Liputan6.com, Jakarta Jagad twitter kembali dihebohkan dengan munculnya nama Afi Nihaya usai akun @kusumaaranii membagikan perkembangan kondisi perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur itu.
Dalam cuitannya, @kusumaaranii menyertakan foto tangkapan layar WhatsApp, yang berisi kabar bahwa Afi tengah dirawat di RS karena sakit kista dan pre-kanker. Namun, hal ini diduga warganet sebagai kebohongan.
Tuduhan lain menyeruak. Kini ia dikaitkan dengan sebuah akun Twitter yang diduga menyediakan jasa hiburan dewasa. Afi disebut sebagai orang di belakang @DindaJilbob*** ini—yang lantas dibantah oleh sang pemilik akun.
Advertisement
Asal mula nama Afi Nihaya dikenal publik ketika menjadi sorotan setelah akunnya ditutup Facebook pertengahan Mei lalu, gara-gara tulisannya dianggap terlalu kritis.
Pada saat itu, Afi menulis di media sosial Facebook tentang pluralisme dan membuat dirinya terkenal bahkan sempat diwawancarai oleh media besar bahkan diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara. Namun rupanya tulisan tersebut hanya plagiat.
Afi Nihaya Faradisa yang dulu begitu aktif di media sosial, hingga kini belum nampak kembali ke permukaan untuk menjernihkan masalah.
Tapi rupanya, bukan hanya Presiden Jokowi saja yang pernah kena prank. Semua presiden mulai dari Soekarno, Soeharto, Gus Dur, Megawati dan Jokowi pernah tertipu, kecuali BJ Habibie.
Pada tahun 2017 lalu, seorang ilmuwan Indonesia dengan segala prestasinya di kancah dunia teknologi internasional bernama Dwi Hartanto muncul ke publik. Dia disambut dengan euforia di Tanah Air, sejumlah media besar mewawancarainya dan bahkan sempat dijuluki 'The Next BJ Habibie'.
Namun, Habibie sendiri tak pernah tertarik menyambutnya. Saat itu, Dwi Hartanto bisa bertemu dengan Habibie lantaran Dwi diajak oleh duta besar Indonesia untuk Belanda. Belakangan diketahui rupanya semua prestasinya hanyalah kebohongan.
Berikut deretan kisah presiden-presiden yang pernah tertipu 'orang iseng':
1. Jokowi
Presiden Joko Widodo sempat tertipu oleh remaja asal Banyuwangi, Jawa Timur, bernama Afi Nihaya Faradisa.
Nama Afi Nihaya Faradisa menjadi sorotan setelah akunnya ditutup Facebook pertengahan Mei lalu, gara-gara tulisannya dianggap terlalu kritis.
Pada saat itu, Afi menulis di media sosial Facebook dengan Warisan dan membuat dirinya terkenal bahkan sempat diwawancarai oleh media besar. Namun, ia mengaku pernah mendapatkan ancaman pembunuhan dan namanya terangkat karena keberaniannya dalam membahas persoalan keberagaman di Indonesia.
Banyak warganet membela dan mendukung Afi Nihaya. Dia dianggap siswa cerdas yang pemikirannya melampui umurnya. Bahkan, Afi kemudian mendapat banyak tawaran beasiswa, menjadi pembicara, serta diundang Presiden Jokowi di Hari Lahir Pancasila.
Namun, akhirnya setelah ia ramai dibicarakan dan terkenal, Afi mulai dilaporkan oleh warganet karena tulisannya tersebut ternyata plagiat dari tulisan Mita Handayani.
Akhirnya para wargenet pun mulai ramai-ramai melaporkannya karena dugaan plagiasi yang dilakukan Afi melalui tulisan “Warisan” yang ternyata aslinya milik Mita Handayani berjudul “Belas Kasih dalam Agama Kita”.
Awalnya, Afi mengelak tuduhan plagiasi pada dirinya. Namun, karena kritikan dari warganet, akhirnya ia mengakui telah melakukan plagiasi dan ia pun meminta maaf kepada sang penulis.
