Liputan6.com, Jakarta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan 4 Februari sebagai Hari Persaudaraan Manusia Intertasional. Ketetapan ini terbit pada 2019 menyusul peristiwa penandatanganan Piagam Persaudaraan Manusia oleh Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dan Pemimpin Gereja Vatikan Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Dalam rangka memperingati Hari Persudaraan Manusia Internasional tahun 2023, Majelis Hukama Muslimin (MHM) Cabang Indonesia menggelar serangkaian seminar.
“Semangat persaudaraan manusia yang digaungkan dua tokoh agama dunia, Grand Syekh Ahmed Al-Tayeb dan Paus Fransiskus perlu terus dihidupkan. Salah satu ikhtiar kami adalah mengkampanyekan nilai-nilai Piagam Persaudaraan itu melalui serangkaian seminar di sejumlah kampus,” terang Anggota Komite Eksekutif MHM TGB M Zainul Majdi di Jakarta, Senin (30/1/2023).
Advertisement
Ada dua wakil Indonesia yang saat ini aktif di MHM. Yaitu Quraish Shihab tercatat sebagai salah satu pendiri organisasi yang berkedudukan di Abu Dhabi, UEA ini. Selain itu, ada TGB Zainul Majdi yang menjadi anggota Komite Eksekutif. Sementara selaku ketua adalah Imam Akbar Ahmed Al-Tayeb.
Baca Juga
Menurut TGB, rangkaian seminar akan digelar di Universitas Hindu Negeri (UHN) Bali pada 30 Januari 2023 dan Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta pada 2 Februari 2023. Sebelumnya, giat yang sama juga digelar oleh Universitas Atma Jaya Jakarta pada 25 Januari 2023 dan TGB hadir sebagai pembicara. Seminar sejenis akan digelar juga di Gedung DPR Senayan atas prakarsa Din Syamsudin.
Sejumlah narasumber dihadirkan dalam rangkaian seminar ini, antara lain: Lukman Hakim Saifuddin (Menag 2014 – 2019), Romo Agustinus Heri Wibowo (Katolik), Rektor UHN Denpasar, Rektor UIN Surakarta, tokoh agama dan akademisi di Bali dan Surakarta.
Untuk kegiatan di Atma Jaya, hadir TGB M Zainul Majdi, Kardinal Ignatius Suharyo (KWI), Pendeta Gumar Gultom (PGI), Bhante Dhammasubho, KH Ulil Absor Abdalla (PBNU), dan Abd Rohim Ghazali (Maarif Institute).
MHM juga akan bekerja sama dengan Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama dalam rangka menyiapkan Naskah Khutbah Jumat bertema Persaudaraan Manusia, khususnya pada 3 Februari 2023. Naskah ini dibagikan ke sejumlah masjid dan juga masyarakat agar bisa menjadi bahan bacaan.
“Insya Allah, khutbah Jumat di Masjid Istiqlal pada 3 Februari juga akan mengangkat tema persaudaraan manusia,” sebut TGB.
Semua rangkaian ini, kata TGB, digelar dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Piagam Persaudaraan Manusia yang juga dikenal dengan Dokumen Abu Dhabi. “Dokumen Abu Dhabi adalah pernyataan yang tegas bahwa kita harus beranjak dari toleransi menuju kerja sama,” tegas TGB.
ya.
Sejarah Lahirnya Hari Persaudaraan Manusia Internasional
Dokumen Abu Dhabi yang menginspirasi ditetapkannya Hari Persaudaraan Manusia Internasional ini, lahir dari sebuah keresahan atas fakta orang hanya ramai bicara toleransi dengan beragam klaimnya. Mereka saling membanggakan khazanah tentang toleransi, dan tidak jarang menganggap dirinya yang paling toleran.
“Toleransi kalau tidak dimaknai dengan baik, akan bisa menumbuhkan sikap eksklusif. Masing-masing memikirkan dirinya dan kelompoknya, sebatas tidak mengganggu tapi juga tidak peduli,” sebut TGB.
“Untuk membangun dunia yang baik, membangun peradaban yang membawa maslahat untuk manusia, toleransi tidak cukup hanya menghormati orang berbeda, tapi harus beralih pada semangat untuk bekerja sama,” sambungnya.
Dalam semangat peringatan Hari Persaudaraan Manusia, MHM, kata TGB, mengajak semua pihak untuk keluar dari ruang privasinya ke ruang umum, memperbanyak ruang perjumpaan, untuk membicarakan masalah bersama.
Menurutnya, dokumen Abu Dhabi bukan semata meneguhkan toleransi, tapi disusun untuk membangun kerja sama. Karena itu, di dalamnya dibahas bagaimana masalah-masalah konkret kemanusiaan bisa ditangani oleh semua umat beragama.
Advertisement
Dokumen Abu Dhabi
Sejumlah masalah yang disebut antara lain tentang kaum termarginalkan di dunia, anak dan perempuan korban perang yang jumlahnya jutaan, serta kelompok yang tidak mendapatkan hak asasinya atas nama apapun.
“Apa yang agama bisa lakukan? Apa bentuk kerja sama konkret kita? Dokumen Abu Dhabi tidak hanya pernyataan untuk saling menghormati, tapi juga ajakan untuk membangun kerja sama konkret menangani masalah kemanusiaan termasuk kemiskinan, masalah kaum perempuan dan anak-anak,” paparnya.
“Luar biasa pencapaian teknologi kita, tapi nilai kemanusiaan kita saat ini mengalami defisit dan bahkan hampir hilang. Mari, dengan semangat Dokumen Abu Dhabi, kita membangun kerja sama konkret untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan,” tandasn