Sukses

Semua Presiden RI Pernah Kena Prank Kecuali Habibie, Ini Kata Pengamat

Pengamat Komunikasi Politik Hendri Satrio memberi pandangannya mengapa semua Presiden RI, kecuali BJ Habibie pernah terkena prank.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Komunikasi Politik Hendri Satrio memberi pandangannya mengapa semua Presiden RI, kecuali BJ Habibie pernah terkena prank. Dia menilai para pemimpin negara itu juga ingin menjadi bagian tren dan sensasi yang dibicarakan masyarakat.

"Itu karena para presiden itu juga terkadang ingin menjadi bagian dari sensasi yang dibicarakan publik, ingin menjadi bagian dari tren yang ada di publik," kata Hendri saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (28/1/2023).

"Itu kan semuanya diawali dengan tren kan. Dan ada keingintahuan para presiden itu untuk tahu detail," sambungnya.

Selain itu, kata dia, para presiden itu memiliki tujuan tersendiri. Hendri lalu mencontohkan saat Presiden pertama RI, Soekarno terkena prank karena ketertatikannya dengan cerita orang yang menipunya.

"Waktu Bung Karno itu kan casenya dia kan sangat marhaen, maka begitu ada contoh orang yang mirip juga dengan kondisi cerita marhaen itu, ya dia tertarik. Soeharto begitu juga, Gus Dur juga. Bu Mega, Pak Jokowi kan ada kaitannya dengan sensasi dan tren," jelasnya.

Sementara itu, kata Hendri, saat era pemerintahan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri terkena prank soal kabar adanya harta karun di pelataran Istana Batu Tulis Bogor, Jawa Barat. Kemudian, dilakukan lah penggalian di Situs Batutulis.

Menurut Hendri, hal ini dilakukan dengan harapan bahwa harta karun di Istana Batu Tulis ini dapat menambah keuangan negara. Namun, sayangnya harta karun Batu Tulis itu hingga kini belum diketahui kebenarannya.

"Dan para presiden ini ingin juga menjadi bagian dari saksi yang menyaksikan tren dan sensasi itu. Tambah lagi, mungkin ada beberapa tujuan," ujar Hendri.

2 dari 3 halaman

Semua Presiden Berpotensi Terkena Prank

Disisi lain, Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menuturkan bahwa semua presiden berpotensi terkena prank. Dia pun mengingatkan tim yang berada di lingakaran terdekat presiden untuk betul-betul menganalisis dan menyeleksi informasi yang masuk.

"Jadi ini bisa menjadi pembelajaran bagi presiden, tidak hanya rakyat yang sering kena tipu/prank, presiden juga bisa kena prank sama rakyatnya," tuturnya.

"Oleh karena itu, tim presiden harus berhati hati di dalam menyerap informasi, dipastikan dulu orang yang ngomongnya, jangan mudah dipegang langsung apalagi mudah percaya, betul betul informasi yang ada diseleksi, divalidasi, dikonfirmasi dan di klarifikasi dulu, minimal harus ada tringgulasi informasi," imbuh dia.

Terkait hanya Presiden ketiga RI Habibie yang tak pernah terkena prank, Pangi memberi sejumlah pandangannya. Dia menilai salah satunya dikarenakan Habibie memiliki respons yang bagus setiap ada informasi.

"Mungkin karena Habibie bagus di dalam merespon sesuatu yang tidak jelas asal sumber infonya, boleh jadi Habibie lebih laten soal ini. Atau juga karena presiden Habibie masa jabatannya singkat sehingga ngak terkena prank," pungkas Pangi.

3 dari 3 halaman

Kasus Afi Nihaya

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo sempat tertipu oleh remaja asal Banyuwangi, Jawa Timur, bernama Afi Nihaya Faradisa. Nama Afi Nihaya Faradisa menjadi sorotan setelah akunnya ditutup Facebook pertengahan Mei lalu, gara-gara tulisannya dianggap terlalu kritis.

Pada saat itu, Afi menulis di media sosial Facebook dengan Warisan dan membuat dirinya terkenal bahkan sempat diwawancarai oleh media besar. Namun, ia mengaku pernah mendapatkan ancaman pembunuhan dan namanya terangkat karena keberaniannya dalam membahas persoalan keberagaman di Indonesia.

Banyak warganet membela dan mendukung Afi Nihaya. Dia dianggap siswa cerdas yang pemikirannya melampui umurnya. Bahkan, Afi kemudian mendapat banyak tawaran beasiswa, menjadi pembicara, serta diundang Presiden Jokowi di Hari Lahir Pancasila.

Namun, akhirnya setelah ia ramai dibicarakan dan terkenal, Afi mulai dilaporkan oleh warganet karena tulisannya tersebut ternyata plagiat dari tulisan Mita Handayani.

Akhirnya para wargenet pun mulai ramai-ramai melaporkannya karena dugaan plagiasi yang dilakukan Afi melalui tulisan "Warisan" yang ternyata aslinya milik Mita Handayani berjudul "Belas Kasih dalam Agama Kita".

Awalnya, Afi mengelak tuduhan plagiasi pada dirinya. Namun, karena kritikan dari warganet, akhirnya ia mengakui telah melakukan plagiasi dan ia pun meminta maaf kepada sang penulis.