Dikutip dari BBC Indonesia, dalam pembelaannya, Afi mengatakan, "Kita semua pernah (melakukan plagiarisme). Siapa yang tidak pernah melakukannya? [...] Tak ada gagasan yang benar-benar murni, asli."
Tak hanya sekali, Afi juga kembali mengunggah tulisan permintaan maaf dan secara spesifik mengakui bahwa dirinya 'mencatut beberapa paragraf dari tulisan Mita Handayani'. "Saya mengakui hal tersebut sebagai sebuah kesalahan," katanya dengan menambahkan bahwa dirinya telah meminta maaf pada Mita jauh sebelum tuduhan itu terkuak.
Advertisement
2. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Di zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sempat ada skandal banyu geni. Banyu geni ini adalah dugaan penipuan penggunaan air sebagai bahan bakar.
Proyek banyu geni ini dimulai saat ada penelitian untuk memanfaatkan air sebagai bahan bakar. Presiden SBY kala itu merestui jalannya proyek tersebut. Proyek tersebut kemudian dikenal dengan sebutan blue energy.
Dasar pemikirannya adalah hidrogen yang merupakan unsur dalam air dapat dijadikan bahan bakar. Namun, air harus disosiasi untuk memisahkan hidrogen atau disenyawakan dulu dengan karbon maupun karbon dan oksigen.
Usul punya usul, instalasi proyek banyu geni di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dibongkar. Isi instalasi itu ternyata cuma berupa kotak berisi kabel besar dan variac (transformator auto).
Lagi-lagi isu menghebohkan itu tak terbukti atau hanya sekedar hoaks. Bahkan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memperkarakan Joko Suprapto yang merupakan pelopor riset itu.
3. Megawati Soekarnoputri
Di era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, sempat beredar kabar adanya harta karun milik Prabu Siliwangi yang berada di pelataran Istana Batutulis, Bogor. Menteri Agama Said Agil Al-Munawar pun bersikeras melanjutkan penggalian di Situs Batutulis.
Penggalian tersebut mendatangkan protes dari berbagai kalangan, khususnya Kepala Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Endjat Djaenuderajat. Sejumlah warga Bogor juga mengecam penggalian lokasi prasasti Batutulis peninggalan putra Prabu Siliwangi, Surawisesa.
Sekelompok warga menempelkan pamflet bertuliskan, "Mbah Dukun, Tolong Sembur Said Agil, Biar Sadar" dan "Kami Warga Batutulis Tetap Akan Mempertahankan Prasasti Ini. Barangsiapa Berani Melanjutkan Penggalian, Kami Akan Bertindak Brutal".
Dan hingga kini, harta karun Batutulis memang tak terbukti kebenarannya.
Advertisement
4. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Kembali terjadi berita bohong atau hoaks yang merebak di era Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Kali ini, seorang pria bernama Soewondo yang berhasil membobol Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (Bulog) senilai Rp 35 miliar.
Soewondo saat itu dapat leluasa beraksi karena berprofesi sebagai tukang urut Presiden. Hal tersebut membuatnya memiliki akses kekuasaan serta menjual nama para petinggi negara. Aksi Soewondo akhirnya ketahuan. Dia kemudian melarikan diri. Namun, Polda Metro Jaya berhasil melacak persembunyian Soewondo.
Soewondo kemudian ditangkap setelah ditemukan di salah satu tempat di kawasan Puncak, Jawa Barat. Dia divonis dengan hukuman 3,5 tahun.
5. Soeharto
Di era kepemimpinan Soeharto, ada pula Cut Zahara Fona yang berhasil menipu. Perempuan asal Aceh ini diketahui bahkan tak lulus SD.
Kali ini yang menjadi korban adalah sang Wakil Presiden (Wapres) Adam Malik. Cut Zahara Fona mengaku janin yang ada dalam perutnya bisa berbicara, bahkan mengaji.
Kejadian itu berlangsung di akhir 1970-an. Kedua pemimpin negara itu pun tertarik dengan fenomena Cut Zahara tersebut. Bahkan, Menteri Agama saat itu juga memberikan komentar di media massa.
