Sukses

Heru Budi: 777 Anak Rawan Stunting di Cilincing

Data itu, kata Heru Budi, berdasarkan temuan sementara kader kesehatan masyarakat setempat.

Liputan6.com, Jakarta - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan tercatat ada 777 anak rawan stunting di Cilincing, Jakarta Utara. Data itu, kata Heru, berdasarkan temuan sementara kader kesehatan masyarakat setempat.

Hal itu disampaikan Heru ditemui usai meninjau Ruang Publik Ramah Anak (RPTRA) Triputra Persada Hijau, Samper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (31/1/2023).

"Hari ini saya dengan kadis kesehatan meninjau di Semper Barat, tadi malam saya kontak Pak Wali terkait hasil rapat kemarin saya dengan BKKBN dan BPS bagaimana saya ingin melihat langsung kondisi stunting dan penanganannya," kata Heru.

"Jadi, di Cilincing itu karena kader di kelurahan dan kader yang membantu itu aktif, maka ditemukan sementara waktu 777 yang rawan stunting," kata dia.

Dari data itu, ujar Heru, tingkat keberhasilan penanganan stunting baru terealisasi pada 134 anak dengan persentase kesembuhan 17 persen.

"Jadi saya berterima kasih ke kepala dinas, wali kota dan kader yang menangani stunting melalui program Sebar Cinta (Semper Barat cegah stunting balita), sehingga terus mengurangi stunting," jelas dia.

Diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan melakukan profiling (pencatatan dan pemetaan) data risiko stunting untuk menurunkan angka stunting atau gizi buruk di Ibu Kota. Profiling dimaksudkan agar dapat mempertajam arah intervensi terhadap program penanganan stunting.

Heru menyampaikan bahwa langkah tersebut diambil sebagai tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang kemiskinan ekstrem 0 persen dan penurunan stunting di bawah 14 persen pada tahun 2024.

“Dalam waktu dekat ini, akan ditetapkan sampel-sampel untuk memastikan data-data yang ada di Carik Jakarta yang sudah terkoneksi di BKKBN itu, sasarannya tepat," kata Heru di Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 30 Januari 2023.

 

2 dari 2 halaman

Profiling Risiko Stunting

Heru menuturkan bahwa sampel yang sudah tepat, bakal di-profiling untuk penanganan stunting yang kaitannya juga erat dengan kemiskinan ekstrem.

Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tavip Agus R menambahkan bahwa profiling risiko stunting diperlukan untuk mendata orang-orang yang punya risiko stunting.

"Kenapa ini penting? Karena, lebih efektif mencegah orang yang berisiko stunting daripada yang sudah terlanjur terkena stunting. Secara medis juga lebih efektif mencegah,” kata Tavip.

Lebih lanjut, Tavip menjelaskan profiling risiko stunting dilakukan dengan cara sinkronisasi data yang ada di Carik Jakarta. Di mana terdapat data yang sudah terkoneksi dengan data Sistem Informasi Keluarga (SIGA) milik BKKBN.

Menirut Tavip, untuk bisa mencapai target menurunkan angka stunting hingga 14 persen, maka pendekatan yang dilakukan adalah pencegahan. Pencegahan yang paling dini dapat dilakukan sebelum menikah, pada saat hamil, dan pada saat seribu hari pertama kehidupan.

"Tadi kesimpulan yang disampaikan Pak Pj Gubernur, dalam waktu dekat akan kita tetapkan sampel-sampel untuk memastikan data-data yang ada di Carik yang sudah terkoneksi dengan data di BKKBN, sehingga sasarannya tepat. Kalau sampel sudah tepat, nanti akan di-profiling," jelas Tavip.