia langsung tancap gas "bersih-bersih" di tubuh birokrasi pemerintahan yang dipimpinnya. Salah satunya di Jembatan Timbang.
Baca Juga
Kemarahan Ganjar 9 tahun lalu itu mampu mengubah pola kotor menjadi bersih. Jembatan Timbang di Jawa Tengah kini jauh lebih tertib, pelayanan berbasis online, dan yang pasti tak ada lagi pungli.Â
Advertisement
Perubahan itu dirasakan oleh para sopir, terutama kendaraan muatan. Mereka merasa nyaman dan aman jika melintas di Jawa Tengah. Ade Hermanto, seorang sopir truk ekspedisi mengaku tidak ada lagi pungli di Jembatan Timbang di Jawa Tengah sejak Ganjar marah-marah.
"Pernah (marah-marah) di Jembatan Timbang Subah. Sekarang di Jawa Tengah sudah tidak ada apa-apa, aman lah," kata Ade Hermanto seperti dikutip dari website jatengprov.go.id, Senin (16/1/2023).Â
Praktik pungli itu lenyap karena sikap tegas Ganjar. "Sejak Pak Ganjar ngamuk sudah aman. Kalau dulu harus menyiapkan uang. Kalau sekarang tidak, hanya siapkan surat-surat saja," terangnya.
Sopir Terhindari dari Perbuatan Pungli
Cerita positif juga disampaikan Mardiyono, sopir asal Purwokerto. Baginya, kemarahan Ganjar di Jembatan Timbang saat itu memberikan dampak positif dan sangat membantu para sopir untuk terhindar dari pungli.
"Iya, dulu Pak Ganjar pernah ngamuk-ngamuk di Jembatan Timbang, setelah itu kondisi para sopir sangat aman. Intinya dalam perjalanan itu di Jembatan Timbang jadi aman," tuturnya.
Selain kejadian itu, lanjutnya, Gubernur Jawa Tengah dua periode itu dinilainya kerap turun ke bawah untuk memantau kondisi secara langsung.
"Pak Ganjar juga sering turun ke jalan, jadi sangat membantu sekali," jelasnya.
Ia menceritakan bahwa dulu Jembatan Timbang menjadi momok yang menakutkan bagi para sopir.
"Iya, intinya takutlah kalau ada Jembatan Timbang. Istilahnya uang sopir tidak seberapa takutnya ada pembayaran ini dan itu. Kalau sekarang tidak," ucap Mardiyono.
Advertisement
Perubahan Positif Bagi Jembatan Timbang di Jawa Tengah
Sementara, Koordinator Satuan Pelayanan UPPKB Ajibarang Alkori mengatakan bahwa tindakan tegas Gubernur Ganjar membawa banyak perubahan positif bagi Jembatan Timbang. Selain pelayanan dengan sistem canggih dan online, juga tidak lagi ada pungli.
"Sejak peristiwa Pak Ganjar itu, ada banyak perubahan. Antara lain sangat terbuka dan transparan. Sistem operasionalnya pakai JTO (Jembatan Timbang Online) data langsung terkoneksi dengan pusat," ujarnya.
Akibat dari ketegasan Ganjar, kemudian terbentuk Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah X Jawa Tengah- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Terdiri dari 10 Jembatan Timbang, di antaranya di Tanjung Brebes, Subah Batang, Sarang Rembang, Banyudono Boyolali, Klepu Kabupaten Semarang, Ajibarang Banyumas,Wanareja Cilacap, Kulwaru Kulonprogo, Kalitirto Sleman, dan Tamanmartani Sleman.
"Kalau dulu di Jawa Tengah ada 12 Jembatan Timbang, tapi setelah kejadian itu terbentuk BPTD Wilayah X ada 10 Jembatan Timbang yang beroperasi, salah satunya Ajibarang," tambahnya.
Perubahan sistem juga mampu mengurangi angka pelanggaran.
"Tiap hari ada sekitar 150 kendaraan yang diperiksa. Ada penurunan angka pelanggaran yang semula sekitar 30 kendaraan sekarang maksimal 10 kendaraan per hari. Itu karena sudah tahu kalau aturan masuk Jateng. Selain itu, kita juga sosialisasi lewat medsos. Dan kami sudah berkomitmen tidak ada pungli," tandasnya.
Â
(*)