Orang-orang juga sempat beramai-ramai menemui Cut Zahara untuk menyaksikan keajaiban tersebut. Masyarakat bahkan rela antre untuk menempelkan telinganya ke perut si ibu demi mendengarkan suara sang janin.
Dan ajaib, dari perut itu memang terdengar suara orang bicara, kadang bahkan mengaji Al Quran. Berita aneh itu pun menyebar dan dimuat media massa.
Sejumlah ulama yang dimintai pendapat tentang keanehan tersebut memberikan pendapat yang cenderung membenarkan berita aneh tersebut.
Ulama kelas satu Indonesia umumnya berpendapat, janin dalam perut bisa mengaji merupakan bukti kekuasaan Tuhan. Kun fayakun, bila Tuhan menghendaki apa pun bisa terjadi. Begitu tanggapan para ulama.
Namun hal berbeda disampaikan Kakanwil Kesehatan DKI Dr Herman Susilo. Dr Herman menyatakan, janin bisa mengaji merupakan hal yang tidak mungkin.
Sebab, bayi dalam kandungan tidak dapat membuka mulut atau bernafas normal, sehingga tak akan dapat mengeluarkan suara.
Karena melawan arus, Dr Herman sempat diancam akan dibunuh oleh orang-orang fanatik yang mempercayai bayi dalam perut bisa mengaji.
Tetapi terbukti Dr Herman Susilo lah yang benar. Bayi ajaib yang bisa membaca Al Quran ketika masih dalam rahim ibunya adalah bohong.
Hal itu diketahui karena akhirnya, Tim Medis RSPAD, Ikatan Dokter Indonesia, Kejaksaan Agung, dan Polri turun tangan.
Saat hendak diperiksa oleh Tim Ikatan Dokter Indonesia di RSPAD Gatot Subroto pada 13 Oktober 1970, Cut Zahara Fona mengatakan bayinya menolak. Namun, ia diperiksa di RSPAD sepekan kemudian.
Tim dokter RSCM juga memeriksa Cut Zahara dan menyatakan tidak ada janin di rahim perempuan itu.
Aktivitas bayi ajaib itu terhenti setelah tape recorder yang dipasang di dalam pakaian Cut Zahara ditemukan Polisi Komdak XIII, Kalimantan Selatan, yang memburunya di Kampung Gambut, 14 kilometer dari Kota Banjarmasin.
Polisi menyita tape recorder EL 3302/OOG serta kaset rekaman suara tangisan bayi dan bacaan ayat-ayat suci Al Quran.
Advertisement
6. Soekarno
Di era Presiden pertama Indonesia Sukarno, nama Raja Idrus dan Ratu Markonah sempat membuat geger.
Bagaimana tidak, sang raja dan ratu fiktif itu bahkan disambut bak tamu penting di Istana Kepresidenan sekitar tahun 1950-an.
Keduanya mengaku sebagai raja dan ratu dari suku Anak Dalam di wilayah Lampung. Sukarno mudah percaya karena raja dan ratu itu berniat menyumbang harta benda mereka untuk merebut Irian Barat dari kekuasaan Belanda.
Niat keduanya pun disorot sejumlah media massa. Bahkan, keduanya juga diundang Presiden Sukarno ke Istana Merdeka.
Penampilan Ratu Markonah saat datang ke Istana juga tak kalah menarik perhatian. Markonah sebagai permaisuri Raja Idrus selalu memakai kaca mata hitam saat tampil di hadapan publik.
Namun, tak butuh lama, identitas asli Raja Idrus dan Ratu Markonah pun terungkap. Media massa mulai mengulik latar belakang tamu istimewa Bung Karno itu.
Setelah ditelusuri, ternyata mereka bukan raja dan ratu dari suku Anak Dalam. Asal usul Ratu Markonah juga akhirnya terbongkar setelah dia secara tidak sengaja menggunakan bahasa Jawa.
Fakta yang diketahui kemudian, Idrus dan Markonah hanyalah warga biasa. Idrus diketahui berprofesi sebagai tukang becak, sedangkan Markonah adalah pekerja seks komersial (PSK) asal Tegal, Jawa Tengah.